AHMAD Fahmi tidak menjia-njiakan masa mudanja. Ia berhenti
sekolah dan memilih untuk mendjadi pengusaha sebuah discotheque.
Gagasan-gagasannja tertudju kepada kaum muda di Djakarta.
Seperti jang diakuinja, ia ingin melihat suatu kesehatan dalam
memper-gunakan waktu luang dari generasi anjar itu. Barangkali
ia bukan orang jang pertama, tapi kandungan maksudnja bagi para
"tongpes" ibukota pasti menggembirakan jang bersangkutan. Disaat
orang berlomba memantjing duit, ia masih berani main spekulasi,
main korban dengan menjelenggarakan satu kesempatan dimana
sekelompok mahasiswa tukang gengsot dapat saling berembuk.
"Memang ide ini tidak terlepas dari segi komersiil" katanja
kalem. Tetapi selandjutnja ia memberikan bajangan suatu
sumbangan, jang dalam waktu dekat dapat dinikmati oleh
muda-mudi. Sesungguhnja hanja merupakan suatu fasilitas ketjil.
Jakni satu kesempatan untuk mempergunakan discotheque Tanamur
untuk tempat berkumpul siang ataupun malam. Tempat berdansa,
berunding, berlatih ataupun diskusi-diskusi serta mendengarkan
musik dan meskipun tidak disebutkan, dapatlah disimpulkan djuga
tempat patjaran. Bukankah Djakarta sudah menuntut tempat
patjaran bagi warganja jang suka disebut orang "baik-baik".
Tanamur Student Club. Dari segi perusahaan sudah barang tentu
maksudnja untuk mengisi Minggu malam jang biasa sepi, karena
pengundjung sudah dikeruk malam sebelumnja. Tetapi dari segi
kepemudaan, adalah sebuah djalan untuk mengatasi keadaan kantong
kempes. Karena dengan didirikannja apa jang disebut Tanamur
Student Club, cover charge akan diganti dengan uang iuran. Tiga
ribu dalam satu triwulan. Mendapat keringanan lagi karena dapat
dibajar setiap bulan. Makanan dan mimlman jang masuk perut
mendapat potongan sebesar 30O. Djadi kalau dialdjabarkan satu
kali masuk berarti kena Rp 250. Sedangkan cover charge biasa
adalah Rp 600. Belum diperhitungkan bahwa kadang-kadang dalam
satu triwulan djumlah minggunja ada jang sampai 13-14.
"Tanamur akan disediakan mendjadi tempat rekreasi, latihan tari,
poetry reading dan sebagainja, terserah kepada inisiatip mereka
jang mendjadi anggotanja" kata Fahmi. Ia terangkan pula sjarat
untuk mendjadi anggota selain iuran tidak diperlukan lagi
penarikan uang pangkal. Tidak djuga diperlukan surat kelakuan
baik dan surat tidak tersangkut G-30S. Lebih dari-itu pula tidak
akan diadakan djabatan-djabatan seperti lazimnja didjumpai dalam
organisasi-organisasi, seperti djabatan Ketua, Sekretaris dan
segala matjam tetek bengek seksi-seksi. "Tjukup dengan tempat
dan promotor manager Tanamur sadja" kata Fahmi lebih landjut.
Tetapi andaipun dikatakan demikian, rupanja hal itu tidak mutlak
sekali. Sebab ia bilang, seandainja toh nantinja club itu
diinginkan oleh para anggotanja untuk komplit seperti club-club
lain, misalnja seperti RYC atau AFC, ternjata di "oke" sadja.
Tidak diterang-kannja apakah oke-oke itu nantinja akan
mendjebloskan gagasan-gagasannja mendjadi tidak unik lagi alias
setali tiga uang dengan club-club jang sekarang tjukup banjak
sudah djumlahnja.
Kartu. Maka untuk keperluan segala itu, telah dikerahkan
pentjetakan dua matjam kartu anggota. Warnanja merah dengan
tulisan hitam. Bagian depan berisi foto pemilik, nama, alamat
serta tandatangan. Dibelakangnja peraturan. Kartu jang dibubuhi
vignet penari hitam, dichususkan bagi anggota perorangan. Jang
lainnja gambarnja berwarna kuning, berlaku untuk satu couple
dengan ukuran lebih tinggi -- Rp. 5.000 per triwulan. Kartu ini
mempunjai keistimewaan sebagai akibat harganja jang lebih mahal.
Dinjatakan pemegang kartu berhak membawa seorang kawan lain,
siapa sadja, laki perempuan dan tidak perlu pula seorang
maha-siswa, asal tjukup dewasa semua diperkenankan.
Begitulah keadaannja. Maka minggu malam, minggu pertama Djuni
ini telah dilaksanakanlah rentjana-rentjana tersebut. Seorang
pendjaga pintu menerangkan bahwa djumlah anggota sudah mentjapai
200 orang. Tetapi tatkala diusut ternjata Fahmi tidak berani
memberikan pernjataan resmi dengan alasan pentjatatan setjara
resmi dan teratur belum ada. Fahmi hanja mendjelaskan bahwa ia
memang punja tekad untuk menjedot pemuda-pemuda dari
tempat-tempat hiburan lain, dengan biaja jang djauh lebih murah
itu. Meskipun belum ada laporan dari Blow up -- jang djuga
menjeleng-garakan atjara remadja tiap minggu malam -- dapat
diperkirakan ongkos coer charge jang murah memang merupakan daja
pikat jang pertama.
Kegagalan jang pernah dialami oleh Wisma Nusantara dan Nite Club
Galaxy dalam usaha menjelenggarrkan suatu tempat dansa pemuda
jang lebih murah, tentu pula mungkin sekali akan mengantjam
Tanamur. Kini waktunja untuk melihat. Tapi perbedaannja memang
ada. Disini benar-benar djiwa muda jang mendjadi modalnja.
Tanamur jang djuga telah menjelenggarakan atjara-atjara Jazz
sekali seminggu, tentunja telah memikirkan bagaimana untuk
memelihara perhatian mahasiswa jang hendak dikumpulkannja.
Karena memang jang diperlukan mereka bukan organisasi, tetapi
tempat jang menjenangkan untuk berhibur dengan biaja seorang
"tongpes".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini