Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Awal Mula Terbongkarnya Aksi Pemerasan Polisi Terhadap Warga Malaysia Penonton DWP 2024

Semula warga Malaysia korban pemerasan polisi saat menonton DWP 2024 tak berani bersuara. Bersaksi setelah jadi trending di media sosial.

13 Januari 2025 | 06.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Disjoki (DJ) sekaligus produser musik asal Jerman Zedd, tampil pada panggung utama Djakarta Warehouse Project (DWP) 2024 di Jiexpo, Jakarta, 13 Desember 2024. TEMPO/Defara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Adalah BM (inisial), orang yang mengetahui kejadian pemerasan oleh anggota Polri pada acara konser musik Djakarta Warehouse Project atau DWP 2024 yang berlangsung di Jakarta International Expo ( JIExpo) Kemayoran, 13-15 Desember 2024 di Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BM mengaku, dia merupakan pengunjung DWP sejak 2012, sekaligus bekerja di bidang entertaiment, event, dan mempunyai kenalan baik itu dari pihak sponsor, Event Organizer (EO), juga vendor yang berkaitan dengan konser musik internasional ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Otomatis kan kenal banyak orang-orang Malaysia dan Singapura, berteman banyak,” kata BM saat ditemui Tempo di Jakarta Pusat, pada Rabu, 8 Januari 2024.

BM mengatakan, pada malam pertama acara konser musik DWP digelar, dia mendapat telepon dari salah seorang temannya orang Malaysia, dan temannya ini mendapat informasi langsung dari polisi di Malaysia.

 “Jadi yang ngasih kabar itu sebenarnya orang polisi di Malaysia. Orang polisi di Malaysia itu telepon teman saya, lalu dia telepon saya. Dia bilang, banyak anak Malaysia yang ditangkepin,” katanya saat bercerita soal awal mula informasi pemberitahuan banyaknya penonton DWP asal Malaysia ditangkap polisi.

BM mengatakan, jika temannya ini akhirnya meminta tolong agar warga Malaysia yang ditangkap oleh polisi di konser DWP ini segera mendapat pertolongan. “Tolong dong cariin orang buat nolongin, banyak banget soalnya 200 sampai 300,” tutur dia sembari menyampaikan pesan dari temannya yang orang Malaysia. 

Pada malam yang sama, BM langsung memulai upaya untuk menolong penonton DWP asal Malaysia yang ditangkap polisi. “Saya kerja di digital agency, banyak kenalan buzzer, saya kumpulin aja buzzer-buzzer,” kata BM. 

Aksi yang dilakukan BM beserta kenalan buzzer dengan menyerang akun sosial media DWP juga EO acara tersebut yakni Ismaya, baik melalui  X –dulu twitter, thread, juga instagram, rupanya menarik perhatian publik, bahkan sampai trending di X.

“Biar mereka notice polisi melakukan apa di event mereka (DWP) karena mereka kayak diem-diem aja,” kata BM saat kembali dihubungi Tempo melalui sambungan telepon pada Kamis sore, 9 Januari 2025. 

Karena trending, korban asli DWP, menurut cerita BM, mulai bermunculan dengan ikut memberi komentar soal kejadian pemerasan tersebut. Akhirnya bermunculan, orang Malaysia yang jadi korban bersuara dan mengaku jadi korban pemerasan.

BM lantas menghubungi salah seorang yang korban yang ikut mengkomentari soal kejadian DWP. “Nah terus aku reach out (menjangkau) ke dia, aku masukkin ke group. ‘Aku bilang, ada kenal lagi enggak? Oh ada bro, yaudah masukkin aja (ke group)’,” begitu bunyi cerita dari BM  mengumpulkan korban DWP 2024 ke group yang dibuatnya.

Awal anggota group yang dibuat oleh BM untuk korban DWP 2024 sekitar 150 orang. “Tapi kebanyakan silent reader, lama-lama berkurang sendiri, sisa 85-an. Kira-kira segitu,” kata BM. 

Agar group itu efektif untuk mengetaui kejadian pemerasan yang terjadi di konser musik DWP, akhirnya para korban yang masih berada di group tersebut mulai me-listing nama-nama yang menjadi korban pemerasan dan nominal uang yang sudah dikeluarkan. “Habis itu pada list dan namanya juga masih nambah juga nama-namanya,” kata BM. 

Selain daftar nama korban dan jumlah nominal uang yang dikeluarkan, di grup itu membahas dan mengumpulkan bukti  transfer yang mereka kirimkan saat pemerasan oleh oknum polisi di konser musik DWP. 

Usai semakin banyak bukti dan semakin terstruktur, BM mengatakan ada salah seorang korban penonton DWP dari WN Malaysia yang akhirnya melaporkan pemerasan yang dilakukan oleh anggota Polri. Salah seorang korban ini menceritakan kronologi kejadian dan melaporkannya kepada pihak Kedutaan Malaysia di Indonesia.

“Itu dia lapor karena ada orang embassy disana. Orang embassy itu kan pasti nge-reach out dia caranya gimana,” kata BM. Setelah satu orang bergerak untuk melapor, selanjutnya korban-korban lainnya juga melakukan hal yang sama ke pihak Kedutaan Malaysia. 

Advist Khoirunikmah

Advist Khoirunikmah

Bergabung di Tempo sejak November 2023. Alumni Bakrie University dan Politeknik Negeri Bandung. Mengawal isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus