Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Posisi kuliner asli Betawi kian digeser oleh penganan-penganan cepat saji. Budayawan Betawi, Yahya Adi Saputra, mengatakan musababnya tak lain adalah tuntutan gaya hidup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Gaya hidup bergeser, kuliner juga bergeser. Semuanya serba instan, sedangkan kuliner Betawi tidak ada yang instan,” kata Yahya saat dihubungi pada Kamis malam, 21 Juni 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Proses pembuatan kuliner khas Betawi, tutur Yahya, perlu nilai-nilai kesabaran. Dalam sekali produksi, waktu untuk menghasilkan penganan khas ini bisa sampai berjam-jam, bahkan berhari-hari. Misalnya, dodol. “Perlu nilai-nilai kesabaran untuk membuat dodol. Bukan hanya bahan baku yang dibutuhkan,” kata Yahya, dalam sambungan telepon.
Proses itulah yang kadang kala tak selaras dengan pola hidup masyarakat saat ini yang menuntut serba cepat. Karenanya, tidak banyak penerus pembuat penganan tradisional.
Adanya pergeseran selera juga membuat penganan tradisional Betawi makin tergerus. Kebanyakan, kata Yahya, citarasa masakan tempo dulu itu tak banyak digemari orang-orang muda.
Tak heran bila saat ini sejumlah penganan tradisional jarang, bahkan hampir tak bisa, ditemui lagi. Ia menyebut nama sebuah produk kuliner populer selain dodol, yakni selendang mayang. Minuman khas yang lekat dengan budaya Betawi itu memang masih dikenal, tapi sulit dijumpai.
Barangkali kerak telor salah satu yang masih eksis. Sampai sekarang keberadaannya gampang ditemui di beragam festival dan tempat-tempat wisata.
Meski demikian, bila masyarakat rindu dengan kuliner khas Betawi lainnya, semisal kue kelapa, kue satu, kembang goyang, Yahya mengatakan mereka masih dapat menemui di beberapa titik. “Kalau kita mau mengeksplorasi, sebenarnya masih ada beberapa tempat yang menjual warisan kuliner Betawi,” tuturnya.
Ini tempat-tempat yang ia sarankan.
1. Aneka ragam kue, Setu Babakan
Di Setu Babakan, Jakarta Selatan, masih Tersedia aneka ragam kue tempo dulu. Setiap akhir pekan, masyarakat dapat menyambangi tempat tersebut sekadar untuk bernostalgia.
2. Bubur Ase dan Nasi Uduk Betawi, CikiniBubur Ase, salah satu kuliner khas Betawi yang sudah langka hadir di Acara Pagelaran Pentas Seni Budaya dan Kuliner Betawi di Pasar Seni Ancol. Ahad, 15 Oktober 2017. Dewi/Tempo.
Sedangkan untuk mencari bubur ase dan nasi uduk Betawi yang otentik, Yahya menyarankan warga menyambangi Cikini.
3. Soto dan Sop Betawi, Tanah Abang
Yahya menunjuk di kawasan nan sibuk ini masih ada yang menjual sop atau soto Betawi.
4. Nasi Kebuli, Mampang.
Bila rindu dengan nasi kebuli dan nasi uduk, Mampang menjadi daerah yang tepat untuk dituju. “Di Kebon Sirih juga ada,” katanya. Sedangkan di area Taman Ismail Marzuki, tersedia soto Betawi khas keluarga Haji Maaruf yang legendaris.
“Ada juga beberapa kuliner Betawi di mal atau pusat perbelanjaan kalau kita mencermati. Namun tidak banyak,” katanya.