Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Bekerja dengan humor Mat Dower

Beberapa ahli meneliti tentang humor. hasilnya, humor bisa berperan melahirkan pikiran positif dalam memecahkan masalah. penting untuk lingkungan kerja. bisa meningkatkan produktivitas kerja.

22 Agustus 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DUA karyawan dari dua perusahaan yang bersaing ketat suatu ketika bertemu. Adu unggul perusahaan langsung menjadi topik pembicaraan. "Perusahaan kami mengikuti asas demokrasi, hingga seorang tukang sapu diperkenankan mencerca Mat Dower, direktur utama kami," kata salah seorang dari mereka dengan nada bangga. "Wah, itu tidak luar biasa," ujar lawannya. "Di perusahaan kami mencerca Mat Dower malah dianjurkan." Humor mengejek dan berlomba saling menjatuhkan, menurut psikologi dalam "kunci lama", adalah usaha menekan sikap agresif, sehingga kedua karyawan itu tak perlu berkelahi. Sigmund Freud, perintis psikoanalisa, menyebutnya sebagai pelepasan rasa tertekan -- pribadi maupun kolektif. Namun, pemikiran baru dalam psikologi menemukan, humor memiliki dimensi yang jauh lebih kaya. Bulan depan, sebuah seminar yang diselenggarakan Persatuan Psikolog Amerika akan membahas pandangan baru tentang humor ini. Humor, lebih dari sekadar pelepasan uneg-uneg, punya kemampuan menjadi alat membangun suatu keadaan. Donna Cooper, seorang psikolog dari Universitas Connecticut, yang luga konsultan penggunaan humor dalam organisasi, mengemukakan pendapat, "Di masa lalu, humor adalah materi analisa untuk membangun tafsiran tentang kondisi kejiwaan seseorang, di masa kini humor sudah menjadi materi penelitian." Maka, kesimpulan tentang efek humor, kata Cooper, bisa lebih pasti. Kelakar -- yang bisa saja dirancang -- menurut psikolog itu, bisa menjadi alat komunikasi yang efektif. "Humor adalah bagian sangat penting dalam membicarakan topik yang peka, seperti hubungan kerja atasan dan bawahan, rasialisme dan seks," ujar Alan Dundes, ahli folklore dari Universitas California, Berkeley. Dundes, yang melakukan studi khusus perihal arti-arti tersembunyi humor, mengungkapkan, kelakar tidak cuma membangun kiasan yang menjadi substitusi suatu pembicaraan yang peka. Humor yang bermutu kata Dundes, memiliki nilai intrinsik yang mampu membangun keadaan senang. Tertawa mendengar sebuah humor menandakan seseorang menangkap nilai itu. Psikolog lain, dari Universitas Maryland, Baltimore, Alice M. Isen, dalam salah satu penelitiannya menemukan, humor yang membangun perasaan yang menyenangkan bisa membantu seseorang melahirkan pikiran yang positif dalam memecahkan masalah. Juga, membangun akal yang kreatif untuk mengatasi suatu keadaan. Dalam percobaan, Isen meminta beberapa sukarelawan mengatasi suatu masalah setelah menonton film yang diputarnya. Hasilnya, mereka yang menonton film humor berhasil keluar dari masalah dengan pemecahan yang brilyan. Sementara itu, mereka yang disuguhi film serius -- hitungan matematik dan seni gagal mengatasi keadaan. Isen menemukan juga, memasukkan humor secara reguler dalam kehidupan bisa membangun keterampilan mental dalam mengambil keputusan. "Tiba-tiba Anda bisa melihat lebih banyak kemungkinan jalan keluar," ujar Isen. Dari studi intensif, Isen menemukan, para eksekutif yang sukses dalam menjalankan bisnis adalah mereka yang menyukai film komedi. Sebuah penelitian lain menitikberatkan pencariannya pada pengaruh humor di lingkungan kerja. Studi psikologi ini dilakukan David Abramis, psikolog dari Sekolah Administrasi Bisnis, Universitas California, di Long Beach. Abramis menyebarkan daftar pertanyaan -- dan melakukan pula wawancara -- pada 382 karyawan di berbagai tempat kerja. Ia ingin melihat bagaimana dampak humor pada produktivitas kerja. Abramis menemukan, para pekerja yang menganggap lingkungan pekerjaannya menyenangkan -- termasuk hubungan dengan pekerja lain -- ternyata lebih produktif daripada pekerja yang cuma menyukai pekerjaannya. Abramis menguraikan, di masa lalu keberhasilan seorang karyawan blasanya diukur lewat kepuasaan kerja. Pada keadaan ini pekerja dianggap mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja (tidak terganggu) juga bekerja dengan sungguh-sungguh (karena menyukai pekerjaannya). Pekerja dengan kondisi demikian diasumsikan menyajikan produktivitas maksimal. Abramis menemukan, produktivitas ternyata masih bisa dipacu naik dengan membiarkan para pekerja bekerja separuh bermain-main, dan menganggap pekerjaan dan lingkungan kerjanya tempat mencari kesenangan. "Bila Anda ingin meningkatkan produktivitas kerja, membina motivasi kerja saja tidak cukup," katanya. "Yang lebih perlu dikondisikan adalah membentuk suasana kerja tempat pekerja menganggap pekerjaan sebagai suatu kegiatan bersenang-senang." Untuk membina keadaan semacam itu, humor bisa memegang peranan penting. Dalam merekrut karyawan, calon yang memiliki kepekaan humor, menurut Abramis, bisa sama mahalnya dengan calon yang terkategori pekerja keras. Dari karyawan yang suka berkelakar, suasana bersenang-senang di lingkungan pekerjaan bisa dibangkitkan. Seorang manajer yang baik -- seperti juga karyawan tadi -- adalah manajer yang punya kepekaan melawak dan mampu "menghumorkan " komunikasi dengan bawahan. Teguran dalam bentuk humor terbukti lebih efektif karena yang ditegur berada dalam kondisi senang dan tidak tegang -- keadaan mental yang terbukti membangkitkan pikiran positif. Studi Abramis menunjukkan, karyawan yang ditegur dengan humor akan cepat melakukan perbaikan secara sukarela. Sekelompok karyawan di sebuah lingkungan kerja yang ideal suatu kali ramai memperbincangkan kegagalan kesebelasan sepak bola nasional melawan kesebelasan asing. Analisa, cemooh, dan kelakar tentang para pemain dikemukakan, diselingi perdebatan dan tawa. Seorang karyawan yang tidak terlibat menarik perhatian rekannya. "Bung, kau tak menonton pertandingan besar di televisi tadi malam?" sang rekan bertanya. "Tentu saja menonton," jawab yang ditanya, "tapi saya tak mengerti apa yang kalian ributkan, pada televisi saya kesebelasan kita menang." Jim Supangkat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus