SIAPA nyana, live show juga ada di ~sebuah rumah di pinggir sawah ~tepatnya di Desa Rejosari, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tak tanggung-tanggung, pertunjukan yang konon sudah berlangsung sejak 10 tahun lalu itu juga menampilkan adegan lesbian. Empat polisi berpakaian preman yang menerobos ke rumah tembok itu, Sabtu dua pekan lalu, memergoki adegan seks sejenis oleh empat wanita di salah satu kamar berukuran 2,5 x 4 meter di rumah itu. Pertunjukan "seru-seram" yang disaksikan sejumlah penonton lelaki itu diirin~i pula oleh musik dangdut. Begitu pasangan Narti dan Darmi mengakhiri pertunjukannya, langsung polisi tersebut menggiring para pemain dan pemilik rumah, Hardo, 75 tahun, menaiki mobil Carry. Keempat "artis" live show itu buru-buru menutupi tubuhnya, dan semula mencoba menolak naik mobil polisi. Barulah, setelah petugas menunjukkan surat perintah, para artis dan pemilik rumah bersedia ikut ke Markas Polisi Solo. Tempat pertunjukan itu memang tak nampak menonjol sebagai tempat maksiat. Rumah tembok model jo~glo kampung di pinggir sawah itu bercat putih dan biru. Kesannya dari luar seperti rumah biasa yang bagian terasnya digunakan sebagai warung kopi kecil-kecilan. Tapi sekitar pukul 10 pagi, warung itu berubah. Beberapa wanita berusia sekitar 20 tahun mulai berdatangan. Tiap hari tak kurang dari 10 wanita yang berdandan soronok dengan tingkah laku seenaknya meramaikan warung tersebut. Menginjak pukul 13.00 beberapa lelaki masuk ke warung dan langsung menyatu dengan tamu wanita. Sambil mendengarkan musik dangdut, mereka bersantai ria. "Yuk, kita mulai sekarang," kata salah satu tamu lelaki memberikan komando. Dua wanita, Karti dan Mangu, segera beranjak dari kursinya dan mandi bersama di sebuah kamar mandi. Tamu lelaki lantas berbondong-bondong masuk ke kamal "pertunjukan". Tak lama kemudian, Karti dan Mangu muncul dengan handuk membalut tubuhnya. Lalu pintu kamar dikunci dan tontonan dimulai. Musik dangdut terus menyalak keras. Tak berapa lama, sekitar 30 menit, pertunjukan selesai. Dua artis live sho~w masing-masing mendapat bayaran Rp 10.000 -- hasil patungan para penonton. Penonton yang berminat bisa langsun~ "memakai" para artis tersebut. Polisi, kata Kapolwil Surakarta, Kolonel Soemarsono, sudah lama mencium kegiatan maksiat itu. Karena itu, dilakukan pengecekan. "Ternyata info itu tepat, lalu kita lakukan penggerebekan," katanya. Mangu, 28 tahun, yang dianggap primadona live show tersebut, mengaku bukan lesbian. Wanita berwajah manis dan berkulit bersih itu mengatakan terpaksa melakukan adegan itu hanya karena butuh uang. "Adegan itu saya lakukan karena ada tamu yang menyuruh main model lesbian. Pada awalnya terasa aneh dan jijik. Tapi karena itu permintaan, apa boleh buat," kata Mangu, yang sudah tiga tahun melakukan adegan lesbi itu, agak malu-malu. Pemilik rumah menyangkal menyediakan rumahnya untuk tempat pertunjukan maksiat itu. Sebanyak enam kamar yang ada di rumahnya, katanya, disewakannya Rp 500 sekali pakai untuk tempat istirahat dan bersantai. Terutama untuk para tamu-tamu warungnya yang ingin bermesraan di kamarnya. "Saya sama sekali tak tahu bahwa ternyata di dalamnya berlangsung perbuatan maksiat. Sebab, saya tak pernah mengintip kegiatan di kamar," katanya mengelak. Hardo dan artis-artisnya diperiksa secara intensif di Mapolwil Surakarta. "Mereka tetap kami proses secara hukum. Tapi sebelumnya kami serahkan ke lembaga masyarakat di daerah untuk dibina," kata Kolonel Soemarsono. Gatot Triyanto ~dan Kastoyo Ramdan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini