INILAH pelajaran pahit dari Amerika Serikat. ''Mereka putus asa dan mengatakan tidak tahu mau diapakan bayinya nanti,'' kata Dokter Reginald Tsang. Hati dokter itu ciut. Di kliniknya di Cincinnati, Ohio, dokter itu melihat sepasang orang tua berusia 13 tahun terpaku di samping inkubator. Mereka memandang bayinya yang baru lahir, yang besarnya tidak lebih dari tangan Dokter Tsang. Di pusat kesehatan anak-anak itu, Tsang dan sejawatnya harus menyelamatkan 9 dari setiap 10 bayi yang baru lahir yang beratnya sekitar satu kilogram produk dari rahim belia-belia. Di tempat yang sama, Dokter Joseph Rauh juga frustrasi karena harus menyediakan alat kontrasepsi untuk remaja. Tak lama, ia bertemu lagi dengan anak berusia 1314 tahun yang dulu dibekali kontrasepsi itu. Mereka hamil, dan kebingungan. Itulah sebagian laporan majalah US News & World Report, edisi akhir Juli lalu, tentang gejala yang kini mencekam khalayak di AS. Sinyalemen yang lama berembus kini menjadi kenyataan: AS negara pemegang rekor tertinggi angka kehamilan remaja. Tiap tahun, satu juta gadis di bawah usia 20 tahun, atau 1 dari tiap 10 gadis remaja, hamil. Itu sama dengan 43% dari pemudi di AS, paling tidak, hamil satu kali ketika berusia 20 tahun. Mungkin yang tidak hamil pada usia muda hanya mujur. Menurut Lembaga Pengawasan dan Pencegahan Penyakit di AS, 40% dari anak 15 tahun mengaku pernah melakukan hubungan intim. Padahal, tahun 1970 angka itu hanya 10%. Ini artinya anak-anak belia pun sudah menjadi perantara penularan penyakit. Sedihnya lagi, menurut laporan Biro Sensus, tahun lalu 65% dari remaja perempuan yang melahirkan itu tidak menikah. Persentase ini meningkat sepertiga lebih dari tahun 1980. Selain itu, bisa diramalkan masalah generasi berikut bila yang lahir kini bayi-bayi tidak berkualitas beratnya satu kilogram dan lahir dari kandungan bunda muda yang belum sempurna itu. Menarik ketika US News menggali alasan mengapa banyak cewek tergelincir. Dokter Marion Howard dari klinik di Atlanta menemukan bahwa gadis-gadis yang ditelitinya sudah menyediakan alat kontrasepsi. Tapi yang lebih menjadi masalah bagi kebanyakan gadis, menurut Howard, adalah mengatakan ''tidak'' kepada orang yang memaksanya melakukan hubungan seks dan mengatakannya tanpa menyakitkan hati. Jadi, jangan keburu menyalahkan mereka sebagai penganut seks bebas. Menurut penelitian di tingkat nasional, tak sampai seperlima gadis yang merencanakan hubungan intim pertama kali. Sisanya bersebadan di luar rencana. ''Mereka melakukan hubungan seks karena tidak tahu bagaimana menolak,'' kata Christopher Kraus, koordinator program ''Menunda Keterlibatan Seksual'' di Cincinnati. Program ''Menunda'' dirancang Howard dan masuk kurikulum sekolah di Cincinnati. Teknik lama dibuang. Kini, anak-anak muda belajar dari sesama remaja, khususnya bintang kelas dan atlet idola. Pelajaran yang digencarkan adalah teknik menolak hubungan intim. Ini dinilai lebih efektif ketimbang metode lama yang hanya mengampanyekan ''suci sampai kawin'' atau memantangkan seks. Malah, Departemen Kesehatan dan Pelayanan Masyarakat menuding program memantangkan seks itu tak lain sebagai promosi agama. Kini, murid kelas tujuh, umpamanya, disuruh main sandiwara berkencan. Tontonan ini lalu dilanjutkan dengan diskusi. ''Kami juga menekankan bahwa di film-film, adegan seks dibuat sehebat mungkin semata untuk melariskan dagangan,'' kata Kraus. Namun, penyebab kehamilan remaja tampaknya lebih rumit dari itu. Maret lalu, polisi menangkap beberapa anggota Spur Possem kelompok pemuda kelas menengah di Lakewood, California. Tuduhannya: melakukan penganiayaan seks terhadap bocah perempuan sepuluh tahun. Ternyata, perangai itu, menurut mereka, merupakan bagian dari perlombaan di Spur Possem, yakni sebutan jagoan bagi yang terbanyak melakukan ''begituan''. Di Yongkers, New York, bulan lalu polisi menuntut sembilan anak SD berumur 913 tahun yang memerkosa cewek 12 tahun. Guru di sekolah itu menggampangkan kejadian itu sebagai akibat permainan ''mari memerkosa!''. Ada tudingan bahwa perkara ini muncul karena anak-anak telat diberi pelajaran pendidikan seks. Selama ini, program itu belum merupakan satu paket nasional. Kurikulum Howard saja diterapkan berbeda-beda di Cincinnati. Ada sekolah yang mengajarkan teknik penggunaan kontrasepsi, tapi ada pula yang melarang. Di sebuah perkampungan kumuh Newport, Ohio, ada program sahabat ibu muda. Maksudnya untuk mencegah ibu-ibu belia kebobolan kedua kalinya. Sebab, kehamilan beruntun itu menghambat sekolah atau kerja. Ternyata, program itu tidak semudah di kertas. Contohnya Tina Daniels, 20 tahun. Ia sudah mendaftar untuk kembali ke kampus. Ia ingin menjadi pekerja sosial setelah bayi di luar nikahnya berusia 1,5 tahun. Dan ia mengaku berani melepaskan diri dari cowoknya yang penyiksa. Untuk mencegah kehamilan kedua, ia memakai alat kontrasepsi yang berlaku lima tahun. Tak lama, Daniels kembali lagi ke dokter, minta alat kontrasepsinya dicabut. Alasannya, pacar barunya ingin punya anak. Mereka akan menikah April tahun depan. Tapi kesudahannya: Daniels gigit jari. Rencana pernikahan itu bubar. Padahal, kini ia sudah hamil dua bulan. Nasib. Bunga Surawijaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini