TEMPO.CO, Kupang - Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan Kementerian Pariwasata (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kemenparekraf) sejak tahun 2017, telah menggalakkan wisata kesehatan.
"Ada 10 daerah prioritas pariwisata yang bisa digalakkan sebagai destinasi wisata kesehatan," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Melki Laka Lena saat berkunjung ke Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT) Selasa, 24 Desember 2019.
Menurut dia, belajar dari Penang Malaysia yang kota dan daerahnya bertumbuh karena mampu memadukan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan wisata, ia meyakini Labuan Bajo punya keunggulan yang jauh lebih hebat. Dari aspek destinasi wisata Labuan Bajo lebih unggul, sehingga peluang untuk mengembangkan wisata kesehatan jauh lebih terbuka.
"Pasien Indonesia yang membanjiri Penang dan kota lainnya di Asia Tenggara untuk berobat, tentunya lebih suka ke Labuan Bajo untuk berobat, bila kualitas pelayanan kesehatan setara atau melebihi Penang dan kota lainnya," kata Melki.
Untuk mewujudkan wisata kesehatan itu, Melki menyempatkan diri mengunjungi dua rumah sakit di Labuan Bajo yakni RS Komodo dan Siloam.
Dalam kunjungan ke RSUD Komodo, Melki diterima Direktur RSUD Komodo, dokter Linda Gampar dan Thomas A Edison yang menjelaskan kemampuan dan kebutuhan rumah sakit dalam menangani pasien -- baik warga daerah, wisatawan nusantara ataupun mancanegara.
Secara umum RSUD Komodo memiliki sarana prasarana dan tenaga kesehatan yang memadai. Hanya saja Melki, menggarisbawahi perlu dukungan pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan. Agar RSUD Komodo mampu menata diri sebagai RS yang mampu melayani berbagai jenis penyakit dan perawatan pasien.
Ruang perawatan RSUD Komodo, mampu melayani warga lokal dan wisatawan. Foto: @yolandagav5
Sementara di RS Siloam Labuan Bajo, Melki diterima Putri Respati, Executive Director Siloam Labuan Bajo dan beberapa staf. Rombongan diajak berkeliling beberapa poli dan ruang perawatan yang menjadi andalan RS Siloam.
Ada dua dokter putra Flores yang menurut Putri hanya ada di RS Siloam Labuan Bajo, yaitu dokter mata dan dokter ortopedi. "Alat ortopedi diFlores menurut infonya juga hanya tersedia di RS Siloam," kata Melki.
Derasnya turis yang masuk ke Labuan mendorong RS Siloam mengadakan alat hyperbaric oxygen chamber. Alat ini sangat berguna membantu pasien umumnya turis yang mengalami dekompresi, karena menyelam atau dekompresi akibat aktivitas bawah air lainnya. Dengan demikian pasien bisa ditangani dengan cepat, tanpa harus harus dirujuk ke Denpasar.
"Alat yang berbentuk kapsul ini juga bisa membantu terapi pernapasan untuk berbagai keluhan penyakit," jelasnya.
Dua RS yang ada di Labuan Bajo dengan berbagai fasilitas kesehatan, juga tenaga medisnya dengan sadar mempersiapkan diri untuk antisipasi perkembangan wisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat, yang makin meningkat.
Kedua RS ini, menurut Melki, butuh dukungan Pemda Kabupaten Manggarai Barat dan Pemda NTT, baik Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata dan dinas terkait lainnya, juga Pemerintah Pusat melalui Kemenkes, Kemenparekraf, termasuk DPR RI.
"Pada saat yang sama kedua RS ini tetap melayani warga kurang mampu di Manggarai Barat, sesuai informasi yang diberikan kepada kami kurang lebih 90 persen pasiennya ikut BPJS dan mayoritas kelas tiga dilayani oleh kedua RS," ujarnya.
Terkait potensi wisata kesehatan di Labuan Bajo, Melki berharap kerja sama berbagai pihak secara sinergis agar bisa menghadirkan wisata kesehatan di Labuan Bajo.
Menparekraf Wishnutama saat berkunjung ke Pulau Komodo. Labuan Bajo sebagai pijakan pertama menuju Pulau Komodo, bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata kesehata. Dok. Kemenparekraf
Komodo, kata Melki, sudah menjadi jangkar sekaligus penggerak ekonomi melalui perkembangan pariwisata Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT. Saatnya kembangkan dan gerakkan potensi lain yang selama ini diabaikan untuk mendukung berkembangnya wisata di Labuan Bajo yakni melalui wisata kesehatan.
"Potensi dan daya dukung ada di Labuan Bajo tinggal diatur dan didukung para pihak untuk mewujudkannya," tutup Melki.
YOHANES SEO