Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasangan artis Tengku Firmansyah dan Cindy Fatika Sari memutuskan untuk pindah ke Kanada, tepatnya di Kota Edmonton, demi menemani anak kembar mereka melanjutkan studi, tepatnya di Kota Edmonton.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bismillah,” tulis Firmansyah dalam akun Instagram pribadinya @tengku_firmansyah ketika mengabadikan momen kepergian mereka, pada Selasa, 16 April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Firmansyah pun tiba di Kanada pada Rabu, 17 April 2024. “Alhamdulillah safely landed,” tulisnya. Ia pun sempat mengabadikan momen salju turun di Edmonton. Pada Ahad, 12 Mei 2024, Firmansyah sempat mengunjungi Danau Peyto yang nampak tertutup salju.
Selain Cindy Fatikasari - Teuku Firmansyah, YouTuber Nimatul Rosidah tinggal di Edmonton mengikuti suaminya setelah pindah dari Hong Kong.
Profil Kota Edmonton
Dilansir dari laman The Canadian Encyclopedia, Edmonton adalah ibukota Alberta, Kanada. Kota ini terletak di Sungai Saskatchewan Utara. Edmonton juga terkenal dengan julukannya "Pintu Gerbang ke Utara" karena mengacu pada lokasinya yang strategis dan kaya dengan sumber daya alam.
Dikutip dari laman thecanadianencycllopedia.ca, Kota Edmonton didirikan pada 1904 dan berkembang menjadi pusat regional untuk perdagangan, layanan, dan industri. Mulainya, pada 1795, benteng perdagangan didirikan oleh Perusahaan Teluk Hudson dan Perusahaan Barat Laut. Hal ini menandai awal era baru bagi Edmonton.
Dari 1940-an hingga awal 1980-an, Edmonton adalah menjadi salah satu kota dengan pertumbuhan tercepat di Kanada. Hingga sekitar 1961, kota ini mengalami peningkatan kelahiran, tetapi migrasi merupakan faktor utama dalam pertumbuhan kota.
Migrasi desa dan kota dari Alberta, serta Eropa berada menyumbang banyak bagi pertumbuhan populasi. Selama dekade berikutnya, migrasi asing menurun tajam, dan tingkat kelahiran menjadi faktor penting.
Menurut sensus tahun 2021, populasi kota ini paling banyak dari etnis Inggris merupakan, yakni sebesar 13,3 persen dari populasi kota, diikuti oleh Skotlandia (11,7 persen) dan Jerman (11,6 persen), Irlandia (10,8 persen) dan Ukraina. (9,3 persen).
Populasi minoritas di kota mencangkup masyarakat asia selatan, Tiongkok, dan Filipina . Kemudian, sebanyak 5,8 persen masyarakat mengidentifikasi diri sebagai penduduk asli.
Saat ini, Edmonton memiliki populasi lebih dari 1 juta jiwa yang menjadikannya kota terbesar kedua di Alberta. Wilayah ini mencakup masyarakat adat, seperti Siksikaitsitapi, Tsuut'ina, Stoney Nakoda, Cree, dan Métis. Wilayah Edmonton tercakup dalam Perjanjian 6 atau Treaty 6 yang ditandatangani pada 1876.
Edmonton tidak hanya dikenal sebagai pusat industri. Kota ini juga memiliki keragaman budaya dengan pengaruh dari berbagai komunitas etnis yang tinggal di sana. Festival seni dan musik, museum dan galeri seni, serta beragam kuliner dari berbagai penjuru dunia menjadi bukti kekayaan budaya Edmonton. Pendidikan juga menjadi pilar penting bagi kota ini. Universitas Alberta dan Institut Teknologi Northern Alberta menjadi pusat pengetahuan dan inovasi.
Perekonomian Edmonton sendiri tidak hanya bergantung pada industri energi dan pertambangan. Kota ini juga memiliki sektor manufaktur yang kuat dengan fokus pada teknologi tinggi dan jasa. Edmonton telah berhasil mendiversifikasi ekonominya dan menjadikannya kota yang tangguh dan siap menghadapi perubahan zaman.
Edmonton juga dikenal sebagai surga bagi para pecinta olahraga dan rekreasi. Tim-tim profesional, seperti Edmonton Oilers (NHL), Edmonton Eskimos (CFL), dan Edmonton Rush (NLL) selalu siap menghibur para penggemarnya. Bagi yang mencari petualangan, beragam pilihan rekreasi seperti hiking, bersepeda, memancing, bermain ski, dan snowboarding siap dinikmati.