Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Museum Sejarah Jakarta atau yang lebih dikenal dengan Museum Fatahillah menggelar pameran khusus guna memeriahkan perhelatan olahraga akbar Asian Games 2018. Pameran ini berlangsung hingga 9 September.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pameran itu berisi sederet informasi mengenai kerja keras Indonesia saat menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Panitia memampangkan foto-foto tokoh, peristiwa maupun media massa yang memberitakan persiapan hingga kesuksesan acara itu.
Galih Hutama Putra, Kepala Satuan Pelayanan Museum Sejarah Jakarta menyampaikan pameran yang digelar di halaman tengah Museum Fatahillah tersebut memang fokus menceritakan sejarah Jakarta sebagai tuan rumah Asian Games 1962.
"Dulu itu kita baru merdeka, ekonomi kita dinilai belum kuat, bahkan banyak negara yang meragukan kemampuan Indonesia untuk menjadi tuan rumah. Namun, dengan semangat menggebu, Presiden Soekarno optimis bahwa Indonesia bisa," ujar lulusan jurusan Sejarah Universitas Indonesia itu, di Jakarta, Ahad, 19/8.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, Jakarta hanya memiliki lapangan Ikada yang saat ini merupakan area di taman Monumen Nasional (Monas), sebagai lahan yang luas dan mumpuni untuk penyelenggaraan sebuah perhelatan besar. Namun, Soekarno akhirnya memutuskan membangun stadion di bilangan Senayan, Jakarta, sebagai tempat untuk bertanding beberapa cabang olah raga. Saat ini bangunan tersebut bernama Gelora Bung Karno.
Hampir semua pihak kala itu terlibat. Gubernur DKI Jakarta Soemarno Sosroatmodjo turun langsung sebagai panitia penyelenggara demi kesuksesan misi tersebut. "Waktu itu warga Jakarta juga ikut memberikan berbagai pelayanan, seperti potong rambut gratis untuk para atlet, juga banyak yang memberikan konsumsi. Jadi, semuanya berperan," ungkap Galih.
Pameran tersebut juga dilengkapi miniatur GBK sebagai komplek olahraga yang mulai dimanfaatkan kala itu. Beberapa barang peninggalan Asian Games 1962 turut dipamerkan, seperti bongkahan lantai stadion akuatik berikut speaker-nya.
Galih berharap agar pada kesempatan kedua kali ini, Indonesia bisa memetik sukses lebih besar. "Fasilitas kita sudah semakin maju, maka yang perlu kita tingkatkan adalah semangatnya. Mari ramai-ramai membakar semangat untuk penyelenggaraan Asian Games 2018 ini."
Salah seorang pengunjung, Kestri Arianti, mengatakan dengan melihat pameran ini ia lebih mengetahui ikhtiar Indonesia yang ingin menjadi tuan rumah Asian Games 1962. Indonesia sudah sejak 1958 berjuang menjadi tuan rumah, dan diberi kesempatan pada 1962. “Apalagi alasannya adalah untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa, sangat menginspirasi," ujar Kestri.
Kestri juga mengaku bangga dengan seremoni pembukaan Asian Games 2018 yang dinilainya spektakuler. "Iitu keren banget sih, saya semakin bangga menjadi orang Indonesia," tukas Kestri.
ANTARA