LAGU Benci Tapi Rindu yang dinyanyikan dengan aksen aneh dan
diselingi ucapan-ucapan lirih I love you, but I love you,
selesai. Penonton bertepuk tangan. Kemudian disambung lagu
Saturday Night Fever. Gerakan tubuh yang tadinya lemah gemulai
untuk Rindu Tapi Benci, meloncat ke hentakan-hentakan kaki dan
tangan yang sedikit banyak meniru gaya John Travolta.
The Sophisticates, penyanyi trio dari Los Angeles ini selalu
mengenakan baju dengan belahan kaki yang tinggi atau potongan
dada rendah, telah memukau penonton di Golden Ballroom, Hotel
Jakarta Hilton, 13 Januari lalu. Apalagi dengan tubuh mereka
yang sintal. Penampilan mereka tidak hanya untuk menyanyi,
tetapi berusaha juga untuk mengisikan gerakan-gerakan menurut
irama dan isi lagu. Ireng Maulana dengan The Disc-nya mengiringi
trio ini.
Malam tahun baru belum lama ini adalah penampilan grup ini untuk
ketiga kalinya di Jakarta Hilton. Dan animo penonton tetap
meluap. Begitu juga pertunjukan mereka 2 minggu yang lalu.
Penyanyi Bob Tutupoly yang menyertai trio ini menyanyikan lagu
Kidung tahun lalu menyatakan kekagumannya atas kemampuan trio
ini. "Sampai sekarang saya tak habis pikir, bagaimana mereka
bisa memiliki kemampuan suara yang begitu hebat," kata Bob.
Menurut Bob lagi, keistimewaan trio ini adalah "kalau salah
seorang dari mereka tiba-tiba tak mampu menarik suara lebih
tinggi, secara otomatis yang lain menyambung." Dan penonton tak
merasakan kekurangan itu.
Rupanya, modal suara mereka diimbangi dengan latihan yang ketat,
hampir setiap hari, paling tidak 3 jam dalam sehari. Di samping
gimnastik 2 jam setiap pagi untuk menjaga tubuh mereka.
"Disiplinnya bukan main," kata Bob lagi, "kesan saya, manajernya
itu bagi mereka seperti Tuhan Allah saja." Dan meskipun sedang
latihan, mereka selalu bersungguh-sungguh.
Dalam satu latihan, Bob pernah melihat mereka diminta tetap
berdiri di tempat. Dan perintah yang memakan waktu puluhan
bahkan ratusan menit itu dituruti dengan taat. Untuk menjaga
disiplin trio ini saling berjanji siapa yang berbuat salah dalam
latihan ataupun dalam show sungguhan akan didenda. AS$ 10 tiap
satu kesalahan. Pernah, sampai ada yang kebobolan AS$50.
Misalnya untuk penampilan di teve, mereka latihan mulai dari jam
09.00 pagi sampai jam 21.00 tanpa terdengar keluhan, biarpun
keringat selalu mengucur. Dan semangat tak boleh luntur.
"Mungkin bagi Indonesia, hal ini janggal," kata manajer trio
ini, Charles Brown, "tetapi seorang manajer bukanlah Tuhan atau
bayangan bagi si penyanyi. Itu hanya masalah disiplin." Empat
tahun yang lalu, Vickie Dove yang grupnya berantakan datang ke
Charles Brown Enterprises, untuk mencari nasib yang lebih baik.
Vickie, salah seorang dari trio itu di bawah Charles Brown
Enterprises telah berganti tim sebanyak 13 kali. Rupanya kini
ia telah menemukan grup trio yang paling cocok. Paling tidak
karena umur trio ini telah 2 tahun lebih. Sebelumnya mereka tak
saling mengenal. "Saya rasa kami tak akan pecah untuk masa-masa
mendatang, karena kami sedang menuju ke tangga sukses," ujar
Larue Cowart, si kulit hitam anak petani dari Kansas, AS. "Juga
rencana untuk menikah, untuk pacaran, kami singkirkan dulu,"
sambung Cheryl Bailey.
Di samping disiplin yang ketat ini disertai suara dan kerjasama
yang baik, ketiganya mempunyai keahlian masing-masing. Cheryl
yang berkulit paling putih dan termuda (21 tahun) memang pernah
memasuki sekolah tari dan pernah bekerja di salah satu klab di
Broadway. Karena itu diapun bertindak sebagai koreografer dalam
trionya. "Dan kami memahami gerakan-gerakan tari lewat perasaan
kami ketika menyanyi," ujar Vickie yang mempunyai suara paling
kuat. "Dan Larue bisa bertindak sebagai humas kami juga," ujar
Charles, "dia pintar pula berdialog dengan penonton." Mendekati
penonton lewat lelucon atau omong-omong sedikit inilah,
keunggulan trio ini. Hal ini jarang dimiliki oleh penyanyi kita,
terutama mereka yang tergolong penyanyi hiburan.
Cewek Indonesia
Apakah lelucon itu diatur dulu? "Ah, tidak," kata Larue, "sering
keluar begitu saja di kepala saya, yang kemudian ternyata itu
lucu. Juga ungkapan setempat seperti "mana tahan" juga kami
masukkan dalam acara kami."
"Karena kami mempunyai kepinteran masing-masing dalam satu tim
kerjasama yang kompak," sambung Charles, "penghasilan kami bagi
rata." Menurut manajer ini, "mereka inilah yang paling kompak
sehingga bisa lebih menanjak lagi. " Charles kini juga mengatur
4 grup lain di AS. The Sophisticates menurut Charles sedang
menanjak ke atas paling tidak sedang populer di Jakarta. Di AS,
mereka sudah mulai rekaman.
Kalau sedang di AS, mereka menyanyi di Club Sahara di Las Vegas.
Beberapa negeri terutama kawasan Asia Tenggara tahun-tahun
terakhir ini sering mereka kunjungi. "Sebetulnya, saya sedang
mencari penyanyi wanita Indonesia kalau mau saya bina," ujar
Charles Brown. Katanya, "bakat ada, tetapi bagaimana
mencuatkannya ke atas, itu yang kalian tidak miliki. Tidak
seperti penyanyi-penyanyi Filipina yang bisa mencuat dan
mendapat uang banyak." Bob Tutupoly -- yang tahun lalu juga
membuka usaha seperti Charles Brown -- menyebut nama-nama
seperti Hutauruk Sisters, Nouval Trio, sebagai grup penyanyi
yang mempunyai potensi baik. "Asal ditambah dengan latihan
disiplin dan penampilan yang lebih dipoles, pasti mereka bisa
sukses," ujar Bob.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini