Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Hari ini, Gerakan Selasa Wage kembali digelar di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Penyelenggaraan kedua kali ini mengangkat tema “Warna-warni Malioboro”.
Tema itu dipilih sebagai simbol beragamnya komunitas dan lapisan masyarakat di Malioboro. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan dalam Gerakan Selasa Wage kali ini, antara lain kebersihan, penanaman pohon, dan pengecatan beberapa sudut jalan.
Seorang pedagang kaki lima di Malioboro, Sulardi, mengaku rela mengeluarkan uang dari kantong sendiri untuk membeli cat dan mengecat pagar di sekitar lokasinya berjualan.
"Tidak keberatan karena memang warna pagar sudah kusam. Kebetulan saya berjualan di sini," kata pedagang yang sudah berjualan sejak 1988 itu.
Sulardi mengusulkan Gerakan Selasa Wage tidak hanya diisi kegiatan kebersihan, tapi juga kegiatan tambahan lain. “Seperti kesenian atau hiburan sehingga suasana di Malioboro tetap ramai,” ujarnya.
Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen meningkatkan kualitas Gerakan Selasa Wage ini. Tujuannya, agar kondisi kawasan Malioboro yang bersih, tertib dan aman, segera tercapai. "Dalam setiap penyelenggaraannya akan selalu ada peningkatan-peningkatan tanpa menghilangkan ruh Malioboro sebagai etalase Yogyakarta," kata Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti di Malioboro, Yogyakarta.
Turis mancanegara berjalan di kawasan wisata Malioboro yang kosong di Yogyakarta, 26 September 2017. PKL, seniman jalanan, andong, becak, dan pedagang asongan di sepanjang Jalan Malioboro akan diliburkan setiap 35 hari sekali pada Selasa Wage. ANTARA
Haryadi mengapresiasi semua pedagang kaki lima yang bersedia meliburkan diri selama satu hari penuh setiap Selasa Wage dan membersihkan kawasan Malioboro. Ia menyebutkan Gerakan Selasa Wage bukan inisiatif sepihak Pemerintah Kota Yogyakarta, tapi justru muncul dari kehendak pedagang kaki lima dan komunitas.
"Dengan libur satu hari, Malioboro akan bisa beristirahat. Pengunjung atau wisatawan dapat merasakan kondisi yang berbeda di Malioboro. Harapannya, wisatawan tetap bisa menikmati suasana Malioboro setiap Selasa Wage," ucapnya. Haryadi kemudian menanam pohon gayam sebagai perindang di kawasan tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono mengatakan semua komunitas di Malioboro harus bisa menjadikan Gerakan Selasa Wage sebagai sebuah kebiasaan atau budaya.
"Semua pihak sudah mengetahui tanggung jawab masing-masing sehingga setiap Selasa Wage sudah langsung berjalan dengan sendirinya," tuturnya.
ANTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini