Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hiburan

Meteor Garden 2018, antara Nostalgia Tante-tante dan Aktor Muda

Meteor Garden 2018 adalah jawaban setelah sekian lama dunia tampak kurang sanggup memasok drama yang bisa bikin hati naik turun.

23 Juli 2018 | 07.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Meteor Garden 2018 adalah jawaban setelah sekian lama dunia tampak kurang sanggup memasok drama yang bisa bikin hati naik turun. Kali ini, untuk kesekian kalinya, adalah Meteor Garden remake drama yang diangkat dari komik Jepang Hana Yori Dango atau Boys Over Flower atauuu…... Iya ini drama pertama-tama dikenal di para hati wanita senusantara.  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meteor Garden adalah drama yang pertama kali mengadopsi Hana Yori Dango dari komik ke layar kaca, diproduksi oleh Taiwan. Negara yang kalau gak ada Meteor Garden, gue bahkan gak tahu kalau itu ada. Jelek emang geografi gue.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meteor Garden bukanlah drama Asia pertama yang gue suka, karena sebelumnya sudah ada itu Endless Love (Korea), Rindu-Rindu Aizawa (Jepang), Putri Huan Zhu (China), dan Maria Mercedes..

(ITU MEXICO!! Bukan ASIA!)…

Baiklah, intinya dari Meteor Garden ini terbuka lah mata hamba bahwa drama Taiwan juga layak tonton. Dan memang abis itu kan banjirlah impor drama Taiwan ke tivi tivi lokal, mulai dari MVP Lovers (5566!), Dolphin Bay (Sio Kang!!), Mars, Twins, dan lainnya. Kalau pada inget berarti kita seumuran…

 

Balik ke Meteor Garden, anjirr lah ini drama! Tayang jam 9 apa 10 malam di Indosiar itu, kelar jam 11. Ini jam segini kalau gue sudah jadi wanita kurir kaya sekarang sih gak apa-apa, tapi waktu itu gue masih duduk di bangku sekolah SMA.

Pagi-pagi, habis nonton besoknya heboh cerita di kelas. Tao Ming Tse itu bikin tulang di tubuh menghilang, lemas tiap lihat aksi beliau!

Nah, dulu situs-situs download ama streaming kan belum lazim. Jadi kalo mau nonton drama duluan, kita rental DVD. Waktu itu gue sekolah di kawasan Bendungan Hilir, sama beberapa teman kami sewa DVD sampai ke kawasan Binus, Rawa Belong. Binus waktu itu memang dikenal sorga rentalan DVD, komik, games, dan hal-hal bajakan.

Kami waktu itu patungan ganti-gantian, biar pas sewa abis bisa perpanjang. Di kelas sudah gak fokus belajar, bahas nanti sore balik sekolah nonton di rumah siapa?? 

Janjinya sih dua episode tiap hari, tapi begitu liat A Tse cipok Sanchai…episode yang sama diulang dua kali, terus tambah episode baru.

Tau-tau malam datang. Besok gitu lagi. Abege abege napsuan emang (ampe jadi tante juga masih napsuan).

Ini kayaknya hampir dua minggu kami begini, gak fokus di sekolah. Izin ke orang tua pulang telat, kadang jujur bilang mau nonton. 

Tapi, gue izin mau nonton terus selama 4 hari, hari ke 5 bapak gue nanya.

“Tiap hari nonton terus, situ pelajar apa pegawai lembaga sensor?”

Jleb!

Akhirnya besok-besok diselingi kebohongan kecil, bilang belajar kelompok. Untung bapak emak gak pernah nanya rinci.

Kalo ampe bapak gue nanya belajar apaan? Gue bisa aja jawab. “Belajar mencintai dengan tulus seperti cinta A Tse kepada Sanchai.”

Gak apa-apa sih, paling gue cuma dicoret dari daftar ahli waris.

Ini saking gilanya kami sama Meteor Garden, itu kan kalau hujan deras sekolah kami suka kebanjiran. Kami sampai berdoa semoga banjir beneran, biar bisa pulang cepet terus nonton Meteor Garden di rumah seorang kawan.

(Kalo sampai Guru SMA gue ada yang baca ini blog, semoga maaf kami diterima, Ya Allah).

Jadi, sekolah kami itu letaknya di antara Bendhil dan Karet. Jika hujan deras, sebenarnya kalau masuk dari arah Karet masih aman. Tapi kalau masuk dari arah Bendhil karena ada kali di situ, sudah banjir beneran.

Tiap hujan deras banget, sudah sengaja banget gue dan kawan-kawan lewat Bendhil. Gak ada niat suci untuk menimba ilmu. Pelajar zaman old prinsipnya ilmu bisa dicari, Tao Ming Tse gak bisa ditahannn. (dasar abege napsuan!)

Intinya begitulah dahsyatnya efek Meteor Garden. Lalu habis itu hadirlah remake negara lain, yang tiap bikin remake juga bikin hormon meroket 100 persen.

Lalu, belasan tahun kemudian, di kala kami-kami sudah mulai siap menerima kenyataan bahwa lelaki seperti Tao Ming Tse itu fiktif belaka, negara Cina, dengan sadisnya, membuat remake Meteor Garden yang ditaburi daun-daun muda belia. Ini bukan Meteor Shower yang juga diproduksi Cina pada 2009 dan dinilai gagal total karena wajah para personel F4nya jauh dari harapan.

 

Meteor Garden versi Cina produksi 2018 ini masih menggandeng produser asli Meteor Garden versi Taiwan, Angie Chai. Para personel F4nya telah membuat ambruk pertahanan kami. Abege nafsuan kini berevolusi jadi tante penuh hasrat.

 

Tao Ming Tse, Hua Ze Lai, Xi Men, Mei Chuo hadir kembali dengan gaya kekinian. 

Ini dia!

Pas dilihat-lihat, dedek-dedek gemes ini ternyata kelahiran 1998. ALLOHU AKBAR AKU TUH BERASA FOSIL PAS TAU UMUR MEREKA!!!!!

Uanjirr rata-rata masih 19 tahun. Ini kalau di sini paling masih mahasiswa baru, yang kalo ketemu di commuter terus pada turun di Depok. Yang kalau gue ketemu dan lihat mereka, komentar gue sebagai manusia yang udah rasain asam garam, “duh, Dek, kamu belum tahu-tahu apa soal dunia.” 

Terus..ini begitu gue liat Dylan Wang cs…komentar gue malah jadi. “DUH ADA YANG TAHU DUKUN BUAT PASANG SUSUK TERDEKAT GAK SIH????!” 

Atau malah gak usah komentar, browsing internet cari kursus senam kegel biar tetep kenceng. (Apaan dah).

Duh, untung iman gue masih kuat jadi tiap lihat dedek Dylan Wang masih sebatas senyum-senyum aja kaya orang gilak. Belom sempet pasang susuk segala.

Lagian entar kalo pasang susuk, terus ada pengumuman dari BPOM, bahwa Susuk Dukun Terdekat bukanlah kategori susu dan tidak ada nilai gizinya.

Baiklah, sekarang mari kita mereview cerita Meteor Garden 2018.

APAAN YANG MAO DIREVIEW NYEDH?!!! KAN GW DAH BILANG INI REMAKE, SAMA CERITANYA AMA YANG DULU-DULU JUGA! 

Ini bahkan gue bisa nonton tanpa ada subtitlenya, kan emang dah tau ceritanya mah. Dah khatam ibaratnya. 

Cuma, versi 2018 ini ada perbaikan-perbaikan di sana sini dan beberapa perbedaan seperti: 

  1. Lebih Mudah Diakses dan Ditonton

Cuy, bersyukurlah hidup di serba digital ini. Tidaq perlu lagi gue ke rental DVD di Rawa Belong atau mendoakan sekolah gue kebanjiran demi Meteor Garden.

Cukup handphone di tangan, pulsa dan jaringan yang kuat, dan menjaga wudhu supaya eling ama Tuhan kalo nafsunya mulai bablas…

Drama Meteor Garden anyar ini bisa distreaming di situs-situs legal maupun illegal. Mereka hadir di Netflix dan Viu. Buat kalian-kalian yang biasanya kuota Viu-nya gak kepake, HABISKANLAH! Ini saatnya untuk buang-buang kuota yang bermanfaat.

  1. Lebih Instagramable

Gak cuma lokasi makan, Cuy. Drama zaman now juga sangat peduli dengan visualisasi. Selain aktornya ucul ucul, lokasi-lokasi tempat syutingnya juga layak diposting di Instagram.

 

Tone warnanya juga, lebih mengingatkan kita dengan drama Korea yang diambil dengan kamera HD. Tahu kan drama Goblin? Itu kan visualnya kece banget tiap episode, nah Meteor Garden 2018 gitu ugha.

 3. Lebih Tidak Menampilkan Kekerasan

Nah ini yang gue suka, mungkin memang seiring berkembangnya zaman dan makin banyaknya SJW, drama kali ini tidak begitu banyak menampilkan adegan kekerasan dan bullying.

Kalau dulu kan terkenal tuh anak-anak kampus Ming De kaya tapi pada gak beradab. Sanchai dibully abis, dan Li Zen jahat abis karena menipu Sanchai dan menjebaknya supaya kelihatan berzina dengan lelaki selain A Tse. 

Di drama kali ini enggak, adegan bully-ing dihilangkan, kalau memang ada kekerasan itu cenderung dibikin tidak sengaja. Yang gue suka lagi di drama ini, Li Zen tetap berkawan dengan Sanchai, dan alasan di balik tindakannya menikam Sanchai dari belakang juga dibikin masuk akal. 

Ini bagus, karena yang kami butuh dari Meteor Garden adalah keindahan, ketampanan, dan drama yang retjeh. Jangan pakai yang keras-keras, hidup tante sudah keras!

 Lebih Kekinian

Ya iyalah!! Ini kamsudnya, kalo dulu ngelihat pakaian A Tse ala Jerry Yan kan bikin ka-kami yang masih duduk di bangku sekolah mengernyitkan dahi. Kok Orang Kaya gayanya kaya peserta audisi dangdut.

 Kali ini enggak, gayanya….Korea banget pakaiannya hahahaha.

Selain itu, pamer kekayaan A Tse juga ikutin zaman. Kalau dulu cuma bilang , “Lo mao perhiasan apa gue beliin dah, Chai!”

 

A Tse yang sekarang bisa bilang, “Gue bisa kasih lo banyak koin dan emas di online game!”

 

  1. Lebih Kurus

Aduhhhh…kalau dulu kan A Tse-nya Jerry Yan kekar ya. Tidak kurus, kalo ini sangat boyband sekali.

Dulu kan mereka tanding basket untuk memperebutkan Sanchai, atau kalo versi Korea ada olahraga berkuda dan berenang. F4 yang ini tampaknya tidak suka olahraga!! 

Tahu ‘olahraga’ dan keahlian F4 2018 apa? Maen Kartu…Main QQ (kyukyu). 

DUILE…UNTUNG AJA BUKAN MAEN KARAMBOL!

Kalo sampai main karambol, sangat ke-bapak-bapak poskamling-an sekali F4 2018.

 

  1. Lebih Fashionable

Jelas ini mah, gayanya udah boyband abis. Tapi gayanya A-Tse mah pol abisss.

Gue paling suka waktu lihat dia pakai kacamata merah…ampunn dah.

 

  1. Lebih Cinta Produk Lokal

F4 itu kan pemuda paling tajir seantero Taiwan ya. Tapi Meteor Garden versi 2018 yang mengambil lokasi di Shanghai ini sangat-sangat rendah hati dan cinta akan produk lokal mereka.

 

Masih banyak kelebihan lainnya sih, tapi yang paling tidak bisa dihindari adalah kehadiran Dylan Wang sebagai Tao Ming Tse.

 

Begini, waktu Meteor Garden dulu kan kita (atau gue lah) jatuh hati awalnya pada Hua Ze Lai karena menawannya Vic Zhou. Belakangan, baru gue jadi tim A Tse karena tindak tanduknya yang bikin gemas.

Kalau Meteor Garden 2018 ini gak, dari awal episode ..AKU MAH UDAH TIM #DAOMINGSI #TAOMINGTSE apalah dibacanya. Ini karena dedek Dylan Wang yang menggemaskan.

Selamat menonton dan bernostalgia dengan Meteor Garden 2018!

Tulisan ini sudah tayang di Mbakgoes

 

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus