Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Ternate - Penyelenggaraan lomba mancing internasional di Pulau Widi, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, dijamin tidak melanggar prinsip konservasi di kawasan itu. Perhelatan Widi International Fishing Tournament pada 25-29 Oktober tersebut diikuti 300 pemancing profesional dari dalam dan luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku Utara Buyung Rajilun mengatakan Pulau Widi memang merupakan kawasan konservasi perikanan daerah (KKPD). Tapi dia menjamin lomba memancing internasional itu tidak akan merusak lingkungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Rajilun, peserta adalah para pemancing profesional. Dalam melakukan aktivitas memancing, mereka selalu mengacu pada aturan internasional. “Di antaranya harus memperhatikan faktor kelestarian lingkungan laut,” ucapnya di Ternate, Rabu, 11 Oktober 2017.
Aturan lain yang harus diikuti, ujar dia, adalah soal ukuran ikan yang boleh ditangkap. “Kalau ada ikan yang tertangkap berukuran di bawah 10 kilogram, itu harus dilepas kembali. Begitu pula jenis ikan yang dilindungi, seperti ikan napoleon.”
Alat pancing yang digunakan juga mesti ramah lingkungan. Dan, jika tersangkut ke terumbu karang, mata kail tidak boleh ditarik secara paksa. Sebab, tindakan itu dapat merusak terumbu karang.
Sebelum ini memang muncul kecemasan bahwa lomba memancing itu bisa merusak lingkungan, apalagi perairan yang digunakan termasuk kawasan konservasi. “Kekhawatiran itu tidak berdasar,” tutur Rajilun.
Menurut rencana, Presiden Joko Widodo akan membuka lomba mancing tersebut. Kontes yang memperebutkan Piala Presiden itu diikuti 300 peserta dari 51 klub. Sebanyak 13 klub di antaranya berasal dari mancanegara, seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Jepang, dan Singapura.
ANTARA