Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Gubernur Papua Lukas Enembe dipastikan tak memenuhi panggilan KPK karena sakit.
Rumah pribadinya dijaga seribuan orang.
Menyimpan banyak uang tunai di rumah.
NASIB Gubernur Papua Lukas Enembe tengah di ujung tanduk. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah menetapkan pria 55 tahun itu sebagai tersangka suap gratifikasi senilai Rp 1 miliar. Ia juga tengah diincar dalam berbagai kasus lain. Di antaranya proyek pengadaan di Pemerintah Provinsi Papua dan Pekan Olahraga Nasional 2021 d Bumi Cenderawasih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lukas tetap mangkir dari pemanggilan. Hampir dua pekan rumahnya dijaga seribuan pendukung. Ia mengutus perwakilan dan tim penasihat hukum ke KPK. Juru bicara Gubernur Papua Lukas Enembe, Muhammad Rifai Darus, mengklaim bosnya tengah sakit. Berikut ini petikan wawancara Rifai dengan wartawan Tempo, Linda Trianita, Riky Ferdianto, dan Syafwan Thaariq, di kawasan Sarinah, Jakarta Pusat, pada Jumat, 23 September lalu.
Mengapa Lukas mangkir dari panggilan penyidik?
Beliau sakit stroke dan sejak 2018 rutin berobat jalan ke Singapura. Saat pemanggilan kemarin sakitnya kambuh. Kakinya membengkak, suara parau. Jika dipaksakan hadir justru menyulitkan proses penyidikan.
Lukas disebut menerima uang dari Tono Laka. Siapa dia?
Dia seorang pendeta, tapi juga pengusaha. Tono memiliki perusahaan yang sering menggarap proyek pekerjaan untuk keperluan pribadi rumah Pak Gubernur, seperti kolam renang dan desain interior. Jadi semacam kontraktor.
Lalu untuk apa Tono menyerahkan uang Rp 1 miliar kepada Lukas?
Uang itu diperoleh Tono Laka dari Bendahara Gubernur, lalu ditransfer ke rekening Gubernur. Ini yang ingin kami jelaskan, uang apa itu sebenarnya. Tapi beliau berjanji bakal meladeni pertanyaan seputar itu setelah kesehatannya pulih.
Bagaimana dengan uang senilai Rp 600,8 miliar yang ditemukan di kasino Singapura?
Kalau soal ini beliau membantah. Lagi pula bagaimana mungkin membawa uang sebanyak itu ke luar negeri? Keluar dari bank mana? Sumber uangnya dari mana? Proyek? KPK perlu menjelaskan ini, jangan asal main tuduh.
Benarkah Lukas menyimpan uang miliaran rupiah di dalam rumah?
Ada tapi tidak banyak, itu juga untuk kepentingan sosial. Masyarakat Papua unik. Jika butuh uang, mereka bakal menemui kepala desa atau kepala daerah. Dan mereka tidak akan meninggalkan rumah sampai diberi bantuan.
Bagaimana dengan temuan transfer Rp 71 miliar ke rekening keluarga?
Beliau sempat dikira meninggal karena sakit. Dalam tradisi Papua, jika seorang pemimpin besar meninggal, penduduk setempat bakal mengambil harta kekayaan yang ada di rumahnya, seperti uang, perhiasan, mobil, sepeda motor. Itu mengapa uang tersebut ditransfer ke rekening anggota keluarga.
Rumah Lukas saat ini dijaga hingga seribuan orang. Ada mobilisasi?
Beliau tidak pernah mengkondisikan itu. Adat orang Papua, jika terjadi sesuatu dengan anggota keluarga atau pimpinan, mereka pasti bakal terjun dengan sendirinya. Apalagi Pak Lukas terkenal peduli atas nasib mereka.
Dari mana Lukas memperoleh kekayaan?
Rumahnya memang besar, lahannya hitungan hektare. Dari jalan besar menuju gerbang rumahnya sekitar 100 meter. Selain sebagai kepala daerah, beliau kan pengusaha tambang emas juga.
Benarkah Lukas kerap berseberangan dengan pemerintah pusat?
Beliau pernah berkata: “Jadi pemimpin Papua bukan masalah bakar batu (ritual memasak bersama sebagai ungkapan syukur). Yang penting itu berani mengatakan kepada Jakarta mana yang benar dan mana yang salah bagi rakyat Papua”.
Kebijakan pemerintah pusat apa saja yang ditentang Lukas?
Beliau memang kerap berseberangan dengan keinginan pemerintah pusat, soal otonomi khusus, pengelolaan keuangan daerah, pemanfaatan sumber daya alam, sampai pendirian smelter Freeport. Tapi itu keinginan orang Papua sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo