Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Suku Sasak merupakan salah satu suku yang berasal dari Pulau Lombok. Suku Sasak merupakan suku yang dikenal sangat menjunjung tinggi kearifan lokalnya, termasuk perihal peraturan adat istiadat dalam membangun rumah. Dalam mendirikan tempat tinggal, Suku Sasak memanfaatkan bahan-bahan yang disediakan oleh alam, salah satunya memakai kotoran sapi.
Mengutip dari Jurnal Green Growth dan Manajemen Lingkungan edisi 2017, sebagian besar rumah Suku Sasak dibangun dengan memanfaatkan bahan alam, berupa kotoran kerbau. Penggunaan kotoran kerbau ini dimanfaatkan sebagai bahan alas rumah dan tembok. Selain itu, kotoran kerbau dicampur dengan tanah liat sebagai semen atau bahan perekat. Setiap sebulan sekali, kotoran kerbau tersebut diganti guna menjaga kekokohan tembok dan lantai rumah.
Lantai rumah sebelum diberi kotoran sapi, telah dibuat sedemikian rupa menggunakan bahan-bahan alam lainnya, seperti campuran tanah, getah pohon, dan abu. Setelah itu, lantai baru diolesi kotoran sapi atau kerbau. Sebagaimana dijelaskan dalam Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan edisi 2017, kotoran kerbau dinilai dapat menghilangkan kelembapan pada lantai dan sebagai pengusir nyamuk. Kotoran kerbau yang digunakan pada alas lantai juga dapat memberikan kehangatan pada rumah.
Sebelum ada plester semen, dahulu masyarakat Suku Sasak mengoleskan kotoran kerbau di alas rumah dengan menggunakan air saja. Meskipun demikian, mengutip laman p2k.unkris.ac.id, uniknya, aroma tidak sedap tidak terasa pada lantai rumah masyarakat Suku Sasak.
Masyarakat Suku Sosok percaya, penggunaan kotoran kerbau sebagai bahan baku mendirikan rumah dapat mendatangkan keberkahan bagi mereka. Kebiasaan tersebut pun masih terus dilakukan secara turun temurun.
NAOMY A. NUGRAHENI
Baca: Menyisipkan Kearifan Lokal Suku Sasak di Homestay Wisatawan MotoGP Mandalika
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini