Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Kuah Beulangong, Kuliner Tradisional Aceh yang Penuh Makna dan Sejarah

Kuah beulangong biasa disajikan pada momen-momen istimewa di Aceh, seperti Maulid Nabi, Iduladha, Idulfitri, Ramadan, bahkan saat PON 2024

20 September 2024 | 06.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Aceh tidak hanya dikenal sebagai daerah yang kaya akan budaya dan sejarah, tetapi juga memiliki beragam kuliner khas yang menggambarkan identitas masyarakatnya. Salah satu makanan khas yang wajib disajikan pada acara-acara penting adalah kuah beulangong, sejenis gulai daging yang dipadukan dengan nangka muda serta rempah-rempah khas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama "beulangong" sendiri merujuk pada alat masak yang digunakan, yaitu belanga atau kuali besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kuah beulangong tidak hanya menjadi sajian lezat, tetapi juga memiliki makna spiritual dan simbol kebersamaan. Dalam adat Aceh, proses memasak makanan ini hanya boleh dilakukan oleh kaum pria. Proses memasaknya pun unik, kuah harus diaduk berlawanan dengan arah jarum jam sambil berselawat. Ini dipercaya sebagai wujud dari kegiatan spiritual, seperti simbol tawaf dalam ibadah haji. Di berbagai wilayah seperti Banda Aceh dan Aceh Besar, memasak kuah ini menjadi tradisi yang diadakan secara gotong-royong di meunasah atau masjid.

Disajikan pada momen istimewa

Selain menjadi sajian berbuka puasa, makanan ini juga dibagikan kepada warga sekampung sebagai simbol kebersamaan dan silaturahmi. Kuah beulangong biasa disajikan pada momen-momen istimewa, seperti Maulid Nabi, Iduladha, Idulfitri, hingga saat buka puasa di bulan Ramadan. Makanan ini juga menjadi salah satu sajian dalam penyambutan tamu Pekan Olahraga Nasional atau PON 2024 yang berangsung di Aceh dan Sumatra Utara.

Sejarah kuliner ini menunjukkan pengaruh dari berbagai budaya. Kuah beulangong memadukan daun kari yang dibawa oleh pedagang India dengan rempah-rempah lokal Nusantara, menciptakan cita rasa yang khas. Uniknya, dahulu biji ganja pernah digunakan dalam bumbu masakan ini sebagai pengempuk daging dan penyedap rasa, meski sekarang penggunaan tersebut sudah dilarang.

Cara memasaknya, penggunaan kuali besar, serta campuran rempah-rempah tradisional menciptakan cita rasa khas makanan ini. Bahan-bahannya sederhana, terdiri dari daging sapi atau kambing, nangka muda, kelapa gongseng, dan bumbu-bumbu seperti kunyit, kemiri, kayu manis, dan kapulaga. Kuah beulangong tidak hanya menjadi kuliner lezat, tetapi juga menyimpan filosofi mendalam tentang kebersamaan dan penghormatan pada tradisi.

PUTRI ANI | KEMDIKBUD.GO.ID | ACEHPROV.GO.ID

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus