Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tengah dihadapkan pada skandal besar pembuatan dan peredaran uang palsu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada 19 Desember 2024, kepolisian telah menggerebek Gedung Perpustakaan UIN Alauddin Makassar. Di situ, ditemukan ratusan lembar uang palsu dan sejumlah alat-alat produksi. Berikut 5 fakta kasus uang palsu UIN Alauddin.
1. Dipimpin Kepala Perpustakaan
Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Yudhiawan Wibisono mengatakan alat-alat produksi dipimpin oleh Kepala Perpustakaan yang berinisial AI. "Sebelum diproduksi di salah satu ruangan di Perpustakaan UIN Alauddin Makassar, pencetakan pencetakan uang palsu dilakukan di rumah ASS, yang diketahui sebagai seorang pengusaha ternama," ucap Yudhiawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi juga menyita sejumlah alat produksi berupa satu uni mesin cetak besar GM-247IIMP-25 offset printing machine,satu bungkus bubuk aluminium, satu kaleng tinta masing-masing warna putih, merah dipesan dari China. Kemudian ada kaleng tinta warna hitam, 13 tinta printer, timbangan digital dan sembilan lembar plat khusus, sembilan ponsel, satu sepeda motor dan dua mobil.
2. Terdapat 17 Tersangka
Polda Sulawesi Selatan menetapkan sebanyak 17 orang sebagai tersangka pembuat sekaligus pengedar uang palsu di Kampus UIN Alauddin Makassar. Menurut Yudi, dari 17 tersangka, dua di antaranya adalah pegawai Bank BUMN, beberapa pegawai Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, termasuk Kepala Perpustakaan.
Inisial dari 17 tersangka tersebut masing-masing AI, NM, KA, IR, NS, JBP, AA, SAR, SU, AK, IL, SM, MS, SR, SW, MN, dan RM. Selain itu, masih ada tiga orang yang masuk dalam daftar pencairan orang atau DPO. Tersangka IR (37 tahun) dan inisial AK (50 tahun) adalah pegawai Bank BUMN.
"Mereka transaksi jual beli uang palsu. Dia menggunakan, dia juga menjual dan sekalian juga membeli. Transaksi ini di luar dari tempat mereka bekerja, jadi statusnya saja di situ," kata Yudhiawan.
3. Diduga Jaringan Internasional
Kapolda Sulawesi Selatan itu mengatakan, Polis menduga peredaran uang palsu ini merupakan sindikat internasional. "Ini masih diproses untuk disidik lebih lanjut. Untuk (bahan) uang kertasnya, bahan baku tinta dan lain sebagainya juga impor, dibeli dari Cina," ucap Yudhiawan saat merilis pengungkapan uang palsu, di Mapolres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis, 19 Desember 2024 seperti dilansir dari Antara.
"Ini masih diproses untuk disidik lebih lanjut. Untuk (bahan) uang kertasnya, bahan baku tinta dan lain sebagainya juga impor, dibeli dari Cina," ucap Kapolda Sulsel Irjen Yudhiawan Wibisono saat merilis pengungkapan uang palsu, di Mapolres Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis, 19 Desember 2024 seperti dilansir dari Antara.
4. Libatkan ASN hingga Politikus di Pilkada 2024
Pengungkapan kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar mengungkap sejumlah fakta menarik. Salah satu yang mencolok adalah keterlibatan para pelaku yang memiliki latar belakang pekerjaan sebagai pegawai negeri maupun swasta, bukan dari kalangan pengangguran atau pekerja serabutan.
Di antara 17 tersangka, terdapat dua pegawai bank BUMN, seorang pejabat sekaligus dosen UIN Alauddin Makassar, empat aparatur sipil negara (ASN), satu pegawai honorer, pengusaha atau wiraswasta, hingga seorang koki.
Selain itu, beberapa tersangka diketahui memiliki latar belakang politik, termasuk mantan calon wali kota Makassar, peserta Pilkada Kabupaten Barru, serta calon anggota legislatif pada Pemilu 2024.
5. Beroperasi Sejak 2010
Menurut pengungkapan kepolisian, sindikat ini telah dirancang sejak lebih dari satu dekade yang lalu. “Timeline pembuatan dan peredaran uang palsu ini dimulai dari Juni 2010, udah lama ini. Kemudian lanjut 2011 sampai dengan 2012,” kata Irjen Yudhiawan.
Produksi sempat terhenti karena para pelaku fokus menyusun rencana secara mendetail sebelum kembali beroperasi pada tahun 2022. Sebagai bagian dari persiapannya, sindikat ini mendatangkan mesin cetak uang palsu dari China, yang dibeli melalui Surabaya dengan harga Rp 600 juta.
Pada September 2024, mesin cetak tersebut dipindahkan ke Gedung Perpustakaan UIN Alauddin Makassar atas arahan AI. Kemudian, pada pekan kedua November 2024, sindikat ini mulai mengedarkan uang palsu dengan nilai total sekitar Rp 150 juta hingga Rp 250 juta.
Hammam Izzuddin, Hendrik Khoirul Muhid, Dede Leni Mardianti, dan Sukma Kanthi Nurani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Menkopolkam Imbau Masyarakat Waspadai Peredaran Uang Palsu Selama Libur Nataru