Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dikembangkan sebagai kawasan semi pedestrian, manajemen lalu-lintas di Malioboro dengan menjadikan titik itu sebagai bundaran besar. “Kami tentunya akan melakukan uji coba berdasarkan hasil kajian,” kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta Wirawan Hario Yudho di Yogyakarta, Rabu, 27/6.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Manajemen lalu lintas dengan konsep bundaran besar dinilai cocok diterapkan di kota Yogyakarta yang luasnya terbatas. Dengan menjadikan sebuah kawasan sebagai bundaran besar, yang bersinggungan dengan bundaran besar di kawasan lain, maka arus lalu lintas terus mengalir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harapannya, tidak ada arus lalu lintas yang terhambat dan menimbulkan kemacetan. “Konsep bundaran besar ini bisa diibaratkan seperti mesin jam yang terus berputar,” kata Wirawan.Andong tengah parkir di jalur lambat Jalan Malioboro, Yogyakarta. Tempo/Tulus Wijanarko
Namun demikian, kata Wirawan, konsep bundaran besar tersebut dapat dikombinasikan dengan konsep lalu lintas lain. “Sehingga muncul konsep lalu lintas seperti kepak sayap kupu-kupu.”
Wirawan konsep penataan lalu lintas terbaik akan dutentukan dengan memperhatikan berbagai faktor. Sejumlah faktor yang dipertimbangkan, antara lain, titik-titik pertumbuhan ekonomi dan kenyamanan wisatawan.
“Yang pasti, kami akan memprioritaskan penggunaan berbagai moda angkutan umum di kawasan Malioboro,” kata dia. Wirawan berjanji, hasil kajian mengenai perubahan manajemen lalu lintas kawasan Malioboro akan diuji coba terlebih dulu sebelum diterapkan.
ANTARA