Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bulan lalu, Aku dan Renti jalan-jalan ke Pattaya, Thailand. Pattaya hanya sekitar dua jam dari Bangkok. Jadi masih terjangkau dengan waktu kami yang tak banyak. Agenda khusus kami adalah menonton Cabaret Show. Eh, ternyata kami kehabisan tiket. Jadilah tak ada tempat yang kami tuju malam itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Akhirnya kami sepakat untuk jalan-jalan ke daerah Walking Street. Sekalian makan malam. Malam itu sekira jam 7, kami keluar dari penginapan. Jalan kaki sekilo lebih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampai di sana, pintu gerbang Walking Street dijaga polisi dong ya. Tahu di sepanjang jalan ada apa? Perempuan berdiri dan menari di dalam etalase toko! Iya! Kamu nggak salah baca kok!
Mereka ngapain?
Masih nanya, sist?
Mereka jualanlah!
Jualan jasa!
Lah, tadi dijaga polisi, gimana dong? Thailand telah melegalkan profesi ini, gaes. Jadi, pendapatan mereka berkontribusi bagi devisa negara. Asik!
Ada dua hal yang menarik disini. Pertama, mereka menjalani profesi itu karena keinginannya sendiri. Artinya, dia sebagai pemilik tubuh berkuasa penuh atas dirinya. Tahu apa yang sedang dilakukannya. Kedua, ini yang menjadi soal. Bisa jadi mereka adalah korban perdagangan manusia, atau masih usia anak.
Ketika dia adalah orang dewasa yang paham akan semua hal yang kamu pikirkan tentangnya, masalahmu apa?
Baru-baru ini, di Indonesia sedang heboh dengan 80 juta. Seorang selebritas disorot babak belur tanpa ampun oleh media. Wajahnya selalu tayang di pemberitaan nasional, koran daerah, televisi, bahkan di explore Instagram.
Bahkan dijadikan bahan bercandaan!
Apa yang salah dengannya?
Apa yang dirugikan dari kita?
Ngomongin soal moral? Come on! Kita sesuci apa sih?
Tubuhnya otoritasnya! Kamu pun begitu! Tubuhmu otoritasmu!
‘tubuh buka atau tutupi,
bukan parameter moralitas dan harga diri’
Potongan lirik lagu Tika & the Dissidents, judul: tubuhku otoritasku
Mungkin sering dengar ini: orang Amerika udah mikir gimana caranya nanam bunga di Mars, eh kita soal selangkangan pun masih diurusin netijen. Urusan surga dan neraka biarlah urusan pribadi, gaes!