Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Boyolali -Pencarian dua pendaki yang tersesat di kawasan puncak Gunung Merapi sejak Selasa siang lalu terpaksa dihentikan sementara karena terkendala cuaca buruk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dua pendaki tersebut adalah Muhammad Zada Lubab (usia sekitar 17 tahun) asal Desa Lopait, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, dan Sucipto, 32 tahun, warga Desa Rempoah, Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kabutnya tebal sekali. Jarak pandang hanya sekitar 20 meter,” kata Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali, Kurniawan Fajar Prasetyo, kepada Tempo di basecamp SAR Barameru, Dukuh Plalangan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, pada Rabu sore, 13 Desember 2017.
Selain kabut tebal, dari pantauan Tempo, hujan juga tak henti mengguyur sepanjang jalur pendakian Gunung Merapi via Selo Boyolali sejak Rabu siang. Sejumlah relawan dari Solo Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sejak siang telah mempersiapkan perbekalan untuk melakukan penyisiran terpaksa bertahan di basecamp SAR Barameru.
Kurniawan mengatakan, pencarian kedua pendaki yang tersesat itu akan dilanjutkan pada malam hari jika cuacanya cerah. Namun, pencarian pada malam hari hanya melibatkan personel dalam jumlah terbatas. “Kalau nanti malam cuacanya masih belum memungkinkan, pencarian akan kami lanjutkan besok pagi."
Selain menyisir lereng Gunung Merapi kawasan Boyolali, proses pencarian kedua pendaki yang berlangsung sejak Selasa malam hingga Rabu siang itu juga melalui jalur pendakian Sapuangin wilayah Kabupaten Klaten. “Untuk surviver Sucipto sudah ada kisi-kisi titik lokasinya karena sempat berkomunikasi via ponsel,” kata Ketua SAR Barameru, Lahar.
Sedangkan Zada hingga kini masih hilang kontak. Zada dan Sucipto terakhir kali diketahui berada di tengah perjalanan turun dari puncak menuju kawasan Pasar Bubrah (titik pendakian terakhir). Belum diketahui penyebab keduanya terpisah.
“Semoga Zada bisa bertahan. Dia cuma bawa kompor, mie instan, kopi, dan baju-baju. Tidak bawa tenda,” kata Slamet, 17 tahun, rekan Zada yang menunggu di basecamp SAR Barameru. Selama proses pencarian dua pendaki itu masih berlangsung, jalur pendakian Merapi ditutup selama sepekan.
Akibatnya, sejumlah pendaki yang sudah terlanjur tiba di basecamp SAR Barameru terpaksa berganti haluan ke Gunung Merbabu. “Padahal sudah lama kami berencana mendaki Gunung Merapi untuk yang pertama kali,” kata Muhammad Adi, 17 tahun, salah satu dari enam pendaki asal MAN Salatiga.
DINDA LEO LISTY (Boyolali)
Berita lain: