Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Ikhtiar Mempertahankan Rumah Kolonial di Banyuwangi

Hidora bekerja sama dengan perangkat desa Balak Kabupaten Banyuwangi untuk melestarikan rumah-rumah kuno era kolonial di kawasan itu.

22 Oktober 2017 | 07.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pawai Kuntulan Kampung Melayu melintasi rumah peninggalan kolonial saat pembukaan Festival Kampong Temenggungan di Banyuwangi, Jawa Timur, 17 Januari 2016. Kolaborasi antara seniman lokal Temenggungan bersama seniman dari berbagai daerah hingga mancanegara menunjukkan apresiasi seni sebagai kesiapan kampung Temenggungan untuk go international. Dwianto Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Banyuwangi -Bachtiar Djanan dari gerakan Hiduplah Indonesia Raya (Hidora) mengatakan organisasinya telah menjalin-kerja sama dengan perangkat desa Balak Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi untuk melestarikan rumah-rumah kuno era kolonial di kawasan itu.  Saat ini, rumah-rumah kuno itu cukup banyak dijumpai di Desa Balak.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pelestarian itu diperlukan karena  sebagian rumah kuno itu telah direnovasi dn berubah wajah menjadi rumah dengan desain moderen. Berkat kerja sama itu kini beberapa rumah kuno bisa dipertahankan dan dimanfaatkan untuk aktifitas wisata budaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kadang juga dipergunakan sebagai lokasi pertunjukan seni budaya, ataupun sebagai lokasi makan maupun coffee break,” kata Bachtiar Djanan, Sabtu, 21/10.Asrama Inggrisan, salah satu situs sejarah dari era kolonial di Banyuwangi, Jawa Timur. Gedung ini dulunya adalah kantor telegraf pertama yang dibangun Inggris. TEMPO/Ika Ningtyas

Desa Balak adalah salah satu desa tua di Banyuwangi. Menurut sejarah, keberadaan desa ini sudah tercatat sejak tahun 1732. Dulunya belum berupa desa, namun disebut 'pakuwuhan' yg berada di wilayah Umbulsari.

Salah satu tradisi tua di desa Balak yang kembali digalakkan adalah pembuatan jenang suro. Ini adalah tradisi rutin yg digelar warga secara massif saat bulan Suro.

Revitasliasi rumah adat juga pernah digerakkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Pada 2013 pemeirntah menyediakan dana talangan bagi warga Desa Kemiren, Kecamatan Glagah yang akan merombak rumahnya menjadi rumah khas desa setempat. "Setiap rumah kami berikan Rp 10 juta," kata Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, 8 Februari 2013.

Desa Kemiren adalah salah satu desa yang masyarakatnya masih memegang tradisi lokal etnis Using. Desa yang terletak 5 kilometer arah barat kota Banyuwangi itu ditetapkan sebagai desa wisata budaya.

Bupati Azwar Anas mengatakan Pemkab menyediakan anggaran Rp 500 juta untuk merombak 50 rumah di desa tersebut.  Anas menjelaskan, dia merasa prihatin karena rumah khas Using semakin langka di Banyuwangi. "Masyarakat lebih tertarik membangun rumah modern," kata dia.

Rumah khas masyarakat Using di Desa Kemiren umumnya berbahan bambu dan kayu. Ada tiga tipe jenis rumah khas Using, yakni tikel balung, crocogan, dan baresan.

DAVID PRIYASIDHARTA | IKA NINGTYAS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus