Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan

Wisata ke Wihara Lalitavistara, Turis Paling Suka Diramal Ciam Si

Ramalan Ciam Si di Wihara Lalitavistara menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

17 Januari 2019 | 14.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Wihara Lalitavistara di Cilincing, Jakarta Utara. TEMPO | Bram Setiawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Wihara Lalitavistara tidak hanya menjadi tempat ibadah umat Buddha. Wihara Lalitavistara yang terletak di kawasan Cilincing, Jakarta Utara itu juga menjadi tujuan wisata.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Banyak orang datang untuk Ciam Si atau ramalan melihat nasib," kata Suwito, Ketua Umum Majelis Mahayana Indonesia, Rabu, 16 Januari 2019. Ciam Si adalah tradisi Cina untuk meramal nasib.

Jika ingin diramal Ciam Si, pengunjung tinggal menyampaikan maksudnya ke penjaga wihara. Biasanya pengurus wihara itu sendiri yang melakukan Ciam Si.

Ramalan Ciam Si dilakukan dengan cara mengocok beberapa betang bambu yang ditempatkan di dalam kaleng. Saat dikocok, akan ada bambu yang jatuh dan penjaga wihara akan menyampaikan ramalan dengan membaca bambu tadi.

Suwito melanjutkan, di wihara yang menganut mazhab Mahayana ini biasanya turis mancanegara ingin melihat perkembangan agama Buddha mazhab Mahayana di Indonesia. "Karena mazhab Mahayana menyebar ke Cina, Taiwan, Jepang, Korea, dan Indonesia," ucapnya.

Yang menarik juga, Suwito menambahkan, letak Wihara Lalitavistara berdekatan dengan Masjid Al Alam, yang dikenal sebagai tempat ibadah umat Islam pertama di Jakarta.

Berdasarkan catatan Dinas Purbakala DKI Jakarta, Masjid Al Alam diperkirakan dibangun pada 22 Juni 1527. Tanggal yang menjadi hari jadi Kota Jakarta.

Penamaan Wihara Lalitavistara bersumber dari nama kitab yang menceritakan kehidupan Siddharta Gautama. Suwito menceritakan berdirinya Wihara Lalitavistara bermula klenteng Sam Kuan Tai Tie. Ceritanya pada abad ke-16 ditemukan papan hitam bertuliskan Sam Kuan Tai Tie yang berasal dari Tiongkok terdampar di Pantai Cilincing.

"Itu dirawat oleh keturunan asli sini, Cilincing, jadi mereka membuat bangunan ini (kelenteng)," kata Suwito. Kemudian bangunan kelenteng itu terus berkembang sampai menjadi Wihara Lalitavistara.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus