Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seleb

Dhaup Ageng Pura Pakualaman, Mengenal Prosesi Nyengker Calon Mempelai

Di prosesi nyengker di Dhaup Ageng ini Paku Alam X memerintahkan untuk menjemput calon pengantin putri masuk ke lingkungan Pura Pakualaman.

8 Januari 2024 | 21.42 WIB

Puro Pakualaman Yogyakarta menggelar prosesi Nyengker alias pingitan dalam rangkaian Dhaup Ageng Senin (8/1). Dok. Pura Pakualaman.
Perbesar
Puro Pakualaman Yogyakarta menggelar prosesi Nyengker alias pingitan dalam rangkaian Dhaup Ageng Senin (8/1). Dok. Pura Pakualaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta -: Pura Pakualaman Yogyakarta menggelar prosesi nyengker dalam rangkaian pernikahan agung atau Dhaup Ageng pada Senin, 8 Januari 2024. Prosesi rangkaian acara pernikahan ini dilaksanakan untuk putra bungsu K.G.P.A.A. Paku Alam X yakni B.P.H. Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nyengker merupakan prosesi pingitan, dalam hal ini untuk calon pengantin perempuan, sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Prosesi ini sudah mulai melibatkan keluarga dari calon pengantin.

Prosesi Pingitan di Dhaup Ageng

Dalam prosesi nyengker ini K.G.P.A.A. Paku Alam X memerintahkan untuk menjemput calon pengantin putri masuk ke lingkungan Pura Pakualaman dan ditempatkan di Kagungan Dalem (Kepatihan). Hal ini berbeda dari tradisi pingitan dalam pernikahan yang digelar masyarakat umumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Prosesi nyengker dalam Dhaup Ageng ini karena yang kagungan kersa (yang punya hajat) Paku Alam X dan kebetulan trahnya calon penganten kakung (pria), sehingga yang wajib masuk ke cepuri adalah calon pengantin wanita karena bukan dari kalangan kerajaan," kata Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyo Wisroyo, Senin.

Puro Pakualaman Yogyakarta menggelar prosesi Nyengker alias pingitan dalam rangkaian Dhaup Ageng Senin (8/1). Dok. Pura Pakualaman.

Sebab itu, yang diminta masuk kawasan Puro Pakualaman bukan hanya calon pengantin wanita saja namun juga orang tuanya. "Lewat prosesi nyengker ini diharapkan calon pengantin perempuan semakin dapat menata hati agar mantap dalam menyongsong prosesi pernikahan," kata dia.

Pengantin Putri Dapat Pelajaran Tata Cara di Kerajaan

Dari nyengker ini, calon pengantin akan mendapatkan pemahaman terutama tata cara adat kehidupan di lingkungan kerajaan. "Calon pengantin perempuan akan diajarkan bagaimana nanti tata cara di kerajaan, karena nantinya setelah menikah akan mendapatkan gelar Bendoro Raden Ayu," kata dia.

Selain itu, saat dipingit, calon pengantin juga mendapat pemahaman makna prosesi yang akan dijalani seperti siraman, midodareni, panggih dan lainnya yang akan dilatih serta didampingi abdi dalem.

Hanya saja, bedanya dengan zaman dulu, prosesi Nyengker saat ini sudah disederhanakan. 

"Zaman dahulu nyengker ini bisa memakan waktu hingga satu bulan penuh, kalau sekarang hanya satu hari tapi esensinya tetap," kata dia.

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus