Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Pemerintah Kota Yogyakarta menggelar aksi pembagian bendera merah putih dalam peringatan HUT ke-78 Kemerdekaan Indonesia. Kegiatan itu dipusatkan di Tugu Golong Gilig atau Tugu Jogja Rabu, 16 Agustus 2023. “Hari ini di kawasan Tugu kami bagikan 3.000 bendera merah putih pada masyarakat," kata Sekretaris Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Yogyakarta, Widiyastuti.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Widyastuti mengatakan pembagian bendera merah putih itu untuk membangkitkan semangat nasionalisme masyarakat juga wisatawan yang berkunjung, agar gegap gempita menyambut HUT kemerdekaan. "Titik pembagian bendera di kawasan Tugu, mulai dari Jalan Jendral Sudirman, Pangeran Diponegoro dan Mangkubumi," kata dia.
Sejarah Panjang Tugu Jogja
Tugu Jogja menjadi lokasi karena menjadi salah satu ikon paling menonjol yang mewakili Yogyakarta. Kawasan Tugu yang tak pernah sepi masyarakat dan wisatawan di malam hari itu, punya cerita sejarah yang panjang terkait perjalanan Yogyakarta di masa silam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir situs Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta dan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tugu Yogyakarta itu telah mulai dibangun pada tahun 1755 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, pendiri Keraton Yogyakarta. Tugu Yogya bukan sekadar simbol seperti tugu-tugu yang ada di setiap kota atau daerah.
Tugu Jogja Penghubung Garis Magis Keraton dan Gunung Merapi
Tugu Jogja, mempunyai nilai simbolis dan merupakan garis yang bersifat magis yang menghubungkan laut selatan, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Konon Sultan HB I pada saat melakukan meditasi menjadikan tugu ini sebagai patokan arah menghadap Gunung Merapi.
Pada saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu. Tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), hingga akhirnya dinamakan Tugu Golong-Gilig.
Bentuk Berubah Setelah Gempa 1867
Bangunan Tugu Yogyakarta saat awal dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas, sementara bagian dasarnya berupa pagar yang melingkar, sedangkan bagian puncaknya berbentuk bulat. Ketinggian bangunan tugu golong gilig ini pada awalnya mencapai 25 meter. Namun pada 10 Juni 1867, kondisi Tugu Yogyakarta berubah karena adanya bencana gempa bumi pada saat itu yang membuat Tugu runtuh.
Hingga pada tahun 1889 keadaan Tugu Jogja benar-benar berubah. saat pemerintah Belanda merenovasi seluruh bangunan tugu. Kala itu Tugu dibuat dengan bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja yang terlibat dalam renovasi itu.
Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk kerucut yang runcing. Ketinggiannya pun menjadi lebih rendah, hanya 15 meter. Sejak saat itulah Tugu Jogja dinamai Tugu Pal Putih sebagai taktik Belanda untuk memecah persatuan antarrakyat dan raja, namun upaya itu tidak berhasil.