Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setiap suku di Papua memiliki karakter berbeda. Suku Dani di Lembah Baliem, Papua, hidup dengan bercocok tanam, beternak babi, dan berburu di hutan. Ada penduduk Suku Asmat yang piawai membuat kerajinan ukiran kayu, warga Suku Abar yang pandai membuat kerajinan gerabah, dan banyak lagi ciri khas dari setiap suku di Papua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suku Bauzi yang tinggal di tepi Sungai Memberamo Raya juga memiliki karakter berbeda. Sungai Memberamo yang merupakan sungai terpanjang dan terlebar di Papua menjadi sumber kehidupan bagi Suku Bauzi. "Sungai ini menjadi sarana transportasi sekaligus habitat alami buaya," kata peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto kepada Tempo, Sabtu 29 Januari 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suku Bauzi terkenal sebagai pemburu buaya dan ular. Bagi mereka, daging buaya dan ular adalah makanan terbaik di dunia. Rasanya lezat, lembut, dan gurih. Daging buaya dan ular ini biasanya dimasak dengan cara dipanggang di atas perapian, dimakan bersama sagu, pisang bakar, atau sukun.
Dalam berburu buaya, pria Suku Bauzi akan merajut dan menjalin tali berbahan serat pohon melinjo. Tali ini dibuat dengan simpul seperti tali laso. Setelah tali siap, mereka naik perahu menuju bagian Sungai Mamberamo yang diperkirakan menjadi sarang buaya.
Perburuan buaya berlangsung pada siang hari, tepat saat matahari berada di atas kepala. Setiba di sekitar habitat buaya, seorang pria Suku Bauzi turun dari perahu dan berenang sambil membawa beberapa utas tali. "Dia mencari bayangan buaya di dasar sungai," kata Hari Suroto.
Suku Bauzi yang tinggal di sepanjang Sungai Memberamo, Papua. Foto: Hari Suroto
Jika melihat seekor buaya, maka dengan hati-hati dia menyelam dan mendekati buaya dari belakang. Pemburu itu berenang ke arah kepala buaya untuk memastikan apakah matanya terbuka atau tertutup. Jika mata buaya terbuka, maka dia akan mundur secepatnya karena artinya buaya itu terjaga dan berbahaya.
Apabila mata buaya tertutup, dengan secepat kilat pemburu tersebut melingkarkan seutas tali pada moncong buaya dan tali lainnya di kedua kaki depan buaya. Lantas pemburu itu berenang dengan cepat ke tepi sungai. Ujung-ujung tali tadi diserahkan ke pemburu lain yang sudah menunggu di tepi sungai. Mereka kemudian beramai-ramai menarik buaya itu ke darat.
Suku Bauzi di Papua memanfaatkan seluruh bagian buaya hasil buruan. Dagingnya dimakan, kulitnya dijual, tengkorak dan giginya dipakai sebagai hiasan.