INI baru namanya komplotan rampok nyentrik. Kalau lagi beroperasi, semua anggota komplotan rampok pimpinan Imin Sinage ini hanya mengenakan cawat. Tapi wajah mereka tertutup topeng, mirip Zorro. Di samping menjarah harta, komplotan yang malang melintang di Medan dan sekitarnya itu juga menghalalkan memperkosa korban wanita. Dan bukan main, mirip organisasi mafia, seorang anggota komplotan yang ketahuan berkhianat akan dieksekusi oleh algojo. Jumat 30 November, aktivitas komplotan ini berakhir sudah. Satuan pemberantas kejahatan Top Gun Poltabes Medan, yang baru dibentuk 27 November lalu, oleh Kapoltabes Medan Letkol. Sofyan Jacub, berhasil menggulung semua anggota komplotan yang bermarkas di sebuah rumah kontrakan di Jalan Kenari XXI Perumnas Medan. Dari rumah yang mereka kontrak sejak empat bulan lalu itu, diatur seluruh kegiatan. Mulai dari menggodok info masuk, menentukan sasaran, sampai membagi tugas pada anggota. Markas itu memang tak pernah sepi tamu. "Jika magrib, mereka keluar rumah. Paginya pulang membawa bungkusan," kata kepala lingkungan Kenari Blok XVI, Perumnas Mandala, Jamaluddin K. Kepada tetangga, Imin selalu mengaku bekerja sebagai kontraktor. Bisik-bisik terdengar bahwa Imin dan tamu-tamunya yang berasal dari Aceh Tenggara itu berdagang ganja. Dugaan itu ternyata keliru. Belakangan, seorang warga mengetahui bahwa mereka kawanan rampok, dan segera melapor ke Poltabes Medan. Pada Jumat malam 30 November, tim Top Gun Poltabes mengepung rumah itu. Lima orang kawanan rampok yang kebetulan berada di situ tak berkutik. Menjelang malam, datang lagi anggota lainnya, dan diringkus, termasuk Imin. Begitu seterusnya. Hingga tengah malam jumlah yang ditangkap 18 orang. Setelah diperiksa, lima orang (tiga di antaranya wanita) dipulangkan, karena tak ada bukti kuat bahwa mereka terlibat. Kepada polisi, kawanan itu mengaku dalam setahun ini sudah 20 kali merampok. Sebelum beraksi, Imin menyebar anggota untuk survei. "Imin Sinage inilah yang memutus layak tidaknya informasi," kata Kadispen Polda Sumatera Utara, Letnan Kolonel Yusuf Umar. Hebatnya, komplotan ini juga punya informan, yang bertugas mematai-matai polisi. Jumadi, yang punya kios rokok sekitar 100 meter dari kantor Poltabes, menyadap informasi tentang kegiatan polisi. Salah seorang korban komplotan itu adalah Betty, warga Dusun III Paya Geli, Kecamatan Medan Sunggal. Menjelang dini hari, 20 November lalu, rumah pengusaha penggilingan padi Saribumi itu disatroni Imin bersama tujuh anggotanya. Mereka membunuh tiga ekor anjing milik Betty, dan kemudian mencongkel pintu rumah. Tanpa kesulitan mereka mengikat Betty dan suaminya, lalu menguras harta korban berupa emas dan uang senilai Rp 4,5 juta. Masih belum puas, kawanan itu bermaksud memperkosa Betty, 41 tahun. Wanita itu meratap minta ampun. Rupanya, ratapan itu mengharukan hati sang bos, Imin, yang kemudian mencegah anak buahnya. Tapi kepada polisi, seorang anggota rampok, Ridwan, mengaku memperkosa tiga korbannya. Komplotan Imin tampaknya terorganisasi rapi. Tapi sejauh ini belum ditemukan unsur politik di balik kejahatan itu. "Uang hasil kejahatan itu mereka gunakan untuk kepentingan pribadi," kata Kapolda Sumatera Utara, Brigjen. H. Hadiman, kepada wartawan. Pendapat serupa ju~ga dikemukakan pihak Bakorstanasda Sumbagut walau ada oknum ABRI yang terlibat, yang kini diperiksa di Dempom ABRI. "Belum ditemukan indikasi yang menjurus kepada kepentingan politik dan kepentingan lain," kata Kapenhumas Bakorstanasda Sumbagut, Letnan Kolonel TNI Achmad Sudjai. W~Y dan S~arluhut ~Napitulu (Biro Medan~)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini