Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Rangkaian Upacara Adat Ki Ageng Wonolelo Digelar di Sleman

Rangkaian upacara adat Ki Ageng Wonolelo bakal digelar mulai Jumat malam di Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak Sleman Yogyakarta.

13 Oktober 2017 | 10.15 WIB

Puluhan anak-anak dan warga membawa poster bergambar Pancasila dan Bendera Merah Putih bersiap mengikuti kirab memperingati hari lahirnya Pancasila di Desa Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, 1 Juni 2017. TEMPO/Pius Erlangga
Perbesar
Puluhan anak-anak dan warga membawa poster bergambar Pancasila dan Bendera Merah Putih bersiap mengikuti kirab memperingati hari lahirnya Pancasila di Desa Wonorejo, Hargobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, 1 Juni 2017. TEMPO/Pius Erlangga

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Sleman - Rangkaian upacara adat Ki Ageng Wonolelo bakal digelar mulai Jumat malam di Pondok Wonolelo, Widodomartani, Ngemplak Sleman Yogyakarta. Direncanakan, rangakaian acara akan berlangsung hingga 28 Oktober 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Upacara pembukaana akan ditandai dengan pengajian akbar oleh Al Ustadz H Habib Mussofha dari Cilacap Jawa Tengah. "Pengajian akbar tersebut dimaksudkan sebagai upaya meneruskan perjuangan Ki Ageng Wonolelo sebagai ulama besar dan penyebar agama Islam," kata Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman Aji Wulantara, Kamis, 12/10.

Menurut dia, untuk puncak acara yang berupa Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo akan dilangsungkan pada Jumat Kliwon 27 Oktober 2017. "Maksud dan tujuan diselenggarakannya upacara adat Saparan dan Kirab Pusaka Ki Ageng Wonolelo adalah untuk mendukung wisata budaya di Kabupaten Sleman pada khususnya dan di DIY pada umumnya," katanya.

Ketua Panitia Saparan Wonolelo Wartono mengatakan Ki Ageng Wonolelo yang bernama asli Jumadi Geno adalah keturunan Prabu Brawijaya V sekaligus sebagai tokoh penyebar agama Islam pada masa kerajaan Mataram. Dia bermukim di Dusun Pondok Wonolelo dan diyakini memiliki ilmu kebatinan yang tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Karena memiliki ilmu yang tinggi, ia pernah diutus Raja Mataram ke Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang saat itu membangkan terhadap Mataram. “Iapun berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya," kata Wartono.

Ia mengatakan, nama Ki Ageng Wonolelo atau Jumadi Geno semakin tersohor dari waktu ke waktu sehingga semakin banyak orang yang berdatangan untuk berguru dengannya.

"Sebagai seorang panutan Ki Ageng Wonolelo memiliki ilmu tinggi, Ki Ageng Wonolelo banyak mewariskan berbagai peninggalan yang berupa tapak tilas dan pusaka dan benda keramat lainnya," katanya.

Wartono mengatakan Pusaka, jimat dan berbagai benda keramat peninggalan Ki Ageng Wonolelo inilah yang akan dikirabkan setiap bulan Sapar pada setiap tahunnya.

Dalam rangkaian upacara adat Ki Ageng Wonolelob tersebut akan dipentaskan berbagai potensi seni budaya, misalnya hadroh dan qosidah, srunthul, jathilan, badui, angklung, sholawatan, karawitan, kethoprak PS Bayu dan lainnya.

Sedangkan dalam puncak upacara adat pada 27 Oktober 2017 berupa kirab pusaka Ki Sgeng Wonolelo, kirab Gunungan, Kirab Keprajuritan, tari dan fragmen serta penyebaran apem. Ada makna simbolis dari penyebaran apem, yakni sebagai sedekah yang dianggap dapat mendatangkan keberkahan hidup.

ANTARA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus