Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Cinta Ditolak, Bensin Bertindak

Seorang dokter, Mery Anastasia, membakar bengkel rumah pacarnya karena tak mendapat restu menikah. Pacar dan kedua orang tua pacarnya tak selamat.

21 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Seorang dokter di Tangerang ditetapkan sebagai tersangka pelaku pembakaran rumah calon mertuanya

  • Rencana pembakaran rumah calon mertua sudah disiapkan seorang dokter bersama kekasihnya

  • Polisi meminta RS Polri melakukan observasi kejiwaan terhadap dokter pelaku pembakaran rumah calon mertua

KOBARAN api yang membakar bengkel Intan Jaya Motor di Jalan Cemara Raya, Kota Tangerang, Banten, belum sepenuhnya padam pada Sabtu dinihari, 7 Agustus lalu. Petugas pemadam kebakaran yang berusaha menjinakkan api sudah berjibaku selama hampir empat jam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menjelang subuh, Kepala Kepolisian Sektor Jatiuwung, Kota Tangerang, Komisaris Zazali Haryono, yang ikut menyaksikan proses pemadaman, mendapat petunjuk soal pelaku pembakaran bangunan rumah toko tiga lantai itu. Ia melihat sebuah mobil Mitsubishi Expander hitam terparkir 100 meter dari bengkel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ditemani dua anak buahnya, Zazali mendekati mobil itu. Di dalamnya seorang perempuan duduk di kursi penumpang. Memakai kaus putih celana hitam, wajah perempuan itu tampak hampa. Sorot matanya tak putus menyaksikan kobaran api.

Ia tak menggubris ketika Zazali mengetuk kaca samping pintu mobilnya. Setelah beberapa kali mengetuk, ia menengok dan membukakan pintu. Kepada Zazali, ia mengaku bernama Mery Anastasia. Umurnya 30 tahun. Profesinya dokter. Ketika Zazali memeriksa bagasi, ia melihat jeriken berkapasitas lima liter.  

Curiga dengan gerak-gerik dan jeriken itu, Zazali mengajak Mery ke kantor Kepolisian Sektor Jatiuwung. Selama tiga jam, Zazali menanyai Mery. Dari identitas dan keperluannya berada di sekitar lokasi kejadian sampai hubungannya dengan pemilik bengkel.

Kebakaran Intan Jaya Motor menewaskan tiga penghuni rumah: Edy Syahputra, 66 tahun, Lylis Tasim (53), dan Leonardi Syahputra (34). Dua adik kandung Leon—paggilan Leonardi Syahputra—Cornelia Fransisca (22) dan Vernando Syahputra (20), selamat dari maut. 

Zazali terkejut ketika pertanyaan berkisar soal hubungan Mery dengan pemilik bengkel. Rupanya Mery adalah pacar Leon. Ia tengah mengandung janin Leon. Namun hubungan mereka tak mendapat restu orang tua Leon. “Kami tak menyangka dia yang membakar bengkel,” tutur Zazali pada Jumat, 13 Agustus lalu.

Untuk mendukung pengakuan Mery, polisi menanyai tetangga bengkel. Mereka mengaku melihat seorang perempuan melemparkan bensin dan membakar bengkel setelahnya. “Rekaman CCTV (kamera pengawas) juga memperkuat dugaan itu,” ujar Zazali.

Menurut Ahmad Goni, pengacara Mery, kliennya banyak diam dan irit bicara selama pemeriksaan oleh polisi. “Ia terlihat gelisah, apalagi setelah mengetahui pacarnya ikut menjadi korban,” ucap Goni.

Polisi belum melanjutkan pemeriksaan lantaran Mery diwajibkan menjalani pemeriksaan kejiwaan dan kondisi janin di Rumah Sakit Polri Dr Sukanto, Kramatjati. Ketua Satuan Medis Psikiatri RS Polri Komisaris Besar dokter Karjana Sp.KJ menjelaskan, Mery dibantarkan sejak 10 Agustus lalu. 

Pemeriksaan dokter kandungan pada Kamis, 12 Agustus lalu, mendeteksi Mery tengah mengandung janin tujuh minggu. RS Polri juga telah menunjuk lima dokter spesialis yang bertugas mengobservasi kondisi kejiwaannya selama dua pekan. Selama proses itu, Mery dilarang bertemu dengan siapa pun. “Orang tuanya saja belum kami izinkan,” katanya.

Observasi dilakukan tim psikiater di Ruang Dahlia RS Polri. Tim secara berkala menyambangi kamar Mery untuk melakukan wawancara. Kamar seluas 3 x 6 meter persegi yang ditempati Mery dilengkapi dengan fasilitas pendingin ruangan, tempat tidur, meja, kursi, dan kamar mandi. Pantauan petugas tak pernah putus selama 24 jam. Orang yang ingin masuk ruangan observasi harus melewati dua lapis pintu. Satu di antaranya terbuat dari jeruji besi.

Informasi yang digali tim dokter berfokus seputar kepribadian Mery. Tim psikiater juga melakukan wawancara terpisah dengan keluarga dan kolega kerjanya. Menurut Karjana, data itu mereka perlukan untuk mempelajari kondisi kejiwaannya sejak kecil hingga dewasa.

Tim psikiater mulai mendapat banyak informasi setelah kondisi kejiwaannya mulai stabil beberapa hari setelah pembantaran. “Awalnya yang bersangkutan cenderung menutup diri ketika diajak berbicara,” tutur Karjana.

•••


MERY dan Leon sepakat bertemu di kawasan permukiman elite Palm Semi, tak jauh dari Hotel Olive di Jalan Imam Bonjol Kota Tangerang, Banten, tempat Mery menginap. Hari itu, Jumat malam, 6 Agustus lalu, Leon datang mengendarai sepeda motor bersama karyawan bengkel Intan Jaya Motor, Indra Siswanto.

Seusai mengantar juragannya, Indra pulang. Adapun Leon dan Mery menunggangi mobil Expander menuju bengkel. “Mereka mau membicarakan rencana pertunangan karena Mery hamil,” ujar Ahmad Goni.

Dari kronologi yang disusunnya, Goni tahu dalam perjalanan menuju bengkel itu keduanya berhenti di depan depot bensin eceran di Jalan Imam Bonjol, Kota Tangerang. Mereka membeli bensin sebanyak 9 liter seharga Rp 90 ribu.

Mery meminta tukang bensin membungkusnya dalam plastik masing-masing berisi 1 liter. Menurut Ahmad Goni, keduanya sudah berencana mengancam bakal membakar bengkel jika kedua orang tua Leon enggan merestui pernikahan mereka. “Selama perjalanan keduanya sempat cekcok,” kata Goni.

Cekcok itu terus berlangsung hingga keduanya sampai bengkel. Leon bergegas masuk bengkel dan naik ke lantai 2. Ia bermaksud memberi tahu keluarganya bahwa Mery mengancam hendak membakar bengkel.

Belum sempat seisi rumah keluar, dentuman keras suara ledakan terdengar, disusul kobaran api yang melumat lantai dasar bangunan tiga lantai itu. “Api cepat menjalar lantaran bengkel tersebut menyimpan banyak bahan yang mudah terbakar,” ujar Zazali. 

Mery Anastasia./Instagram.com/ @meryanastasia

Fansiska dan Vernando berhasil selamat dari musibah itu. Adik-adik Leon itu mengaku menyesal lantaran tak mampu menyelamatkan kedua orang tuanya. Dalam akun Instagram @corneliafransisca, Fransiska menuturkan kesaksiannya sepekan setelah musibah pembakaran itu. 

Mahasiswi perguruan tinggi di Tangerang itu mengaku trauma atas kejadian tersebut. “Ini begitu mengerikan. Kami tidak bisa menolong Papa dan Mama saat mereka di ujung maut. Tuhan, ampunilah dosanya,” ujarnya.

Menurut Fransiska, ibunya sudah tahu kehamilan Mery sehari sebelum pembakaran. Ibunya kala itu berpesan agar Leon bertanggung jawab atas janin yang dikandung pacarnya. Namun Leon mengatakan bahwa Mery meminta uang Rp 300 juta untuk biaya pernikahan dan menuntut untuk menguasai bengkel. 

Zazali mengaku tidak mendalami informasi soal permintaan uang tersebut. “Kami tidak melebar ke sana. Penyidik berfokus pada peristiwa pembakaran,” tuturnya.

Goni belum bisa memberi konfirmasi ihwal permintaan uang tersebut. Menurut Goni, Mery hanya menyebutkan rencana pertunangan karena ia sudah hamil. Namun rencana pernikahan itu terhambat restu kedua calon mertuanya. “Leon ingin pernikahan itu harus mendapat restu orang tua karena ia adalah anak sulung. Soal ini mereka berbeda pendapat,” katanya.

Mery adalah perempuan kelahiran Dumai, Riau, pada 21 September 1991. Pendidikan kedokteran ia peroleh dari Universitas Sumatera Utara. Ia tercatat sebagai anggota Ikatan Dokter Indonesia cabang Jakarta Utara.

Ketua  Umum Masyarakat Hukum Kesehatan Indonesia dokter Mahesa  Pranadipa menilai MHKI tidak akan memberikan pembelaan dan pendampingan hukum kepada Mery Anastasia. “Perbuatan yang bersangkutan tidak ada kaitannya dengan tugas profesi,” ujarnya.

RIKY FERDIANTO | AYU CIPTA (Tangerang)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Riky Ferdianto

Riky Ferdianto

Alumni Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Memulai karier jurnalistik di Tempo pada 2006. Banyak meliput isu hukum, politik, dan kriminalitas. Aktif di Aliansi Jurnalis Independen.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus