Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Musim penghujan biasanya menjadi momok para perajin batik, tak terkecuali di Yogyakarta. Sebab ketika musim hujan tiba, proses pengeringan kain batik yang sudah dilukis atau tulis itu akan menjadi sangat lama karena banyak mengandalkan sinar matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Alhasil, tak jarang para perajin batik itu musti mengalami penurunan produktivitas dan omset ketika musim hujan tiba. Namun kini, ada sejumlah perajin batik di Yogyakarta yang menggunakan cara lain agar tak tergantung musim demi menjaga produktivitasnya.
Mesin pengering khusus
Seperti yang dilakukan desainer fashion yang juga pengelola Rumah Batik Jinggar, Vitalia Pamoengkas, yang beralamat di Kampung Nyutran Tamansiswa, Wirogunan Yogyakarta. "Saat musim hujan seperti ini, batik batik pesanan yang sudah dilukis kami keringkan di mesin pengering khusus bertenaga surya," kata Vita, saat ditemui Jumat 22 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vita mengakui, musim hujan selama ini mempengaruhi produktivitas para perajin. Namun dengan mesin berbentuk dome atau kubah bertenaga surya yang ia miliki, kendala musim sudah tak terlalu dipikirkan lagi.
"Teknologi pengering yang kami terapkan lebih hemat waktu, biaya, dan tenaga, karena bisa memproses pengeringan hanya dalam waktu satu jam. Sekali jemur di mesin itu bisa 30 potong kain," imbuh Vita.
Dome tempat pengeringan bertenaga surya yang diterapkan Rumah Batik Jinggar Yogykarta. Dok.istimewa
Teknologi untuk memproduksi batik
Usaha Rumah Batik Jinggar yang berdiri tahun 2010 itu sendiri memproduksi batik kontemporer, klasik, cap dan batik tulis. Vita menerapkan sentuhan teknologi untuk produksi batiknya. Selain menggunakan mesin pengering bertenaga surya, dalam desainnya polanya juga terkomputerisasi. Saat pesanan menumpuk, ia menggunakan mesin dalam proses klowongan atau proses pembentukan elemen dasar dari desain batik.
Batik yang dihasilkan adalah motif klasik Yogya. Yang membedakan salah satunya karena motif batik tidak memenuhi seluruh kain. “Motif batik kami berbeda dengan yang lain, karena tidak full di seluruh kain, hanya di beberapa titik saja," ujar dia.
Vita menuturkan, motif batik buatannya yang paling laris justru motif batik tulis yang terinspirasi situasi saat pandemi Covid-19 melanda tanah air. Motif itu memadukan pakem motif yang sudah ada dikreasikan dengan motif baru seperti flora dan fauna.
Batik produkai Rumah Jinggar itu sendiri sudah menembus pasar mancanegara. Terutama Malaysia dan Dubai yang jadi pelanggan utama. Batik di rumah batik ini dibanderol mulai Rp 500 ribu hingga Rp 2 juta. "Dalam satu bulan rata-rata ada 30 batik terjual baik pesanan dalam negeri juga mancanegara," kata dia.
Pengelola Rumah Batik Jinggar, Vitalia Pamoengkas (baju biru) sedang merampungkan proses batik Jumat, 22 November 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Seleksi Pertamina UMK Academy
Rumah Batik Jinggar Yogyakarta itu sendiri cukup sering meraih berbagai penghargaan baik dari pemerintah daerah hingga swasta karena inovasi terobosan produksinya. "Saat ini kami juga terseleksi menjadi salah satu dari 133 peserta ajang Pertamina UMK (Usaha Mikro Kecil) Academy di wilayah Yogyakarta-Jawa Tengah," kata Vita.
Dari ajang itu, Batik Jinggar berkompetisi demi masuk 79 besar UMK se Yogya-Jateng untuk maju tingkat nasional demi mendapatkan alat hibah produksi senilai ratusan juta rupiah. "Kami membutuhkan mesin klowong untuk meningkatkan produksi, jadi ikut ajang itu agar bisa mendapatkan mesin itu," kata dia.
Area Manager Communication, Relations Corporate Social Responsibility Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga Brasto Galih Nugroho menuturkan ada 8.500 pendaftar dari seluruh wilayah di Indoonesia mengikuti ajang itu pada 2024 ini. Dari jumlah itu ada sekitar 1.686 usaha kecil mengikuti program tersebut.
Dari jumlah itu, sebanyak 523 UMK telah dinyatakan lolos ke level nasional pada Agustus 2024, termasuk 79 UMK dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. "Dari 79 UMK Jawa Tengah dan Yogyakarta yang terseleksi maju penilaian tingkat nasional itu Batik Jinggar salah satunya karena berhasil menerapkan inovasi dalam menjaga produktivitasnya," kata dia.