Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Untuk ketiga kalinya saya main ke Pasar Santa. Pasar tradisional itu kini berubah namanya menjadi Pasar Modern Santa. Setelah sebelumnya sempat main ke sana pada malam hari, kali ini saya mencoba sore hari. Tanpa rencana sebelumnya, saya bersama dua orang teman akhirnya memutuskan untuk berkunjung. Buat yang belum tahu, Pasar Santa terletak di Jalan Cisanggiri II, Jakarta Selatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tampak luar sih enggak akan ada bedanya dengan pasar tradisional lain. Saat pertama kali datang dulu, saya sempat bingung di mana letak tempat jajanan yang hits itu. Ternyata, setelah bertanya ke tukang parkir, letaknya ada di lantai 1. Sedangkan lantai dasar dan basement para pedagang masih membuka lapak sembako, kelontong, serta toko emas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tampak jelas perbedaan ketika saya sudah menaiki tangga menuju lantai 1. Kios-kios di sana dicat ulang dan didekor dengan sangat kreatif. Mau jajanan apa? tradisional? Ada! Western? Ada! Ala-ala Jepang? Ada juga! Bahkan ada yang jual jamu! Ah, senangnya. Kini ada tempat pilihan selain mal untuk kongko sama teman-teman.
Waktu awal datang, malam sekitar pukul 21.00, sudah banyak kios yang tutup. Lalu, saat saya bertandang siang hari sekitar pukul 14.00, masih juga banyak kios yang tutup. Saya jadi berpikir, ini memang kiosnya belum terisi atau gimana, ya? Suasana Pasar Santa, salah satu tempat yang bisa menjadi pilihan Bukber dengan low budget di daerah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 19 Mei 2018. TEMPO/Dewi Nurita
Saya sempat memperhatikan ada kios yang baru buka pukul 14.00. Sedangkan kios tempat saya makan sudah mau tutup sekitar pukul 15.00. Hmmmm, bingung, kan? Karena ketidakseragaman ini, pengunjung seperti saya jadi tidak bisa membedakan mana kios yang buka pagi, siang, dan malam.
Ngomong-ngomong soal makanan, di Pasar Santa, saya sempat mencoba nasi Bali. Nasi ini saya beli di Warung Nasi Bali Bu Made Swendri. Lalu setelahnya coba es potong ala Orchard Roadm Singapura. Bagaimana rasanya? Enak, kok.
Setelah makan nasi bali dan mencoba es potong, apakah sudah kenyang? Belum, tentu saja. Jajanan ketiga yang saya cobain adalah kue cubit. Saya lup apa nama kiosnya apa.
Setelah menjelajahi kuliner di Pasar Santa, saya menyimpulkan, kekurangannya ialah kalau siang di akhir pekan, jalan masuk ke sini cukup macet. Duh, pengunjung yang bawa kendaraan kudu sabar.
Lalu kondisi pasarnya masih kurang bersih. Seandainya lebih bersih, pasti akan lebih nyaman. Tapi so far sudah mending. Kita punya alternatif pilihan tempat nongkrong selain mal. Jadi, main ke Pasar Modern Santa, yuk!
Tulisan ini telah terbit Theindira