Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MARTHEN Renouw alias Reno patut mendapat julukan Polisi Abadi Papua. Berkarier selama 29 tahun di kepolisian, pria kelahiran Mun, Tual, Maluku, 6 Februari 1956, ini tak pernah sekali pun pindah dari bumi Papua. Silih berganti atasannya datang dan pergi, Reno tetap berdinas di Jayapura. Dengan rekor selama itu, tak mengherankan ia memiliki banyak relasi, termasuk para cukong kayu.
Sebelum menjadi polisi, awalnya Reno bekerja sebagai penjaga toko bahan bangunan di Sorong. Ketika ada pengumuman penerimaan untuk menjadi polisi pada 1978, ia mendaftarkan diri. Saat itu ia sudah bekerja sebagai penjaga toko selama dua tahun. Impiannya tercapai. Ia lulus tes. Jabatan pertama sebagai polisi saat itu adalah anggota Kawal Komdak XVII Irian Jaya.
Profesi sebagai polisi, termasuk lamanya bertugas, membuat nama Reno berkibar di Papua. ”Ia cukup berpengaruh di Papua,” kata Fadal Alhamid, Wakil Sekretaris Dewan Adat Papua, kepada Tempo. Kendati pangkatnya ”hanya” komisaris polisi, ia diperlakukan sangat istimewa, bak pejabat penting, oleh kalangan pengusaha. Reno juga dikenal dekat dengan para petinggi kepolisian.
Karena dekat dengan para pengusaha, tak mengherankan jika Reno dengan gampang bisa meminta atau meminjam fasilitas dari pengusaha. Ini, misalnya, terjadi saat ia butuh uang untuk operasi pengejaran para pencuri kayu. Lantaran operasi itu tanpa bekal dari atasan, ia pun meminjam duit dari para pengusaha kayu. Meski jumlah uang pinjaman itu mencapai ratusan juta, bahkan miliaran rupiah, tak ada jaminan yang perlu disediakan Reno
Menurut Alhamid, kedekatan Reno dengan sejumlah pembalak kayu di Papua sudah lama menjadi pembicaraan masyarakat. Karena itu, besar dugaan para pembalak liar bisa bebas karena mereka menyetorkan upeti kepada Reno. Apakah masyarakat punya bukti untuk itu? ”Kalau kami diminta bukti, tentu saja kami tak punya,” ujar Alhamid.
Setelah malang melintang selama 29 tahun di Papua, pada 2005 Marthen Renouw ditarik ke Markas Besar Polri. Ia ditempatkan sebagai Perwira Menengah Detasemen Utama. Sejak saat itulah ia jadi ”orang Jakarta”. Tak berselang lama, kasusnya merebak. Maka, mulailah ia berhadapan dengan rekan-rekannya sendiri: diperiksa sebagai tersangka penerima suap dan pelaku kejahatan pencucian uang.
Maria Hasugian
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo