Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Keraton dan Puro Pakualaman Yogya Akan Memamerkan Koleksi Batik

Keraton Yogyakarta akan menampilkan 14 koleksi batik dan Puro Pakualaman sebanyak 12 koleksi batik.

23 Februari 2018 | 15.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ratu Denmark Margareth II (tengah) memilih batik pada stand pameran batik saat kunjungan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, 24 Oktober 2015. TEMPO/Pius Erlangga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Keraton dan Puro Pakualaman Yogyakarta akan menggelar kolaborasi pameran batik koleksi dua lembaga adat tersebut dalam pameran bertajuk Cerita Di Balik Goresan Canting di Gedung Oval Taman Pintar, 26 Februari sampai 4 Maret 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pameran ini digelar untuk merayakan Hadeging Nagari Ngayogyakarta atau peringatan berdirinya Kota Yogyakarta ke 271. Keraton Yogyakarta akan menampilkan 14 koleksi batik dan Puro Pakualaman sebanyak 12 koleksi batik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Kami akan membawa koleksi batik tertua di Keraton dalam pameran itu,” ujar Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya Keraton Yogya, Gusti Kanjeng Ratu Bendara, Kamis, 22 Februari 2018.

Lembaga Nitya Budaya adalah lembaga di bawah keraton yang selama ini bergerak menangani museum dan manuskrip Keraton. GKR Bendara yang juga putri bungsu Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengatakan koleksi batik tertua yang disimpan keraton antara lain batik motif parang dan kawung.

Dua motif ini sudah diciptakan sejak era Sultan Agung, 1613–1645. Hanya saja untuk batik parang maupun kawung yang akan dipamerkan kali ini usia kainnya tidak setua ketika motif diciptakan.

“Usia kain parang yang dipamerkan yang jelas sebelum Ngarsa Dalem (Sultan HB X) jumeneng (bertahta),” ujar Bendara. Sultan HB X sendiri dinobatkan sebagai raja Keraton pada 1989.

Selain motif parang dan kawung, Bendara mengatakan dalam pameran itu juga akan memboyong koleksi batik motif taruntum. Motif ini biasanya dipakai untuk keperluan prosesi midodareni, bagian proses pernikahan adat Jawa berupa pingitan untuk calon pengantin wanita sehari sebelum prosesi pernikahan.

Selain itu dari Keraton juga mengeluarkan motif batik yang belum banyak dikenal seperti ceplok ratu ratih yang dibuat berdasarkan cerita pewayangan Dewi Ratih, istri Bhatara Kamajaya yang menyimbolkan keabadian cinta.

Tak ketinggalan batik motif dodot sepanjang 10 meter yang pernah digunakan GKR Bendara saat melangsungkan pernikahan besarnya pada 2011 juga ikut dipamerkan.

Permaisuri Raja Puro Pakualam X, Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam mengatakan pameran ini akan membawa koleksi batik yang selama ini dibuatnya untuk koleksi museum Puro Pakualaman. “Batik-batik yang saya buat biasanya bersumber dari naskah-naskah kuno Puro Pakualaman, mulai sejarah dan filosofinya,” ujar Paku Alam.

Misalnya saja motif asta brata. Asta brata merupakan kisah kepemimpinan yang telah dibukukan atau ditulis Paku Alam X, dia menuangkan dalam karya batik. Motif ini menggambarkan tentang delapan sifat yang mesti dimiliki seorang pemimpin.

Selain itu, Paku Alam juga akan menampilkan koleksi batik dengan motif bernama Wilaya Kusuma Jana. Motif ini diwarnai bentuk bungan dan jalinan, mirip simbol keseimbangan Yin-Yang dalam filosofi Cina, yang menggambarkan dua sisi manusia. “Motif Wilaya Kusuma Jana ini mengajak pemakainya saat direndahkan tidak marah, ketika dipuja tidak tinggi hati,” ujarnya.

Paku Alam pun akan membawa koleksi batik motif sestradi yang bersumber dari ajaran kuno Paku Alam I dan II tentang 21 rahasia kehidupan Puro Paku Alaman, tentang sifat dan buruk manusia. Motif ini banyak diwarnai dengan gambar huruf Jawa.

Pameran koleksi batik ini tidak untuk dijual kepada publik melainkan hanya sebagai wahana edukasi untuk mengenal lebih dalam koleksi batik dua lembaga.

Kepala Taman Pintar Yogyakarta Afia Rosdiana menuturkan khusus pada hari Sabtu dan Minggu, 3-4 Maret 2018, akan ditampilkan praktek pembuatan batik di area pameran oleh para pembatik khusus Keraton dan Puro Pakualaman.

“Sehingga pelajar dan masyarakat yang jadi sasaran pameran ini bisa lebih mengenal cara membatik motif dari Keraton dan Puro Pakualaman,” ujarnya.

PRIBADI WICAKSONO

Rezki Alvionitasari

Rezki Alvionitasari

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus