Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Baru Menjamah Bandar Teri

Setelah dilantik jadi Kepala Polri, Jenderal Sutanto langsung menggasak perjudian. Belum ada bandar kakap yang ditangkap.

18 Juli 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lagi tiarap, Bang. Beliau (Kepala Polri Jenderal Sutanto) kurang doyan judi." Begitu komentar salah seorang pengelola tempat hiburan yang mengetahui seluk-beluk soal judi di Jakarta. Wartawan Tempo yang menelusuri beberapa tempat perjudian di Jakarta, Jumat dini hari pekan lalu, memang tak menemukan aktivitas adu untung.

Keramaian biasanya selalu muncul di sebuah tempat judi di kawasan Mangga Dua, Jakarta Barat, tak terlihat lagi. Tiada lagi ratusan pengunjung yang bermain Mickey Mouse, jackpot, rolet, atau bakarat. Tempat judi di kawasan ini dimiliki oleh seorang tauke besar di Jakarta. Dia bisa meraup duit miliaran rupiah dalam semalam. Begitu juga kasino lain seperti di kawasan Jalan Kalibesar Barat.

Paling tidak, ada delapan tempat judi yang masing-masing beromzet di atas Rp 10 miliar per malam. Semuanya berlokasi di Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Di Jakarta Utara ada juga lokasi judi yang berdampingan dengan Hotel Horizon, Ancol. Kini tempat itu juga sepi. Seorang pegawai di sana mengatakan kegiatan judi di lokasi itu sudah lama tutup.

Aksi "tiarap" terjadi setelah Jenderal Sutanto menjadi Kepala Kepolisian RI, Jumat pekan lalu. Bahkan sejumlah bandar judi telah menutup bisnis haram mereka jauh hari setelah mencium gelagat bakal terjadi pergantian Kapolri. Bukan hanya tempat judi yang beromzet miliaran rupiah, sejumlah lokasi judi kelas menengah di Jakarta yang sempat ditelusuri Tempo juga tak menunjukkan aktivitasnya. Sebut saja tempat judi di Jalan Hayam Wuruk, kasino di Jalan Jembatan Dua, dan tempat judi di Kelapa Gading. Tempat judi kelas menengah ini jumlahnya mencapai sekitar 50 buah. Semuanya sepi.

Seorang pemilik judi mengungkapkan, dia tak mau ambil risiko. Soalnya, Kapolri baru telah bertekad memberantas judi. Sejumlah bandar judi kelas kakap sudah berusaha menjegal tampilnya Sutanto memimpin kepolisian, tapi kandas. "Ini kan berbahaya. Mereka telah ikut bermain dalam pertarungan politik di kepolisian," katanya.

Antisipasi para bandar judi tidak salah. Setelah dilantik, Sutanto langsung menabuh genderang perang terhadap perjudian. Kepala kepolisian daerah yang tak patuh bakal dia copot. Maka, maraklah penggerebekan tempat judi di segala penjuru negeri pada 11-14 Juli lalu. Menurut data yang sudah masuk ke Mabes Polri, setidaknya ada enam kepolisian daerah yang sudah melaporkan hasilnya, yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Jawa Timur, Kalimantan Timur, Bali, dan Sulawesi Selatan. Sampai pekan lalu, tercatat sudah 198 kasus perjudian dengan 446 tersangka yang dibekuk.

Namun, dari ratusan tersangka yang sudah ditangkap, tak satu pun tercantum nama-nama tauke top. Ambil contoh penggerebekan di Jakarta Barat. Di kawasan yang terkenal dengan perjudian kelas atas ini sudah 59 tersangka yang ditangkap. Dua bos yang jadi buron adalah Tung Kie, pemilik judi jackpot di Kemanggisan Ilir, Palmerah, dan Aliong, pemilik judi di Kota Bambu Utara, Palmerah. Mereka sebenarnya hanya tauke kelas teri.

Kepala Polres Jakarta Barat, Komisaris Besar Polisi I Ketut Untung Yoga Ana, mengakui hasil razia anak buahnya hanya menggulung kelas teri. "Para pemain besar sudah menyadari mereka akan terpojok, sehingga mereka menyetop permainan (judi)," katanya. Masalahnya, polisi tak bisa menyita tempat perjudian yang sudah tutup. "Perjudian hanya bisa ditindak jika pelaku tertangkap tangan sedang berjudi," ujar Yoga.

Sebetulnya, upaya memberantas perjudian telah dilakukan oleh Kapolri sebelumnya, Jenderal Da'i Bachtiar. Dia bahkan telah mengeluarkan perintah khusus untuk memberantas judi pada 13 April tahun lalu. Namun, surat perintah Kepala Polri ini hanya dianggap angin lalu.

Selama ini, sebagian polisi selalu main mata dengan tauke judi. Menurut data Indonesia Police Watch, setidaknya, ada 14 Kapolda menjadi beking perjudian. Hal yang sama dilakukan oleh polisi di tingkat Polres dan Polsek. Sumber Tempo di Mabes Polri bahkan pernah memerinci upeti yang disetor tauke judi kepada pejabat di kepolisian. Disebutkan, untuk level pejabat setingkat kepala polda ditawari Rp 50 juta per dua minggu untuk satu tempat judi, sedangkan untuk kelas kepala polres diiming-imingi Rp 15 juta.

Jumlah setoran itu tak ada artinya jika dibandingkan pendapatan para bandar judi. Dalam taksiran seorang pengusaha judi, perputaran uang judi di Ibu Kota mencapai Rp 40 triliun setahun—ini tiga kali lipat lebih dibanding total APBD DKI Jakarta yang Rp 12 triliun.

Kepala Polda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Firman Gani, tidak menyanggah kemungkinan anak buahnya menjadi beking perjudian. Inilah yang membuat judi sulit diberantas. Bahkan, katanya, "Ada juga anggota polisi yang menarik keuntungan dari perjudian untuk keperluan dinas."

Pemberantasan judi yang dilakukan selama ini tidak pernah ajek. "Nah, ketika operasi kepolisian dialihkan kepada kejahatan lain, judi akan muncul kembali," kata Firman. Selain itu, dia menambahkan, hukuman terhadap bandar judi pun terlalu ringan sehingga tak menimbulkan efek jera.

Jadi, jangan heran jika bekas Gubernur DKI era 1970-an, Ali Sadikin, kembali mengusulkan agar judi dilegalkan saja seperti yang pernah dia lakukan dulu. "Pajak" judi bisa digunakan untuk berbagai pembangunan yang ada di ibu kota negara ini. "Dalam keadaan sekarang, resmikan saja judi untuk menolong rakyat yang masih lemah," katanya.

Gagasan yang sama pun sempat digulirkan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, tahun lalu. Namun, serangan muncul bertubi-tubi sehingga rencana ini pun mengambang sampai sekarang. Padahal, sebagian bandar judi telah menyambutnya dengan antusias. Mereka ingin judi dilegalkan sehingga bisa menjalankan bisnis ini dengan tenang.

Sutanto sendiri tak ambil pusing soal usulan semacam itu. Dia menegaskan, masalah itu bukan urusan polisi. "Yang akan menentukan adalah pembuat undang-undang. Polisi hanya pelaksana undang-undang, berkewajiban menegakkan hukum," katanya. Selama undang-undang yang melarang perjudian belum diubah, Sutanto pun akan terus memerangi perjudian. Itulah yang ditunjukkannya di awal masa tugasnya sebagai Kapolri, walau baru menyentuh bandar kelas teri.

Nurlis E. Meuko, Ramidi, Indriani Dyah Setiowati, dan Muhammad Nafi


Mesin Judi di Jakarta

Omzet perjudian di Jakarta bisa mencapai Rp 40 triliun setahun. Angka ini ditaksir oleh seorang cukong judi ternama di Jakarta yang menguasai kawasan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat. Kini polisi sedang membabat mesin uang ini. Berikut beberapa lokasi perjudian menurut sumber kepolisian dan seorang bandar judi.

Jakarta Barat Ada sekitar 20 tempat judi kelas menengah dan atas di kawasan ini. Berbagai jenis judi dimainkan, mulai dari Mickey Mouse, jackpot, hingga bakarat yang limitnya mencapai Rp 1 miliar. Total pengunjung diperkirakan mencapai 7.000 orang setiap hari. Inilah beberapa di antaranya:

  • Tempat judi di Mangga Dua
  • Kasino di Jalan Kalibesar Barat
  • Sejumlah kasino di Jalan Mangga Besar Raya
  • Tempat judi di Jalan Hayam Wuruk
  • Kasino di Jalan Asemka
  • Kasino di Jalan Duta Mas Raya
  • Tempat judi di Pancoran Samping
  • Kasino Jalan Jembatan Dua

    Jakarta Pusat Perkiraan pengunjung tempat judi di kawasan ini mencapai 1.000 orang setiap hari.

  • Kasino di Krekot
  • Tempat judi di Jalan Gunung Sahari

    Jakarta Timur Pengunjung berbagai kasino di kawasan ini sekitar 3.000 orang sehari.

  • Kasino di Jalan Jatinegara Barat
  • Tempat judi di Pulomas
  • Tempat judi di Sunter Permai

    Jakarta Utara Total pengunjung berbagai tempat judi di wilayah ini mencapai 4.000 orang sehari.

  • Tempat judi di kawasan Ancol
  • Kasino di Jalan Gedung Panjang
  • Tempat judi di Jalan Muara Karang
  • Kasino di Kelapa Gading
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus