Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bali - Pemerintah Provinsi Bali menggelar Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. di Jalan Raya Kintamani, Kabupaten Bangli ditutup sepanjang 4 kilometer. Pada kiri dan kanan jalan berjajar penjor atau bambu berhias janur yang di ujungnya menggantung lampion warna merah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: International Tour de Banyuwangi Ijen, Ajang Hobi Balap Sepeda
Hari Raya Imlek dan budaya Tiongkok terasa kuat di Festival Balingkang Kintamani ini. Panggung utama berhiaskan lampion warna merah beratap jerami. Di seberangnya ada panggung berbentuk huruf U yang ditempati wisatawan asal Tiongkok.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rombongan wisatawan Tiongkok berjalan menuju lokasi acara Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. Festival Balingkang Kintamani baru pertama kali digelar sekaligus untuk memerihkan Imlek. TEMPO | Made Argawa
Pembawa acara juga menggunakan dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa Tiongkok. Pejabat yang memberikan sambutan selalu didampingi oleh penerjemah.
“Festival ini adalah usaha untuk menarik kembali wisatawan, khususnya Tiongkok ke Bali,” kata Ida Bagus Agung Partha Adnyana, Ketua Panitia Balingkang Kintamani Festival. Agung Partha yang juga Ketua Bali Tourism Board menyatakan wisatawan Tiongkok paling banyak datang ke Bali, disusul oleh Australia dan India.
Kintamani dipilih sebagai tempat penyelenggaraan festival karena memiliki peninggalan sejarah antara Bali dengan Tiongkok. Agung Partha menjelaskan, ada pelinggih atau tempat pemujaan Dewi Kwan Im dan Ratu Ngurah Subandar di beberapa pura.
Gubernur Bali I Wayan Koster (dua dari kiri) mengangkat lampion sebagai tanda pembukaan Festival Balingkang Kintamani pada Rabu, 6 Februari 2019. Acara ini diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Bali. TEMPO | Made Argawa
Festival Balingkang Kintamani ini melibatkan 550 peserta dari seniman dan penduduk Kintamani. Supaya lebih menarik, ada penampilan dua ekor gajah sebagai simbol tunggangan raja Bali zaman dahulu. Festival Balingkang Kintamani dikemas dengan mengangkat kisah cinta Raja Jaya Pangus dengan Putri Kang Cing Wei. “Tema festival yang menarik dan mudah dipasarkan adalah romantisme,” ujanya.
Ketua Asosiasi Travel Agent Indonesia atau ASITA Bali, I Ketut Ardana berharap Festival Balingkang Kintamani mampu menambah kunjungan wisatawan Tiongkok. Dia meminta Pemerintah Provinsi Bali agar mengeluarkan aturan perjalanan wisatawan Tiongkok di Bali.
"Perlu diatur agar toko tidak seratus persen menjual barang-barang asal Tiongkok. Terkait cara pembayaran juga supaya bisa dikenakan pajak," kata dia. "Penjaga toko tidak boleh orang Tiongkok. Untuk manajer, satu dua orang bisa-lah. Etika berbisnis yang diperbaiki."