Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Gunung Merapi Erupsi, Wisata Minat Khusus Jalan Terus

Gunung Merapi di Yogyakarta erupsi pada pagi hari. Abunya mencapai ketinggian 6.000 meter. Namun tak mengganggu pariwisata di sekitar lereng Merapi.

3 Maret 2020 | 22.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Letusan Gunung Merapi terlihat dari Bulit Klangon, Cangkringan, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa 3 Maret 2020. Gunung Merapi meletus pada pukul 05.22 WIB dengan tinggi kolom 6.000 meter, status waspada (level II). ANTARA FOTO/Rizky Tulus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi di Yogyakarta erupsi setinggi 6.000 meter di atas puncak pada Selasa, 3 Maret 2020, pukul 05.22 WIB. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mencatat ,erupsi kali ini membawa hujan abu hingga radius 10 kilometer dari puncak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hujan abu terjadi di wilayah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah atau ke arah timur dan utara kawah. Status Gunung Merapi masih ditetapkan pada level II atau waspada. Erupsi kali ini juga dinilai tidak memberi dampak negatif pada wisata di kawasan Merapi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Dari hasil pantauan sejak pagi, erupsi yang terjadi hari ini tidak terlalu mempengaruhi aktivitas wisata minat khusus, utamanya jip lava tour," kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Sudarningsih, Selasa petang, 3 Maret 2020.

Sudarningsih menuturkan erupsi yang sempat menghebohkan, karena hujan abu itu juga tak mempengaruhi minat wisatawan. "Jumlah wisatawan yang menggunakan jip relatif tidak ada penurunan dibanding hari yang sama pada Minggu lalu," ujarnya.

Terkait dengan erupsi Merapi yang mulai sering terjadi, Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman tetap mengimbau kepada penyedia dan pengguna jasa pariwisata di lereng Gunung Merapi agar tetap tenang.

Selain itu, agar semua pihak tetap mengacu dan memperhatikan setiap informasi yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, dalam hal ini BPPTKG untuk menyikapi erupsi Gunung Merapi.

Sementara itu Raja Keraton yang juga Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X mengatakan, aktivitas vulkanik yang terjadi berkala pada Gunung Merapi tersebut, menurutnya lebih baik dibanding gunung itu melakukan satu kali letusan besar. Pasalnya, material besar yang dilontarkan membuat warga was-was. 

"Gunung Merapi itu kan memang (gunung api) aktif di dunia. Bagi warga sekitar Gunung Merapi, hal itu biasa," ujarnya.

Menurut Sultan, warga di sekitar lereng Gunung Merapi sudah paham akan siklus gunung yang pernah meletus hebat pada 10 tahun silam,  pada 2010.

Wisatawan bersiap mengikuti wisata "Volcano Tour Merapi" dengan mengendarai mobil Jip di kawasan lereng Gunung Merapi, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, (29/12). ANTARA/Sigid Kurniawan

Selain itu, terkait mitigasi bencana, Sultan juga mengatakan bahwa mereka sudah memiliki bekal untuk urusan melakukan penyelamatan atau evakuasi diri.

"Masyarakat lereng Merapi sudah tahu apa yang dilakukan karena mereka setiap empat tahun sekali ada kejadian, maka sudah punya pengalaman," ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus