Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Dibanding Work From Bali, PHRI Nilai Kegiatan Dinas Lebih Berdampak untuk Hotel

Berdasarkan data PHRI, rata-rata tingkat keterisian kamar hotel di Bali pada kuartal pertama 2021 hanya sekitar 10 persen.

10 Juni 2021 | 06.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Karyawan mengenakan face shield dan masker saat beraktivitas di pusat perkantoran, kawasan SCBD, Jakarta, Senin, 8 Juni 2020. Pekan awal masa pembatasan sosial berskala berskala besar (PSBB) transisi, Pemprov DKI Jakarta mulai memperbolehkan karyawan di perkantoran kembali bekerja namun dengan jumlah karyawan yang dibatasi. ANTARA/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rencana pemerintah melaksanakan program kerja dari Bali atau work from Bali untuk memulihkan sektor pariwisata, termasuk perhotelan dinilai tidak akan berdampak signifikan. Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran mengatakan kegiatan dinas aparatur sipil negara (ASN) seperti acara pertemuan, focus group discussion (FGD), koordinasi, dan kegiatan lainnya di luar kota lebih berdampak dibandingkan work from Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Maulana, kegiatan pemerintah di luar kota itu tercatat bisa berkontribusi terhadap okupansi hotel sebesar 30 hingga 40 persen. "Dulu kan tahun 2020 kita anjurkan kegiatan pemerintah ini kembali. Kalau bisa tetap dilakukan, ini akan membantu pihak hotel. Karena hampir seluruh kegiatan pemerintah pasti ada lintas koordinasi antar daerah," kata dia, Rabu, 10 Juni 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sayangnya, kata Maulana, saat ini kegiatan pertemuan pemerintah di daerah-daerah masih belum normal. "Belum kembali normal. Masih ada tapi sangat sedikit," ujarnya.

Berdasarkan data PHRI, rata-rata tingkat keterisian kamar hotel di Bali pada kuartal pertama 2021 hanya sekitar 10 persen. Sedangkan untuk keterisian hotel di Yogyakarta pada Maret 2021 sudah mencapai 34 persen.

Secara nasional, keterisian hotel pada Januari dan Februari 2021 sekitar 10 persen. Angka itu mulai meningkat pada Maret 2021 menjadi 30 persen.

Maulana belum mendapatkan data okupansi hotel pada April dan Mei 2021. Namun dia memprediksi okupansi hotel kembali turun dikarenakan pada dua bulan itu ada kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat seperti larangan mudik.

Bila dibandingkan, menurut Maulana, keterisian hotel dalam hal wisata hanya terjadi pada waktu-waktu tertentu. Sementara kegiatan pemerintah yang diselenggarakan di hotel berlangsung dalam kurun waktu yang panjang dan berkelanjutan sepanjang tahun.

"Pemerintah itu punya peran banyak, kontribusinya cukup besar terhadap okupansi hotel kalau mereka melakukan kegiatan mereka lagi seperti meeting di Bali," kata Maulana.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus