Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Mataram - Sebanyak 80 mahasiswa kelas Komunikasi Pemasaran Pariwisata, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat, terjun ke 17 desa wisata di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Mereka bertugas membantu promosi wisata desa-desa tersebut dengan menyesuaikan keadaan di masa pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dosen mata kuliah Komunikasi Pariwisata, Siti Chotijah mengatakan 17 desa wisata ini memiliki daya tarik masing-masing dan itulah berpotensi yang harus dikembangkan. Dalam satu desa wisata, terdapat satu kelompok yang terdiri dari empat sampai lima mahasiswa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Para mahasiswa akan membantu kelompok sadar wisata setempat dalam membuat karya yang komunikatif berupa video dan artikel sebagai materi promosi suatu destinasi wisata," kata Siti Chodijah yang juga Ketua Umum Generasi Pesona Indonesia atau GenPI Nasional kepada Tempo, Jumat 28 Mei 2021. "Promosi ini penting untuk kesiapan pembukaan pariwisata pascaCovid-19."
Beberapa desa wisata yang menjadi lokasi praktikum adalah Sade, Ende, Buwun Mas, Suranadi, Sesaot, Buwun Sejati, Banyumulek, Sukarara. Ada pula desa wisata Tete Batu, Labangka, Aik Berik, Bengkaung, dan Lantan. Para mahasiswa akan mengidentifikasi potensi desa-desa wisata di NTB itu selama tiga bulan.Wisatawan mancanegara masih tertarik dengan kehidupan desa meliputi sawah tradisional dan kegiatan petani. TEMPO/Supriyantho Khafid
Desa wisata Sade dan Ende adalah desa wisata yang dikenal dengan rumah tradisional. Desa wisata Buwun Mas punya kandungan emas di Kabupaten Lombok Barat. Suranadi, Sesaot, Buwun Sejati adalah desa wisata berwawasan lingkungan. Desa wisata Banyumulek berbasis kerajinan gerabah. Desa wisata Sukarara merupakan sentra kerajinan tenun. Adapun desa wisata Tete Batu dan Aik Berik terletak di kaki Gunung Rinjani.
"Semua desa wisata ini memang layak dipromosikan," ucap Siti Chodijah. Sebelum terjun ke desa wisata, menurut dia, para mahasiswa sudah mempelajari teori pemasaran pariwisata. Karya para mahasiswa yang praktik lapangan ini bakal disebarkan ke berbagai media komunikasi.
Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Mataram, Agus Purbathin Hadi mengatakan, pesan utama dari karya mahasiswa itu adalah kampanye aman berkunjung ke desa wisata serta penerapan protokol kesehatan ketat bagi wisatawan dan masyarakat desa. "Mahasiswa membantu pengembangan pariwisata berbasis digital melalui media promosi video, flyer, website desa, dan media sosial," ucapnya.
Baca juga:
Dinas Pariwisata Lombok Barat NTB Meluncurkan Aplikasi Ayo ke Lombok