Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Festival Balingkang Kintamani Kental dengan Budaya Tiongkok

Festival Balingkang Kintamani diadakan di Bali dan dengan sentuhan Imlek. Ada Lampion di ujung janur demi menarik perhatian wisatawan dari Tiongkok.

7 Februari 2019 | 09.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tari Kang Cing Wei menjadi pembuka acara Festival Balingkang Kintamani di depan Pura Ulun Danu Batur pada Rabu, 6 Februari 2019. TEMPO | Made Argawa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bali - Pemerintah Provinsi Bali menggelar Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. di Jalan Raya Kintamani, Kabupaten Bangli ditutup sepanjang 4 kilometer. Pada kiri dan kanan jalan berjajar penjor atau bambu berhias janur yang di ujungnya menggantung lampion warna merah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: International Tour de Banyuwangi Ijen, Ajang Hobi Balap Sepeda

Hari Raya Imlek dan budaya Tiongkok terasa kuat di Festival Balingkang Kintamani ini. Panggung utama berhiaskan lampion warna merah beratap jerami. Di seberangnya ada panggung berbentuk huruf U yang ditempati wisatawan asal Tiongkok.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rombongan wisatawan Tiongkok berjalan menuju lokasi acara Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. Festival Balingkang Kintamani baru pertama kali digelar sekaligus untuk memerihkan Imlek. TEMPO | Made Argawa

Pembawa acara juga menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Tiongkok. Pejabat yang memberikan sambutan selalu didampingi oleh penerjemah.

“Festival ini adalah usaha untuk menarik kembali wisatawan, khususnya Tiongkok ke Bali,” kata Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Ketua Panitia Balingkang Kintamani Festival. Agung Partha yang juga Ketua Bali Tourism Board menyatakan wisatawan Tiongkok paling banyak datang ke Bali, disusul oleh Australia dan India.

Kintamani dipilih sebagai tempat penyelenggaraan festival karena memiliki peninggalan sejarah antara Bali dengan Tiongkok. Agung Partha menjelaskan, ada pelinggih atau tempat pemujaan Dewi Kwan Im dan Ratu Ngurah Subandar di beberapa pura.

Gubernur Bali I Wayan Koster (dua dari kiri) mengangkat lampion sebagai tanda pembukaan Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. Acara ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali. TEMPO | Made Argawa

Festival Balingkang Kintamani ini melibatkan 550 peserta dari seniman dan penduduk Kintamani. Supaya lebih menarik, ada penampilan dua ekor gajah sebagai simbol tunggangan raja Bali zaman dahulu. Festival Balingkang Kintamani dikemas dengan mengangkat kisah cinta Raja Jaya Pangus dengan Putri Kang Cing Wei. “Tema festival yang menarik dan mudah dipasarkan adalah romantisme,” ujanya.

Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia atau ASITA Bali, I Ketut Ardana berharap Festival Balingkang Kintamani mampu menambah kunjungan wisatawan Tiongkok. Dia meminta Pemerintah Provinsi Bali agar mengeluarkan aturan perjalanan wisatawan Tiongkok di Bali.

"Perlu diatur agar toko tidak seratus persen menjual barang-barang asal Tiongkok. Terkait cara pembayaran juga supaya bisa dikenakan pajak," kata dia. "Penjaga toko tidak boleh orang Tiongkok. Untuk manajer, satu dua orang bisa-lah. Etika berbisnis yang diperbaiki."

Made Argawa

Made Argawa

Koresponden Tempo di Bali

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus