Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Garam Bukan di Laut, tapi di Gunung Krayan dan Diekspor

Garam di Gunung Krayan berkaitan dengan kisah Suku Dayak Lundayeh di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

15 April 2019 | 12.39 WIB

Proses pembuatan garam Gunung Krayan, Long Bawan, Nunukan, Kalimantan Utara. TEMPO | Ninis Chairunnisa
material-symbols:fullscreenPerbesar
Proses pembuatan garam Gunung Krayan, Long Bawan, Nunukan, Kalimantan Utara. TEMPO | Ninis Chairunnisa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Nunukan - Ungkapan garam di laut tak berlaku di Gunung Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Di gunung ini, masyarakat sekitar mendapatkan garam dari sumur yang airnya sejak dulu bercita rasa asin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Untuk mencapai Gunung Krayan, wisatawan harus melalui perjalanan udara dari Bandara Nunukan ke Bandar Yuvai Semaring, Long Bawan. Selama satu jam, hamparan hutan Kalimantan yang hijau menemani sepanjang perjalanan dari jendela pesawat perintis jenis Caravan milik Susi Air.

Long Bawan merupakan ibu kota Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara. Ini adalah kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia lewat jalur darat. Daerah Krayan dikelilingi pegunungan dan hutan yang masih lebat. Udaranya sejuk.

Bandara Yuvai Semaring di Long Bawan, Nunukan, Kalimantan Utara. TEMPO | Ninis Chairunnisa

Untuk sampai di Gunung Krayan, wisatawan mesti menempuh perjalanan dengan mobil selama sekitar 30 menit dari Long Bawan. Di Gunung Krayan, ada warga Desa Pa Rupai, Desa Pa Nado, dan Desa Long Midang yang mengelola sumur air asin tersebut.

Seorang kepala adat di Krayan, Melud Baru menunjukkan sumur air yang menjadi sumber garam penduduk sekitar. "Air ini tidak pernah kering dan rasanya asin sejak dulu," kata dia kepada Tempo.

Sumur air asin itu ditemukan oleh leluhur suku Dayak Lundayeh yang sedang berburu. Ketika itu, seekor burung punai yang diburu jatuh ke sumur air tersebut. Setelah dibakar, daging burung punai itu terasa asin. Dari situ diketahui rasa asin tersebut berasal dari air sumur.

Proses pembuatan garam Gunung Krayan, Long Bawan, Nunukan, Kalimantan Utara. TEMPO | Ninis Chairunnisa

Penduduk sekitar mengelola air sumur asin menjadi garam. Garam gunung Krayan ini laku dijual ke Malaysia dan harganya lebih mahal dari garam biasa.

Seorang penduduk pengolah garam gunung, Marda mengatakan garam ini memiliki kelebihan karena kandungan yodiumnya yang tinggi. "Kalau dimasak bersama sayuran hijau tidak akan mengubah warna sayuran," kata dia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus