Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Warga dan pembuat genteng di Kecamatan Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, menghelat Hari Bakar Berjamaah, Kamis, 11 Oktober 2018. Acara tiga tahun sekali itu untuk menegaskan salah satu ikrar di Jatiwangi, yakni mengolah tanah liat dengan penuh martabat. Prosesi pembakaran secara massal akan dimulai pukul 16.00 WIB.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Artistik acara tersebut Ismal Muntaha mengatakan, warga dari berbagai kalangan akan membakar beragam olahan tanah liat seperti alat musik. Peralatan tanah liat itu buatan pelajar sekolah, keluarga, dan warga desa. "Lokasi acara dipusatkan di pabrik genteng Super Fajar di Desa Burujul Wetan," kata Ismal, Kamis, 11 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hari Bakar Berjamaah ini sekaligus merangkai acara Rampak Genteng dan Festival Musik Keramik yang digelar pada 11 November 2018. Menurut Ismal, Hari Bakar Berjamaah ini merupakan upaya merancang ketahanan tanah lewat diversifikasi produk dari tanah Jatiwangi. "Kami merancang sebuah tungku portable yang diharapkan dapat menjadi teknologi alternatif bagi warga Jatiwangi dalam mengolah tanahnya," kata dia.
Aneka benda dari tanah yang telah dibakar pada acara itu akan dipasang menjadi sebuah monumen terakota di titik nol Jatiwangi. Monumen itu bakal menjadi landmark yang akan menguatkan identitas Jatiwangi sebagai Kota Terakota.
Warga Jatiwangi Kabupaten Majalengka menyaksikan pembakaran keramik dalam Hari Bakar Keramik Berjamaah yang digelar 3 tahun sekali. (Dok. Jatiwangi Art Factory)
Prosesi acara dijadwalkan dimulai oleh kegiatan pengajian yang dipandu oleh beberapa kiai yang aktif berkiprah di Jatiwangi dan Majalengka. Pengajian sesi pertama dibuka pada pukul 16.00 dengan Sadatana Bershalawat. "Lantunan selawat diiringi musik dari instrumen tanah liat," kata Ismal. Adapun khotbah Bakar Berjamaah rencananya akan disampaikan Kiai Maman Komarudin yang juga Camat Jatiwangi.
Setelah itu kata Ismal, prosesi memasuki penyalaan tungku Bakar Berjamaah oleh beberapa perwakilan tokoh masyarakat, untuk memulai proses pembakaran benda-benda keramik yang dibuat oleh warga Jatiwangi sambil diikuti oleh pembacaan Wasiat Tahun Tanah, lalu ditutup Doa Bersama.
Baca Juga:
Pengajian sesi kedua setelah magrib mengajak hadirin untuk memanjatkan doa bagi para pendahulu genteng Jatiwangi di Majalengka yang telah berjasa membangun kebudayaan genteng. "Selanjutnya acara sampai jam 5.00 pagi nungguin bakaran keramiknya selesai," ujar Ismal. Acara tersebut dikoordinir oleh komunitas Jatiwangi Art Factory (JAF).
ANWAR SISWADI