Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Berkat Tenis dan Relasi

23 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 200 piala berbagai ukuran terserak di rumah di kompleks Banjar Wijaya, Tangerang, Banten itu. Sebagian bertengger di ruang tamu, sebagian lainnya tergeletak di kamar tidur dan ruang keluarga. Si empunya, Andi Nasrudin Zulkarnain, belum sempat membuat lemari piala seperti yang diangankannya. ”Piala-piala ini hasil pertandingannya bermain golf,” ujar Arinda Irawati, 32 tahun, istri Nasrudin, kepada Tempo.

Nasrudin, yang biasa hanya dipanggil ”Nas” oleh teman-temannya, penggemar berat olahraga pukul-memukul bola golf ini. Tak hanya pada hari libur, saat hari kerja pun ia kerap meluangkan waktu ke padang golf. Menurut Arinda, selain untuk olahraga, suaminya juga menggunakan golf sebagai sarana menjalin dan memperluas relasi bisnisnya. Tak hanya di seputar Tangerang, Nasrudin juga sering bermain golf hingga ke Bogor, Jawa Barat.

Sebelum mengenal golf, Nasrudin, yang lahir di Makassar, 12 Desember 1968, lebih dulu jago bermain tenis. Ia bahkan pernah mewakili Sulawesi Selatan dalam kejuaraan Pekan Olahraga Nasional untuk tenis.

Nasrudin mengawali kariernya sebagai staf di kantor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulawesi Selatan di Makassar. Di kota ini pula, sarjana ekonomi dari Universitas Tadulako, Palu, itu menyunting Sri Martuti, istri pertamanya, pegawai Departemen Luar Negeri. Dari Sri Martuti, yang kini telah dicerainya, Nasrudin memiliki seorang anak lelaki yang kini berusia 16 tahun.

Hanya sekitar tiga tahun Nasrudin bekerja di BPKP, untuk kemudian hijrah ke Jakarta dan bekerja di kantor PT Pegadaian.

Nah, di Jakarta inilah, berkat kepiawaiannya bermain tenis dan kepintarannya bergaul, ia kenal dekat dengan sejumlah pejabat penting. Pria yang bermain tenis secara kidal tersebut acap diminta juga sebagai pelatih. Menurut anggota DPR yang juga teman dekatnya, Ali Mochtar Ngabalin, salah satu yang kerap bermain tenis dengan Nasrudin adalah Tanri Abeng, mantan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.

Saat Tanri Abeng menjabat Menteri BUMN, Nasrudin diangkat menjadi staf khusus. Pada masa-masa inilah ia berkenalan dengan Arinda Irawati, pramugari Garuda, yang kemudian dinikahinya. Dari perempuan asal Bandung itu, Nasrudin memperoleh dua anak, perempuan dan laki-laki, yang kini berusia 7 dan 1,5 tahun.

Pada saat Tanri tak lagi menjabat menteri, Nasrudin pindah ke PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Ketika pertama kali bergabung dengan perusahaan pelat merah itu, Februari 2002, ia duduk di deretan staf ahli. Menurut komisaris PT Putra Rajawali Banjaran, Iswanto, ditempatkannya Nasrudin di posisi staf ahli lantaran jaringannya yang luas di pemerintahan. ”Untuk membangun networking,” kata Iswanto kepada Tempo. Dua tahun kemudian, ia ditunjuk sebagai staf ahli khusus marketing. Pada September 2008, ia diangkat sebagai Direktur Putra Rajawali Banjaran, anak perusahaan RNI. Menurut sumber Tempo, sebelum menjadi Direktur Putra Rajawali, Nasrudin juga santer disebut sebagai calon Direktur PT RNI.

Ali Mochtar Ngabalin tak menolak adanya kabar ini. Menurut dia, Nasrudin yang juga mantan aktivis organisasi Pelajar Islam Indonesia ini pernah mengeluhkan perihal batalnya promosi jabatan itu kepada dirinya. ”Promosi itu urung seiring dengan lengsernya Sugiharto sebagai Menteri Negara BUMN,” kata politikus dari Partai Bulan Bintang tersebut. Padahal, menurut Nasrudin, namanya telah tercantum di antara tiga kandidat direktur yang akan menjabat di RNI.

Soal ini Iswanto menyatakan pernah mendengarnya. Tapi ia mengaku tak pernah melihat surat keputusan itu. ”Surat keputusan yang datang berikutnya lain bunyinya,” katanya. Menurut Iswanto, dalam penyaringan tahap awal pencalonan Direktur PT RNI, nama Nasrudin memang muncul dalam ”17 besar”. Namun, pada tahap berikutnya, penyaringan ”sembilan besar”, namanya lenyap.

Menurut Iswanto, untuk menjadi seorang Direktur RNI harus melalui tahap yang panjang. Selain lulus uji kelayakan, sang calon juga harus pernah menjadi direktur di anak perusahaannya. ”Sedangkan Nasrudin baru pertama ini menjadi direktur,” ujar Iswanto. Nasrudin, di mata Iswanto, seorang yang temperamental. ”Ia sangat gampang terpancing.”

Ramidi, Ismi Wahid, Ayu Cipta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus