Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta, terus berbenah. Sisi barat jalan yang kondang itu masih dalam proses pemugaran untuk dirapikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sama seperti sisi timur yang kini nyaman untuk pejalan kaki, sisi barat Malioboro juga tengah dibangun jalur pedestrian. Penataan itu sementara berdampak pada berkurangnya kenyamanan sejumlah kalangan. Misalnya tukang becak, para kusir andong, dan pedagang, yang harus menyesuaikan. Sebab, jalur yang semula dipakai untuk jalan kendaraan tradisional akan dialih-fungsikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Jadwal Memermak Kawasan Malioboro
Jika sudah selesai kelak, pejalan kaki dapat merasakan nyamannya berjalan di trotoar yang lebar. Ada bangku-bangku taman yang bakal diletakkan di tengah jalur pedestrian itu sehingga pelintas bisa duduk-duduk menikmati suasana kota.
Kata Angga, salah satu pekerja, saat ditemui di Malioboro, 23 April lalu, proyek penataan kawasan itu belum lama dimulai. Kira-kira akhir Maret lalu, sejumlah pekerja baru aktif menata kawasan.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Malioboro Syarif Teguh mengatakan, proses sosialisasi terhadap seluruh komunitas yang terdampak pekerjaan revitalisasi sisi barat Jalan Malioboro terus diintensifkan. "Pada intinya, kami ingin meminta dukungan agar pekerjaan revitalisasi ini bisa lancar," katanya.
Menurut rencana pekerjaan revitalisasi di Jalan Malioboro sisi barat akan terbagi dalam lima blok besar dan ada tiga pelaksana kegiatan.
Penataan kawasan Malioboro secara keseluruhan dirasakan panjang oleh beberapa orang. Hal ini diungkapkan oleh pekerja loket Trans Jogja, Heri dan Eli, yang sehari-hari bekerja di Malioboro. “Saya rasa (pembangunannya) kok lama sekali,” kata Heri, 23 April lalu, di Malioboro. Heri sempat menyaksikan tahap-tahap pembangunan dan penataan kawasan tersebut--sejak penataan di sisi Timur.malioboro
Pembangunan di sisi Timur misalnya, seingat Heri, memakan waktu 1 tahun lebih. Selama pembangunan terjadi, halte tempatnya bekerja dipenuhi debu bekas galian tanah atau pecahan batu. Namun, selepas kelar, ia merasa jalur pedestrian itu lebih rapi dan ramah untuk anak-anak.
Supiyo, tukang becak yang sehari-hari mangkal di kawasan Malioboro, mengatakan proses pembangunan ini berdampak pada pendapatannya. “Jalanan macet, narik enggak maksimal.”
Hal senada diungkapkan sopir taksi daring, Adhitiar Pradamba. Ia menilai, pembangunan yang terasa berlarut-larut itu menyebabkan kemacetan tak kunjung terurai. Apalagi saat sore hari, ketika orang-orang pulang kerja dan saat hari-hari libur.
Kemacetan makin parah dirasakan tatkala penataan sisi barat dimulai. “Karena dulu sisi barat itu jalurnya andong dan becak. Sekarang semua menumpuk di jalan utama,” katanya.
Meski menuai keluhan, wisatawan, khususnya wisatawan asing, yang ditemui di kawasan Malioboro, menganggap pembangunan tersebut penting dilakukan. “Ini perlu supaya Malioboro lebih baik,” ujar Petter, pelancong asal Belanda. Ia, yang memang doyan jalan kaki, tak sabar menyaksikan Maliboro memiliki ruang bagi pejalan yang layak.
Adapun Mandy, wisman asal Arizona, merasa tak terganggu sama sekali dengan pembangunan tersebut. “Saya baru pertama kali ke Malioboro. Kelak kalau ke sini lagi saya akan menyaksikan Malioboro yang lebih baik,” ujarnya.
Artikel lain: Sensasi Mengunyah Terburu di Kuliner Bebek Tugu Pahlawan