Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Film Satu Hari Nanti garapan sutradara Salman Aristo masuk nominasi Festival Film Asia Jogja-NETPAC (JAFF) 2017 untuk kategori program JAFF – Indonesia Screen Awards.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar itu menambah deretan film Indonesia yang masuk nominasi festival film meskipun belum dirilis ke pasaran, seperti The Gift karya Hanung Bramantyo. Untuk pertama kalinya Satu Hari Nanti dipertontonkan kepada publik JAFF pada 3 Desember 2017 sebelum ditayangkan di bioskop secara umum pada 7 Desember 2017 mendatang.
“Film ini skala produksinya paling besar, syuting paling lama, dan 100 persen di luar negeri (Swiss),” kata Salman usai pemutaran film tersebut dalam ajang JAFF 2017 di Empire XXI Yogyakarta, Ahad, 3 Desember 2017 malam.
Swiss tak hanya menjadi lokasi pengambilan gambar. Melainkan proses pembuatan cerita dan penentuan karakter para talent pun dilakukan di sana. Bersama produser film, Dienan Silmy, mereka membangun cerita itu. Dialog yang dipergunakan para aktor pun menggunakan tiga bahasa, yaitu Indonesia, Inggris, dan Jerman.
“Panggungnya sudah ada, Swiss. Terus bagaimana bikin cerita di atas panggung? Siapa karakter yang bisa tumbuh di atas panggung?” kata Salman yang lebih dikenal sebagai penulis skenario, seperti film Laskar Pelangi dan Brownies.
Namun Salman mewanti-wanti, dia tidak mau filmnya itu nanti dibangun dengan pendekatan turistik. Mengingat Swiss dengan pegunungan Alpennya sangat mengundang minat orang untuk bertandang ke sana.
“Swiss itu kota postcard country. Mau pakai android second kek, foto pemandangan di sana tetap bagus. Jadi gue harus bangun cerita yang tumbuh di panggungnya,” kata Salman.
Atas dasar rasa percaya, bahwa karakter bisa tumbuh dari perubahan, tim itu pun mendisain karakter aktornya. Ada Alya, mahasiswa yang belajar kuliner cokelat. Mengingat Swiss identik dengan cokelat. “Ibaratnya kalau ingin mabrur sebagai haji cokelat, ya ke Swiss,” kata Salman mengutip salah satu dialog film itu.
Kemudian, peran Chorina sebagai manajer hotel dipilih karena kedekatan hotel dengan cokelat. Karakter lainnya yang akrab dengan keduanya adalah Din, sebagai pemandu wisata. Kemudian karakter performers, yaitu Bima sebagai musisi dinilai pas untuk menghubungkan tiga karakter lainnya.
Pilihan aktor pun dijatuhkan pada Adinia Wirasti sebagai Alya, Ringgo Agus Rahman sebagai Din, Ayushita Nugraha sebagai Chorina, Deva Mahenra sebagai Bima, serta ditambah Donni Damara sebagai ayah Alya.
Ahad malam itu dalam gelaran JAFF 2017, tiga actor yang hadir selain Ayushita dan Donny Damara menyatakan baru pertama kali menonton film yang mereka bintangi itu. “Ini screening pertama sebelum film tayang tanggal 7 Desember 2017,” kata Adinia.
Film Satu Hari Nanti menceritakan tentang jalinan pertemanan, percintaan, hingga perselingkuhan antar keempat actor. Tak berhenti di situ, ada sisi pesan idealis yang disisipkan lewat karakter para talent. Bahwa mereka mempunyai mimpi untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya sehingga masing-masing berupaya memperbaiki diri. Alya mengejar mimpinya keliling dunia untuk mencoba dan mengembangkan segala resep kuliner, Bima kembali ke Indonesia untuk menjadi musisi di sana, serta Din dan Chorina yang kembali bersama dan menjalin hubungan serius mulai dari nol lagi.