Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Keunikan Songket Pandai Sikek dari Sumatera Barat yang Membuatnya Berharga Mahal

Songket Pandai Sikek memiliki harga terbilang cukup tinggi dibandingkan jenis lainnya.

30 Juni 2023 | 23.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Proses pembuatan songket Pandai Sikek mengunakan alat semi otomatis yang diberi nama panta. TEMPO/Fachri Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kain songket asal Sumatera Barat menjadi salah satu primadona di bidang fasion Indonesia. Salah satu kain songket yang terkenal adalah songket Pandai Sikek.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pandai Sikek merupakan daerah yang berada di lereng Gunung Singgalang, tepatnya di Kecamatan X Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Songket Pandai Sikek bisa memiliki harga sampai puluhan juta.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 12 Juni 2023, Tempo mengunjungi salah satu sentra songket yang ada di Pandai Singket. Di sana terdapat sejumlah perajin yang memainkan alat tenunnya untuk memadukan benang warna-warni hingga menjadi kain songket.

Salah satu perajin, Randi Fernando mengatakan songket Pandai Sikek memiliki harga terbilang cukup tinggi. Satu helai songket berbahan katun bisa dibandrol dengan harga Rp 2,5 sampai 3 juta. Harga tersebut tergantung kerumitan motifnya dan benang yang dipakai.
 
Songket Pandai Sikek juga terdiri dari beberapa jenis. Ada yang berbahan katun, semi sutra dan sutra murni.

Setiap bahan memiliki harga yang berbeda. Misalnya songket bahan semi sutra harganya kisaran Ro 5 juta dan sutra murni bisa sampai Rp 10 juta per helai.

Selain itu, menurut Randi, hal yang membuat harga tinggi karena para pengrajin songket di Pandai Sikek selalu menjaga kualitas bahannya. “Kami selalu menjaga kualitas bahannya,” ujarnya sambil memperlihatkan kumpulan benang berwarna merah.

Bahkan benang emas untuk membuat kain harus diimpor dari Singapuea. “Kami masih menggunakan benang emas yang di impor dari Singapuea sehingga kualitasnya tetap terjaga,” kata Randi.

Faktor lainya adalah karena songket di Pandai Sikek ditenun dengan penuh ketelitian dan kehati-hatian. Jika ada tenunan motif yang salah, maka tenunan tersebut akan dibuka kembali dan dirangkai ulang dari awal.

Sebab, pengrajin tidak ingin ada yang tidak sempurna. "Ya kami sangat menjaga kualitas bahan dan hasil,” kata pria berusia 30 tahun itu.

Faktor lain yang membuat kain iyu mahal adalah nilai filosofi yang terkandung di dalam motifnya. “Motif di kain songket ini bernama saluak laka yang berbentuk rantai berpilin, itu mempunyai arti betapa pentingnya menjaga silaturahmi sesama manusia,” kata Randi.

Ada juga motif lainnya, seperti pucuak rabuang, buah palo, sirangkak, bi teh, ula gerang dan ilalang rabah. Semua motif tersebut memiliki arti filosofi yang dalam dan mencerminkan kehidupan sosial masyarakat.

"Motif-motif yang saya sebutkan itu pasti selalu ada di setiap songket yang berasal dari Pandai Sikek, tetapi yang paling wajib di setiap songket Pandai Sikek itu adalah saluak laka,” kata Randi.

Selanjutnya, Randi menyebutkan perbedaan mendasar songket Pandai Sikek dengan daerah lain. Perbedaan itu terlihat dari posisi motifnya yang sangat padat, berisi dan rapat.

Hal itu membuat songket Pandai Sikek sangat berat dibandingkan songket lainnya. "Songket dari Pandai Sikek ini sangat berat, karena benang dari emas asli ataupun tembaga. Namun, kami juga sedang mencoba beradaptasi dengan zaman,” kata Randi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus