Wartawan TEMPO G.Y. Adicondro di Negeri Belanda tiga minggu yang
lalu 'ditahan' oleh VVV (Biro Pariwisata Negeri Belanda). Di
musim dingin yang berakhir bulan ini, VVV yang antara lain
bekerjasama dengan KLM berusaha merem merosotnya arus turis
dengan paket khusus seharga US $ 85, khusus buat tamu-tamu dari
luar daratan Eropa. Tentang paket dan kesan-kesannya selama di
sana dilaporkannya herikut ini:
DI musim dingin siapa yang ingin berlibur ke Negeri Belanda?
Terang bukan orang Eropa, atau Amerika Utara yang beriklim sama.
Di saat belahan bumi sebelah utara diselimuti salju (temperatur
anjlok sampai 15 garis di bawah nol) mereka justru pergi mencari
matahari di jazirah Iberia (Spanyol & Portugal) atau ke
negeri-negeri Arab di pantai utara Afrika. Malah ada juga yang
mau terbang belasan jam menyeberangi lautan Atlantik ke kawasan
Karibia dan negeri-negeri lain di Amerika Latin. Itu sebabnya
KlM secara khusus mengundang turis dari luar daratan Eropa, ke
Negeri Belanda dengan tawaran acara pariwisata musim dingin yang
diorganisir oleh VVV.
Acara musim dingin yang pada mulanya hanya sehari itu disebut
Day-on-the-House. Setelah itu sukses, ditingkatkan menjadi
Stay-on-the-House. Paket pariwisata yang harganya US$ 85 itu
dalam rangka promosi diberikan cuma-cuma sebagai "paspor bebas
untuk memasuki tiga dunia Belanda".
Disebut begitu, karena dengan satu buku kupon VVV, turis asing
boleh menikmati hotel gratis semalam di Amsterdam, Rotterdam
atau Den Haag. Boleh juga meminjam mobil sehari dari beberapa
maskapai penyewa mobil. Boleh makan siang dengan korting di
restoran-restoran tertentu. Minum bir tanpa bayar di beberapa
klab malam dan restoran. Juga makan ikan haring dan pofferqes
(onde-onde Belanda). Keluar masuk musium di tiga kota terkemuka.
menonton panorama dari atas menara televisi Euromast di
Rotterdam, keliling pelabuhan Rotterdam dan membeli suvenir
keramik dengan korting, serta berlayar keliling kanal-kanal
Amsterdam . Dan jangan lupa, mengunjungi sebuah kincir angin
kuno yang masih bekerja sambil menghirup udara pedesaan Belanda
yang asli.
Acara ini boleh dikatakan berhasil. Terbukti arus penumpang KLM
ke sana naik dari 15,8 ribu (1974) menjadi 17,7 ribu (1975). Dan
itu hanya untuk periode 1 1/2 bulan sejak tanggal 15 Nopember
sampai 31 Desember. Sedang acara Stay-on-the-House berlangsung
dari tanggal 1 Nopember 1975 sampai 31 Maret 1976. Tentu saja
ada hal-hal menarik yang bisa dinikmati di musim semi atau
panas. Misalnya pantai Scheveningan dekat Den Haag di mana
bagian desa yang kuno masih sanding-menyanding dengan
hotel-hotel baru yang menjulang ke langit. Tampak pula es
membeku bertumpuk-tumpuk di pantai yang biasanya ramai itu.
Begitu pula di danau Ijssel dekat Amsterdam yang makin lama
makin menciut karena pengeringan laut yang disulap jadi tanah
pertanian (polder) atau keperluan lainnya. Juga Madurodam, itu
Taman Mininya Negeri Belanda di musim dingin, tertutup oleh
salju. Sedang kebun-kebun tulip, kembang ekspor yang sudah lama
digalakkan bak kembang anggrek di sini, pada musim dingin hanya
rumah-rumah kacanya yang tampak.
Musim dingin tahun ini, pada bulan Desember-Januari lebih dingin
dari tahun-tahun sebelumnya. Buat rakyat Belanda, itulah yang
dinanti-nantikan setelah hampir 6 tahun tidak dapat main skaats
di permukaan sungai dan kolam yang membeku. 4 Pebruari lalu,
suhu masih 1ø di bawah nol. Di mana-mana orang sedang
mempraktekkan olahraga musim dingin itu yang bertahun-tahun
hanya bisa dilakukan di gelanggang es buatan di Den Haag dan
Amsterdam. Namun berabe bagi para turis. Selain hawa dinginnya
makin menggigit trip dengan perahu motor melalui kanal-kanal di
Amsterdam tidak dapat dijalankan karena di mana-mana permukaan
air dilapisi es. Baru 3 hari kemudian suhu naik sampai 1ø di atas
nol dan es mulai menipis, retak dan mencair di banyak tempat.
Maka di penghujung winter itu trip melalui kanal-kanal yang
mengasosiasikan Amsterdam dengan Venetia dan Bangkok itu dapat
dilaksanakan.
Buat turis kelas kambing, rasanya penerangan dari KLM atau VVV
agak kurang. Khususnya tentang cara bepergian dan menginap yang
semurah mungkin sehingga acara dapat diikuti lebih banyak. Tarif
hotel memang tidak semahal hotel-hotel yang kelasnya sama di
Jakarta. Tapi buat pemuda dari negeri-negeri tropis sewa kamar
atau ranjang sederhana di losmen-losmen pemuda Kristen youth
hostel akan jauh lebih murah. Taksi pun sangat mahal di Negeri
Belanda dan tidak begitu banyak bersliweran seperti di Jakarta.
Apalagi kendaraan jenis ke-empat alat angkutan yang paling ideal
untuk menjelajah sampai ke kampung-kampung di Indonesia -- yang
sama sekali tak ada di sana.
Umumnya orang naik sepeda (sangat populer), sepeda motor, mobil,
atau alat angkutan umum seperti bis dan trem (juga sangat
populer). Tapi untuk memanfaatkan bis dan tren yang jaringannya
bersliweran di seluruh kota para pendatang harus lihat peta dulu
dan menghafalkan trayek-trayeknya di halte-halte mana dia harus
turun untuk mencegat bis atau trem berikutnya ke tujuan. Alat
angkutan inilah yang paling murah dan tidak banyak membuang
waktu karena tidak berhenti di satu halte lebih dari 3 menit.
Juga tidak terlalu padat. Seperti seluruh roda kehidupan di
kota-kota besar Negeri Belanda, alat angkutan umum itu jalannya
juga serba zakelijk dan padat otomat. Mereka yang beli karcis
borongan seharga 4 1/2 gulden untuk 6 rit, tinggal
menyodorkannya setiap kali ke dalam otomat sempel -- yang kalau
mau mudah sekali ditipu setelah karcis itu dipakai 6 kali.
Kalau mau bepergian antar kota dengan kereta api (potongannya
hampir sama seperti yang dibajak di Beilen tempo hari), tidak
perlu repot-repot mengantongi bekal dari rumah. Di stasiun cukup
menyodorkan uang logam 1 gulden lebih ke dalam otomat lemari
kaca. Buat wanita -- agar paha dan betisnya tidak kedinginan
karena tidak pakai sepatu lars -- bisa beli kaus kaki dengan
cara yang sama di stasiun. Akibatnya, di mana-mana kurang sekali
petugas tempat bertanya. Seluruh jadwal perjalanan terpampang di
papan-papan pengumuman dan ditaati sampai ke menit-menitnya
(kecuali kalau ada gangguan di luar dugaan). Semua keterangan
itu sebaiknya disimak sampai ke huruf-hurufnya. Kalau tidak,
para pelancong dari Timur bisa dongkol sendiri kalau hanya
mendapat jawaban sekenanya, atau tidak tahu, tuan" dari
orang-orang yang lalu-lalang seperti dikejar setan.
Itu tak berarti keramah-tamahan menghadapi tamu-tamu asing tidak
ada pada orang Belanda. Terutama di kalangan generasi tua. Hanya
saja, mereka yang belajar bahasa Belanda sekolahan di Indonesia,
sering kali terpaksa pasang kuping dengan seksama buat menyimak
logat orang-orang Belanda yang juga berbeda-beda menurut daerah
asalnya. Namun dengan peta perjalanan yang komplit dan
keterangan petugas-petugas VVV yang punya kantor di setiap kota
besar dan kecil -- anda akan tertolong. Sebab di musim dingin
begini betul-betul tidak enak kesasar lalu jalan kaki
mengelilingi blok-blok gedung jangkung yang hampir mirip
semuanya (lantaran angin dingin yang menggigit tulang sumsum)
kendati mentari bersinar terang. Belum lagi kalau gerimis salju
basah dan di malam hari angin dingin lebih "sadis".
Kendati musim dingin menyapu bersih segala yang hijau (kecuali
daun cemara dan beberapa tanaman winter) ada juga hal-hal yang
eksotik di mata orang Timur. Pohon-pohon yang telanjang tak
berdaun bagaikan semak-semak laut menggapai-gapai udara. Tua
muda yang bermain skaats di permukaan air yang hijau kelabu
seperti jalan raya, kemudian digantikan oleh kawanan cagar dan
itik liar setelah es mulai berbahaya-bagi manusia. Juga
perempuan-perempuan tua, atau anak muda yang lagi pacaran.
Mereka demen bertengger di pinggiran air, seraya melempar
remah-remah roti pada burung-burung liar itu. Justru karena di
luar sangat dingin, suasana di bar-bar dan warung-warung kopi
jadi lebih intim sembari menghadapi secangkir kopi (ala Belanda,
dengan susu dan gula) plus roti berlapis keju atau pasta yang
murah. Atau segelas bir yang juga sangat murah di negeri yang
terkenal karena merek-merek Heinekens, Anker dan Skol.
Kesan lain yang segera kentara adalah pemeliharaan benda-benda
budaya seperti istana, puri-puri, koleksi lukisan. kincir-kincir
angin dan rumah-rumah petani kuno. Di tengah arus
industrialisasi yang menyeret Belanda menjadi negeri terkemuka
di Eropa Barat, gairah seni dan penghargaan pada masa silam
memang dihidupi oleh rakyatnya sendiri. Hampir di tiap musium di
Deen Haag dan Amsterdam, ada segerombol murid sekolah dengan
seorang gurunya yang gondrong asyik bertanyajawab. Di musium
lukisan Van Gogh yang paling baru dan modern pula arsitekturnya
(sinar matahari yang langka bisa masuk dari mana-mana),
pengunjung boleh bereksperimen dengan cat air, cat minyak,
pastel, cetak sablon tanpa ongkos ekstra. Mana yang terbagus
bisa dipilih memperkaya koleksi. Apakah ini juga memang kampanye
buat merangsang lebih banyak uang dari kantong turis?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini