Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kala Santai, Ini yang Dilakukan Para Suster Ordo Santa Ursula (3)

Menjelang Natal, tempo.co, mengulas destinasi terkait penyebaran ajaran Nasrani, salah satunya Museum Santa Maria yang berkisah Ordo Santa Ursula.

20 Desember 2019 | 14.27 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Museum Santa Maria adalah ruang untuk menyimpan memorabilia para suster Ursulin, Ordo Santa Ursula, yang pertama kali datang ke Indonesia. Bangunan museum ini menempati gedung biara yang sudah ada sejak tahun 1856.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tahun 1856 merupakan kedatangan pertama tujuh suster Ursulin dari Sittard, Belanda ke Batavia. Kehidupan mereka pada awal kedatangannya di Batavia, dapat ditelusuri kembali di Museum Santa Maria.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Museum Santa Maria dibuka untuk umum. Para tamu diperkenankan memasuki 10 ruang yang menyimpang berbagai benda peninggalan para suster Ursulin. Dari semua itu, ada sebuah area terbuka bernama Recreation Room atau ruang rekreasi.

"Rekreasi yang dimaksud adalah para suster berkumpul dalam suasana kebersamaan setelah berkarya," kata Thomas Aji, selaku pemandu Museum Santa Maria, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2019. Di situlah para suster menghabiskan waktu luangnya, usai mengerjakan berbagai tugas.

Recreation Room berada di area terbuka, persis di samping ruang makan (Dinning Room). Ada meja yang memajang selembar alas mainan ludo. Ada pula mainan scrabble. "Permainan bersama-sama ketika para suster selesai berkarya," tuturnya.

Persis di samping, ada meja lain yang ukurannya kecil. Di meja itu ada bekas kotak pembungkus ludo dan scrabble dengan keterangan bahasa asing. "Ada bahasa Belanda dan Belgia," katanya.

Mainan ludo yang dipajang di meja Recreation Room, Museum Santa Maria, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2019. TEMPO/Bram Setiawan

Namun demikian, Aji belum bisa memastikan tahun persis mainan ludo dan scrabble itu ada di tempat tersebut. "Kami masih riset soal itu," ucapnya.

Aji menceritakan, ruang terbuka untuk rekreasi para suster itu dulu ada banyak kursi. "Kursi yang menghadap kebun biara," katanya.

Ruang rekreasi itu sampai sekarang masih digunakan untuk para suster menikmati waktu luang. Namun saat ini ruang terbuka itu tak lagi sama dengan suasana pada masa lampau. Meski ada kursi dan meja, namun ditata untuk kebutuhan memajang benda-benda peninggalan para suster pada masa lampau.

Tak ada catatan khusus tentang jam para suster rekreasi. Aji menuturkan, biasanya para suster rekreasi pukul 15.00-17.00. "Jam istirahat seusai waktu berkarya," tuturnya.

Sedangkan waktu rekreasi penuh pada Minggu. Atau misalnya ketika hari ulang tahun suster, pergantian tahun, dan ulang tahun biara.

Namun kebiasaan bersantai itu berubah, "Nah, sejak ada Algemeene Nederlandsch-Indische Electriciteits-Maatschappij (ANIEM) itu, listrik digunakan pertama kali di Santa Maria saat pentas seni anak-anak asrama," katanya.

Bungkus mainan ludo dan scrabble di Recreation Room di Museum Santa Maria, Jakarta Pusat, Jumat, 6 Desember 2019. TEMPO/Bram Setiawan

Setelah berdiri perusahaan listrik ANIEM di Hindia Belanda (sekarang Indonesia) pada dekade pertama tahun 1900-an juga waktu istirahat para suster menjadi dua kali. Pertama, kata Aji, pukul 15.00-17.00, waktu istirahat pribadi. "Kedua, rekreasi bersama seusai makan malam atau saat acara tertentu sekaligus dengan makan malam," ucapnya.

Ia menambahkan, seusai waktu rekreasi ditutup dengan doa. "Waktu rekreasi malam sekitar pukul 19.30 - 20.30. Kalau hari-hari pesta bisa lebih lama," katanya.

BRAM SETIAWAN

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus