Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Festival Pasar Kembang atau Festival Sarkem yang akan kembali digelar pertengahan Maret 2023 nanti membidik target khusus yakni para wisatawan mancanegara yang sedang berlibur ke Yogyakarta. “Untuk festival kali ini rencananya melibatkan wisatawan mancanegara, kami sudah koordinasi dengan hotel-hotel sekitar jika ada tamu yang menginap diajak meramaikan,” ujar pelaku seni Festival Sarkem, Edi Subagio, Jumat, 3 Februari 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Musim puncak kunjungan wisatawan mancanegara di Yogyakarta biasanya terjadi pada Juli, Agustus, dan September. Namun dengan berakhirnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, kunjungan turis asing diprediksi lebih stabil setiap bulannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hal ini mengacu pada catatan badan pusat statistik (BPS) DI Yogyakarta bahwa kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY pada Desember 2022 naik hampir tiga kali lipat dibandingkan November 2022, yaitu dari 1.947 kunjungan menjadi 5.169 kunjungan. Wisatawan didominasi asal Malaysia, Singapura dan Amerika Serikat sepanjang 2022.
Adapun Festival Sarkem tahun ini dipusatkan di wilayah Sosromenduran yang lokasinya berada di sirip Jalan Malioboro Kota Yogyakarta yang merupakan pusatnya sebaran hotel hingga homestay. Lokasi ini dinilai sangat menguntungkan bagi festival itu untuk lebih gencar menggaet wisatawan domestik maupun mancanegara dari aspek kedekatan secara geografis.
Lurah Sosromenduran Agus Joko Mulyono mengatakan untuk membuat festival ini lebih hidup dan menarik wisatawan singgah, akan dikolaborasikan dengan sejumlah pertunjukkan tradisi. Seperti ritual ruwahan apeman atau sajian apem dan pendampingnya seperti ketan, kolak dan lainnya yang dikirab diiringi pasukan bregada di sepanjang jalan Sosromenduran.
Festival juga akan menampilkan karnaval budaya dengan gunungan yang diiiringi berbagai pertunjukan seni. "Kami juga mengajak para pelaku di Sarkem untuk bisa ikut festival, kita uwongke (manusiakan), harapannya bisa berdampak positif karena kami ingin agar Sarkem tidak lagi terstigma negatif,” imbuh Joko.
Bukan rahasia umum, nama Sarkem di Yogyakarta identik dengan lokalisasi. Sehingga pihak penyelenggara ingin semua warga di kawasan itu bisa terlibat tanpa kecuali agar stigma negatif itu bisa perlahan terpupus sebagai kawasan wisata budaya.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta Sumadi membeberkan Festival Sarkem sudah memiliki modal dari branding nama Sarkem yang sudah identik dengan Yogya. "Walaupun dulu ada stigma negatif terhadap Sarkem, namun nama itu sudah dikenal masyarakat," kata dia.
Oleh sebab itu, lanjut Sumadi, Festival Sarkem disokong agar menjadi suatu atraksi budaya yang mengarah pada hal positif sekaligus unik. “Jadi perlu meng-arrange nama Sarkem yang sudah punya nama dan stigma ini menjadi hal unik dalam bentuk festival, yang tidak ada di daerah lain,” kata Sumadi.
Sumadi menuturkan festival ini memang menargetkan ada aspek yang mengedepankan pemberdayaan untuk menumbuhkan sesuatu yang unik. “Sesuai keinginan menjadikan Sarkem yang bermartabat, kita ubah image Sarkem yang dulu negatif menjadi sesuatu yang bisa menjadi daya pikat lewat kreativitas," kata dia.
PRIBADI WICAKSONO