Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Astro pun Segera Menghilang

13 Oktober 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TAMAT sudah layanan Astro Malaysia di Indonesia. Setelah dilanda kisruh hingga masuk Komisi Pengawas Persaingan Usaha, hubungan Astro Malaysia dan PT Direct Vision, yang mengoperasikan televisi berbayar Astro Nusantara, mulai Ahad depan benar-benar putus. Menurut Halim Mahfudz, Vice President Corporate Affair PT Direct Vision, Astro akan menyuplai mereka hanya sampai 19 Oktober pukul 24.00 pekan ini. ”Setelah itu, tak ada lagi tayangan,” ujarnya. Dihubungi Tempo pekan lalu, Alexander Lay, pengacara Astro Malaysia, membenarkan keterangan Halim. ”Secara teknis setelah tanggal itu sudah stop,” ucapnya.

Saat mengudara dua tahun silam, Astro Nusantara sempat membetot perhatian publik lantaran gencarnya promosi dan iming-iming program yang mereka miliki. Salah satu yang membuat orang tertarik adalah hak eksklusif mereka untuk menayangkan pertandingan Liga Primer Inggris. Tapi ini pula yang membuat Astro berurusan dengan Komisi Pengawas.

Pada akhir Agustus lalu, Komisi Pengawas memutuskan program itu tetap ditayangkan Astro Nusantara yang dioperasikan Direct Vision, perusahaan milik PT Ayunda Prima Mitra, anak perusahaan PT First Media, salah satu cabang bisnis Grup Lippo di bidang media. Komisi Pengawas juga memutuskan All Asia Multimedia Networks (Malaysia) harus tetap memasok program untuk Astro Nusantara sampai adanya penyelesaian hukum menyangkut kepemilikan PT Direct Vision. Putusan terakhir inilah yang diduga muncul lantaran campur tangan pihak ketiga.

Putusan ini juga ”merepotkan” Astro All Asia Network Plc. alias Astro Malaysia. Soalnya, hak siar Liga Inggris ini sudah beralih ke PT Karyamegah Adijaya, pemilik televisi berbayar Aora. Astro memindahkan hak siar itu lantaran akhir Agustus mereka telah memutuskan kontrak penggunaan merek dagang ”Astro” dengan Direct Vision.

Pemutusan tersebut memang tak serta-merta membuat Astro Nusantara ”tutup warung”. Saat itu Astro Malaysia memperpanjang kontrak mereka hingga 30 September 2008. Nah, pertengahan September lalu, Direct Vision melayangkan permintaan perpanjangan program lagi kepada Astro All Asia. Permintaan ini, kata Halim, atas pertimbangan agar pelanggan Astro Nusantara tidak dirugikan. Pada 30 September Astro menjawab surat itu. Isinya, Astro setuju memberikan perpanjangan hingga 19 Oktober pukul 24.00. Setelah itu, ya, selesai.

Di ranah hukum, kasus Astro ini bakal seru. Astro Malaysia, misalnya, menggugat PT Ayunda, PT First Media, dan PT Direct Vision ke arbitrase internasional di Singapura. Surat gugatan diajukan Senin pekan lalu ke Singapore Arbitration Centre. Dalam gugatan itu, kata Alex, kliennya menuntut duit mereka senilai RM 905 juta (sekitar Rp 2,5 triliun) dikembalikan. Jumlah itulah yang dipakai untuk operasional Direct Vision.

Rabu pekan lalu Astro Malaysia juga mengajukan permohonan banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat atas putusan Komisi Pengawas yang mengharuskan All Asia Multimedia tetap memasok program untuk Astro Nusantara. ”Keputusan itu sangat sewenang-wenang,” Alex menegaskan. Komisi Pengawas menganggap langkah yang dilakukan Astro sebagai sesuatu yang wajar. ”Itu hak mereka,” ujar Anna Maria Tri Anggraeni, anggota Komisi Pengawas yang menangani kasus Astro. Adapun Jonathan Parapak, Presiden Komisaris PT First Media, menolak memberikan komentar terhadap langkah yang dilakukan Astro Malaysia. ”Saya enggak ada pendapat tentang ini,” ujarnya.

Hilangnya Astro dari Nusantara ini tentu bakal membingungkan pelanggannya. Sampai kini televisi ini memiliki sekitar 100 ribu pelanggan. Menurut Alex, soal pelanggan ini adalah tanggung jawab pemegang saham PT Direct Vision, yakni PT Ayunda dan Silver Concord Holdings Limited, juga afiliasi Grup Lippo.

Halim pun mengaku pihaknya belum tahu kapan akan mengumumkan ”tamatnya” riwayat Astro Nusantara ini kepada pelanggan mereka. ”Kami masih menunggu pengarahan lebih lanjut dari pemegang saham,” ujarnya.

Jika Astro tutup, lagi-lagi, yang rugi adalah konsumen. Dodi, karyawan perusahaan otomotif, misalnya, mengaku terpikat berlangganan setahun karena hanya membayar 11 bulan. Mengetahui Astro Nusantara akan berhenti tayang pada 19 Oktober, Dodi bersiap akan menagih kembali duit yang sudah disetorkannya. ”Saya mau minta sisanya,” katanya.

Anne L. Handayani, Munawwaroh

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus