Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Masih ditutupnya pantai-pantai selatan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Level 3 ini turut membuat kalangan nelayan ikut menjerit. Sebab, minimnya wisatawan yang berkunjung ikut mempengaruhi harga hasil tangkapan ikan nelayan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Restoran dan warung-warung di pantai yang biasanya membeli hasil tangkapan ikan nelayan jadi menurunkan harga beli karena usahanya masih sepi dari kunjungan wisatawan,” kata Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Gunung Kidul Yogyakarta Rujimanto, Jumat, 1 Oktober 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rujimanto menuturkan harga tangkapan ikan itu ikut menurun untuk seluruh jenis ketika DIY yang berstatus PPKM Level 4 maupun saat Level 3 ini. “Penurunan harga jual ikan itu rata-rata Rp 5.000 per kilogram,” ujarnya.
Padahal, menurut Rujimanto, selama ini lebih dari 500 usaha restoran dan warung di sepanjang pantai Gunungkidul yang selalu rutin membeli hasil tangkapan nelayan. Mulai dari Pantai Baron, Kukup, Drini, Sepanjang, Indrayanti, Sepanjang, Ngrenehan, Ngandong Pantaui Siung Gunung, Pantai Pulang Syawal, Pantai Sundak, Pantai Sadranan, Pantai Nglambor, Pantai Pok Tunggal, Pantai Wediombo hingga Pantai Ngobaran.
“Meskipun restoran di sepanjang pantai itu beroperasi, tapi karena wisatawan tak bisa masuk maka dari pihak restoran yang menjemput wisatawan itu ke TPR (Tempat Pembayaran Retribusi),” kata Rujimanto.
“Tapi mau sampai kapan prosesnya seperti ini? Toh selama PPKM ini juga belum ada bantuan, jadi kami meminta pemerintah pusat dan DIY segera mengijinkan kawasan pantai selatan dibuka resmi untuk wisatawan,” Rujimanto menambahkan.
Rujimanto menuturkan bulan-bulan ini sebenarnya sedang masa panen ikan. Selain cuaca cukup cerah dan mendukung, berbagai jenis ikan relatif mudah ditangkap karena sebagian sedang bermigrasi di pantai selatan.
“Nelayan melaut terus, tapi dengan harga yang masih rendah karena wisatawan minim ini mau tak mau jadi beban,” kata Rujimanto.
Direktur Jenderal Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Muhammad Zaini Hanafi menuturkan kondisi nelayan di masa pandemi Covid-19 yang belum berakhir ini memang menjadi perhatian tersendiri. Sebab, aktivitas nelayan terimbas sektor-sektor usaha yang terpengaruh langsung dengan perkembangan kasus.
“Di masa seperti pandemi ini perlu banyak terobosan untuk tetap mengoptimalkan subsektor perikanan tangkap, sebagai jalan mewujudkan kesejahteraan nelayan,” ujar Zaini dalam dialog daring, Jumat, 1 Oktober 2021.
Zaini menuturkan yang saat ini digarap yakni mendorong kuatnya kelembagaan sehingga nelayan punya akses serta daya tawar lebih kuat di masa-masa sulit seperti saat pandemi ini. “Khususnya dalam upaya mendapat berbagai fasilitas pendanaan, selain asuransi dan pendampingan diversifikasi usaha,” kata dia.