Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Punya rencana mudik Lebaran tapi malas terkena macet atau bosan dengan jalur yang itu-itu saja? Ada baiknya Anda kali ini merasakan sensasi berbeda: pulang kampung serasa bertualang dengan menjajal jalur selatan Jawa. Bisa jadi, waktu tempuh akan lebih singkat dibanding lewat jalur mainstream jalan tol Cipali, yang diprediksi akan kembali macet.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun ini, tak kurang dari 1,4 juta mobil bakal kembali berjejalan di jalan tol pantai utara Jawa. Kementerian Perhubungan memperkirakan puncak arus mudik terjadi pada Sabtu, 9 Juni, hingga Rabu, 13 Juni. Kemacetan tampaknya tidak bisa dihindari karena jalan tol yang 100 persen mulus baru sampai Pemalang. Selepas itu masih berstatus fungsional sampai Semarang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jadi, kenapa tidak mencoba sesuatu yang baru, merasakan mudik bebas macet ditambah pemandangan indah pinggir pantai dan bukit-bukit hijau? Mungkin Anda mengira jalur selatan ini melewati Bandung, Nagreg, Malangbong, Ciamis, Tasikmalaya, lalu ke Purwokerto. Rute itu juga sudah terlalu biasa. Tempo menawarkan jalur alternatif: menyisir pantai selatan Jawa dari Ciletuh sampai Gunungkidul atau Pacitan dan Trenggalek.
Lintas selatan ini juga dikenal dengan nama jalur Daendels. Namun, sekali lagi, ini bukan jalur yang dibangun Gubernur Jenderal VOC yang menghubungkan Anyer sampai Panarukan. "Daendels utara" adalah Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) yang dibangun oleh H.W. Daendels, sang Gubernur Jenderal yang memerintah pada 1808-1811, sedangkan "Daendels selatan" dibangun A.D. Daendels.
A.D. Daendels bukan gubernur jenderal. Pangkatnya jauh lebih rendah, yaitu asisten residen di wilayah Ambal-kecamatan di Kabupaten Kebumen yang terkenal akan sate ayam berbumbu campuran kacang dan tempe. Meneer Daendels yang ini bertugas di Jawa pada 1838, hampir tiga dekade setelah Gubernur Jenderal Daendels menyelesaikan jabatannya di Hindia Belanda.
Hasil karya duo Daendels ini juga berbeda. Jalur utara terbentang panjang, sekitar 1.000 kilometer menyusuri pantai utara Jawa dari Anyer sampai Panarukan. Sepanjang jalur utara itu tak banyak pemandangan indah. Sebaliknya, "Daendels selatan", meski hanya sepanjang 130 kilometer dari Bantul hingga Cilacap, punya panorama lebih indah. Di sisi selatan jalur lurus ini terbentang Samudra Hindia. Ombak besar dan jernih, ditambah rangkaian nyiur sepanjang bibir pantai, sungguh "Instagramable"-indah untuk tempat berfoto.
Namun, sebelum sampai jalur Daendels, kita harus melewati pemandangan menakjubkan ketika mendekati Ciletuh, geopark warisan dunia yang diakui UNESCO di kawasan Pelabuhan Ratu. Perjalanan dari Jakarta ke Ciletuh bisa ditempuh dalam waktu sekitar empat jam melewati jalan tol Jagorawi ke arah Sukabumi, kemudian ambil arah Cikidang melewati kawasan arung jeram Sungai Citarik menuju Pelabuhan Ratu.
Jalanan sedikit naik-turun, tapi aspalnya mulus dengan lebar sekitar enam meter. Setelah melewati bukit-bukit, Anda akan tiba di wilayah Desa Simpenan yang menyuguhkan Lautan India di sisi kanan hingga Puncak Darma, semacam Puncak Pas di Cipanas. Jika Anda berangkat dari Jakarta di atas pukul 12.00, ada baiknya menginap di Ciletuh. Di sini, ada penginapan Bukit Soca yang berada di puncak bukit menghadap ke laut lepas. Atau Anda bisa memilih hotel dan pondok wisata di Pantai Palangpang. Tarif penginapan sekitar Rp 300 ribu per malam.
Ada sembilan air terjun di kawasan Ciletuh. Yang paling gampang dijangkau adalah Cimarinjing di pinggir jalan. Perjalanan bisa dilanjutkan ke arah Sindangbarang menyusur pantai. Ada beberapa pantai yang bisa disinggahi, di antaranya Jayanti, yang berjarak 160 kilometer dari Ciletuh. Jika masih kuat, Anda bisa memilih tempat menginap di Pantai Sayang Heulang, sekitar 40 kilometer lagi. Sayangnya, pemandangan indah dan jalan mulus tidak diimbangi dengan adanya warung makan, selain beberapa penjual mi ayam dan bakso.
Pantai Sayang Heulang ada di Kabupaten Garut. Untuk mencapainya, Anda harus masuk sejauh dua kilometer dari jalan raya. Namun tidak usah khawatir, jalannya mulus serta di tepi pantai banyak homestay dan warung. Sebenarnya, di dekat sini ada juga Pantai Santolo, tapi pemandangannya tidak seindah Pameungpeuk.
Perjalanan berikutnya menuju Kebumen melewati Pangandaran. Hampir sepanjang perjalanan adalah pinggiran pantai, yang masih perawan. Ada baiknya rehat sejenak di Pamayangsari, sebuah perkampungan nelayan di wilayah Tasikmalaya. Selain hamparan laut biru yang bersih dan kesibukan nelayan, Anda bisa mencoba makanan laut di warung-warung di seberang pelabuhan. Ikan-ikan segar yang baru ditangkap nelayan bisa dinikmati dengan harga sekitar Rp100 ribu per kilogram. Yang tak kalah lezat adalah sayur cah genjer dengan kecombrangnya.
Jika Pangandaran, yang dikenal sebagai kampung Menteri Susi Pudjiastuti, terlalu sering Anda kunjungi, petualangan bisa dilanjutkan menuju Kebumen yang berjarak 300 kilometer dari Pameungpeuk. Sebaiknya pilih jalur melewati Kebasen karena jalur lain melalui Kubangkangkung rusak parah. Di jalan raya menuju Pangandaran ini biasanya ada es dawet ireng yang dijajakan minibus berwarna putih. Seharga Rp 5.000 segelas, es ini pas sekali untuk menghilangkan dahaga saat berkelana.
Di Kebumen, selain Logending, ada pantai yang keren baik pengelolaan maupun keindahannya, yakni Pantai Menganti. Dikelola pemuda desa, kawasan wisata ini sangat bersih dan tertata. Selain hamparan pasir putih, pengelola menata bukit karang untuk foto yang ramah medsos. Di bukit ini, disewakan gubuk-gubuk kecil untuk istirahat dan view yang mantap untuk berswafoto.
Di antara Pantai Logending dan Menganti, ada kawasan hutan wisata Wanalela, yang menyediakan lokasi foto di atas ketinggian dengan latar belakang laut lepas. Tidak ada salahnya mampir di sini.
Dari Menganti, perjalanan berlanjut ke jalur Daendels selatan. Jalanan mulus dan lurus sampai memasuki wilayah Bantul, Yogyakarta. Tapi sebaiknya beristirahat di daerah Ambal untuk menikmati sate khas dengan saus campuran kacang dan tempe. Di kiri dan kanan jalan, banyak warung sate dan juga yang sudah berbentuk restoran modern. Selain sate ayam, ada sate kambing dan tentu saja mendoan.
Jalur selatan ini terus berlanjut sampai ke Gunungkidul, Pacitan, dan Trenggalek. Jika tidak ingin melewati Kota Yogya, Anda bisa langsung menuju kawasan pantai yang makin terkenal: Indrayanti di Gunungkidul. Tempat ini lumayan ramai dan padat. Jadi, bagi penikmat kesunyian, silakan bergeser ke arah timur sedikit menuju Pok Tunggal dan Watu Lawang.
Jalan selepas Imogiri, Yogyakarta, menuju Gunungkidul sedikit menanjak dan berbelok. Tapi jalanan sangat mulus, ditambah pemandangan hijaunya hutan Perhutani, membuat perjalanan tidak terasa sebagai mudik yang biasanya penuh dengan kemacetan.
Jika tujuan Anda ke Solo, kita berpisah di Pracimantoro. Silakan belok ke kiri menuju Solo karena Tempo akan melanjutkan petualangan sampai Pacitan sambil menikmati keindahan pantai selatan yang khas: dinding batu kapur terjal, pasir putih, dan ombak besar. Sebut saja Klayar, Banyu Tibo, atau Watu Karung, tempat turis asing bermain selancar. YUDONO YANUAR
Menginap di Mana?
Perjalanan mudik tidak perlu ditempuh dengan terburu-buru dan harus direncanakan sebagai perjalanan wisata. Itu sebabnya, Anda harus merancang lokasi wisata yang akan dikunjungi dan tempat menginap di tengah perjalanan.
Jika berangkat dari Jakarta lewat tengah hari, sebaiknya menginap di Ciletuh. Salah satu yang bisa dijadikan pilihan adalah Bukit Soca, sebuah camping ground yang baru diresmikan pada April lalu. Berbeda dengan tempat menginap lain yang berada di pinggir pantai, Bukit Soca berada di atas bukit, yang berjarak sekitar 3 kilometer dari pantai. Pemandangan dari penginapan ini terbilang lengkap, yakni tebing di bagian timur, pantai di barat, dan persawahan di sisi selatan.
Anda bisa memilih kamar, yang oleh pemiliknya disebut saung dengan sewa per malam Rp 250 ribu, untuk tiga atau empat orang. Bangunan berlantai kayu ini berukuran 3 x 4 meter dengan tiga sampai empat tempat tidur. Meski tidak ada AC, Anda tak akan kegerahan pada malam hari. Kamar mandi tak ada di dalam kamar, tapi di bagian lain. Ada delapan kamar mandi yang bisa dipakai.
Untuk yang ingin lebih menyatu dengan alam, disediakan tenda lengkap yang bisa dipakai tidur berempat. Tenda-tenda ini dipasang di panggung setinggi sekitar satu meter dari permukaan tanah.Sewa tenda ini Rp 120 ribu semalam.
Jika di Ciletuh masih siang, Anda bisa memilih tempat rehat berikutnya, yakni di Pantai Sayang Heulang di Kabupaten Garut, yang berjarak sekitar 370 kilometer dari Jakarta. Di sini, banyak homestay di pinggir pantai yang dikelola oleh masyarakat. Dengan tarif sekitar Rp 300 ribu, sekeluarga bisa menginap, sekaligus menikmati pemandangan pantai selatan yang bersih.
Untuk menginap di malam kedua, jika tujuan akhir adalah daerah Jawa Timur, lokasi yang bisa dipilih adalah Pantai Indrayanti, Gunungkidul. Namun jika kangen suasana Kota Yogya, Anda bisa meninggalkan jalur selatan sejenak untuk masuk Kota Yogya dan memilih hotel langganan.
Di Indrayanti, yang berjarak sekitar 440 kilometer dari Pameungpeuk, ada Hotel Cemara Udang di seberang pantai. Hotel ini dibangun di pinggir tebing karang sehingga ada bagian karang yang dipertahankan sebagai taman dalam kamar. Harga sewa kamar sekitar Rp 350 ribu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo