Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

<font size=1 color=#FF9900>PEMBOBOLAN ATM</font><br />Jebol oleh Modus Lama

Pembobolan anjungan tunai mandiri beberapa bank dilakukan dengan modus lama. Belum semua mesin dilengkapi antipembaca data.

25 Januari 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MADE Suweca akhirnya merasa lega. Bank Central Asia mengganti Rp 8,6 juta milik pegawai hotel di Denpasar, Bali, ini yang raib dibobol dari ATM atau an-jungan tunai mandiri pekan lalu. ”Nilainya mungkin tak seberapa,” ujar pria 32 tahun ini Jumat pekan lalu, ”tapi cuma segitu uang saya untuk sekolah dan susu anak.”

Suweca termasuk 200-an nasabah BCA di Bali yang uangnya digondol sebuah jaringan sindikat pembobol ATM. Total uang yang raib mencapai Rp 4-5 miliar—sebesar ini pula jumlah yang harus diganti oleh BCA. Pembobolan ATM di Bali sepekan kemarin juga dialami nasabah, antara lain Bank Negara Indonesia senilai Rp 200 juta dan Bank Rakyat Indonesia Rp 67,5 juta.

Polisi menduga pencurian ini menggunakan modus lama, yakni pelaku mencuri data nasabah dari mesin ATM atau EDC (electronic data capture) di tempat perbelanjaan. Data dicuri dengan skimmer atau alat pembaca data. Data lalu diolah dan disimpan dalam laptop untuk kemudian dialihkan ke kartu ATM kloning berwarna putih. ”Skimmer ini ditempelkan pada tempat memasukkan kartu di ATM atau EDC,” tutur Kepala Kepolisian Kota Besar Denpasar Komisaris Besar Gede Alit Widana.

Selain itu, menurut dia, pelaku memasang kamera di tempat tersembunyi yang mengarah ke tempat PIN atau nomor identitas pribadi dipencet. Setelah kartu kloning selesai dicetak, pelaku mulai menjalankan aksinya di berbagai tempat. Artinya, kalau pencurian datanya di Bali, bisa saja pencurian uangnya di Jakarta, atau bahkan Bulgaria.

Begitulah yang terjadi pada Shirin Bajahdri, warga negara Swedia. Uangnya di Bank CIMB Niaga digasak melalui penarikan di Bulgaria, Eropa Timur. ”Padahal saya belum pernah ke Bulgaria,” katanya setelah melaporkan kasusnya ke Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI pada Jumat pekan lalu.

Uang nasabah BRI yang dibobol di Bali juga menguap ke luar negeri. Menurut Sekretaris Perusahaan BRI Muhammad Ali, Rp 48,5 juta ditarik empat kali, sekali di Moskow, Rusia, dan tiga kali di Toronto, Kanada. ”Padahal pemiliknya ada di Denpasar,” katanya. Berikutnya, uang nasabah di BRI Jakarta ditarik Rp 19 juta dari Vancouver, Kanada.

Sumber Tempo mengungkapkan pembobolan di Bali dikoordinasi oleh sindikat Rusia yang beroperasi dari luar. Dari tujuh tersangka yang tertangkap polisi pada November 2009, terungkap sindikat ini membentuk beberapa tim di Indonesia. ”Modus yang di Bali ini sama dengan modus para tersangka itu,” ujarnya.

Polisi menduga ada keterkaitan pembobolan ATM ini dengan sebuah komplotan internasional. Badan Reserse Kriminal Mabes Polri telah menetapkan seorang berinisial F sebagai tersangka. ”F ini pemain lama dan anggota sindikat,” tutur Kepala Bareskrim Inspektur Jenderal Ito Sumardi. Bersama F juga disita barang bukti berupa uang tunai Rp 23 juta, komputer, skimmer, dan kartu ATM dari beberapa bank.

Untuk menghindari kasus serupa itu, Bank Indonesia mendesak bank-bank mengganti kartu ATM magnetik menjadi kartu dengan chip. Menurut Deputi Gubernur BI Budi Rochadi, kartu berteknologi chip membuat transaksi lebih aman karena terdapat proses pengacakan data. Pada kartu kredit, hal ini sudah diterapkan sejak tahun lalu. Tapi kartu chip butuh modal gede dan penerapannya pun perlu waktu. ”Malaysia butuh waktu empat tahun dan modalnya triliunan,” kata Zul Irfan, Wakil Presiden Departemen Saluran Elektronik Artajasa.

Sebelum sampai ke kartu debit berteknologi chip, menurut Ruby Alamsyah, ahli forensik digital, bank sudah seharusnya meningkatkan keamanan dana nasabahnya. Bank tak boleh membiarkan ATM-nya tanpa anti-skimming. ”Semua ATM wajib dipasang anti-skimming,” katanya.

Nasabah juga harus waspada ketika hendak menggunakan ATM. ”Kuncinya ada di skimmer,” Ruby melanjutkan. Mengecek ada-tidaknya skimmer mudah. ”Digoyang-goyang saja ujung lubang kartu ATM, kalau goyang berarti itu skimmer,” tuturnya.

Budi menambahkan, nasabah juga harus rajin mengubah PIN secara berkala, merahasiakan PIN, serta memperhatikan kondisi fisik ATM dan EDC.

Anne L. Handayani, Sutarto, Reza Maulana, Cornila Desyana, Ni Luh Arie (Denpasar)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus